Home / Romansa / ISTRI 365 HARI / Winter Wonderland

Share

Winter Wonderland

Author: Ms. Bloomwood
last update Last Updated: 2022-12-28 18:14:37

Setelah tragedi mencengangkan di Dinner By Heston Blumenthal, Kara dan Bagas kembali ke hotel untuk beristirahat. Mereka tidur di kamar masing-masing dan berjanjian untuk bangun pada pukul 7.00 malam untuk jalan-jalan dan makan malam bersama.

"Kara bangun!" Bagas menepuk pipi Kara pelan, membuat Kara langsung membuka mata seketika.

"Jadi mau keluar gak?" tanya Bagas acuh. Kara mengucek matanya, lalu menguap lebar. Ia bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi tanpa menoleh pada Bagas yang sedang mengawasinya.

Lima belas menit kemudian Kara sudah siap untuk berangkat,

"Ayok!" tukas Kara sambil merapatkan mantel dinginnya.

Bagas tak menyahut, hanya berbalik badan dan segera berjalan keluar dari ruangan suite yang mereka tempati.

"Kamu mau kemana?" tanya Bagas saat mereka sedang berada di elevator turun.

Kara langsung tersenyum, ia senang jika membahas tentang jalan-jalan.

"Ke Westminster Bridge, London Eye, Southbank, eh sama ke situ yuk nyebrang dulu ke Hyde Park! Kan ada Winter W
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI 365 HARI   Saling Mengobati

    Paginya Kara terbangun dengan kepala terasa sakit, ia mengernyit dan terkejut saat mendapati Bagas tertidur sambil memeluknya, ia nyaris berteriak namun segera tersadar kalau tadi malam ia yang meminta Bagas untuk memeluknya karena ia sangat kedinginan. Luka di pelipisnya terasa berdenyut-denyut, efek obat biusnya sudah hilang. Dengan segenap tenaga Kara melepaskan tangan Bagas yang masih memeluk tubuhnya, lalu ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan-pelan menuju kamar mandi. "Tunggu, saya anterin!" suara Bagas yang tiba-tiba terdengar, mengejutkan Kara. Ia menoleh dan mendapati Bagas sedang duduk sambil mengucek matanya. Setelah merasa cukup terjaga, Bagas beranjak menghampiri Kara dan memegang lengan Kara. "Baek-baek ntar pingsan!" gumam Bagas, Kara tak menyahut dan tak menolak karena kepalanya masih terasa sakit. Sampai di kamar mandi, "Ya udah sana keluar, saya mau pipis," tukas Kara saat ia sudah di depan kloset. Bagas melirik Kara sambil mengantuk, lalu berbalik ba

    Last Updated : 2022-12-28
  • ISTRI 365 HARI   Wedding Dress

    "Bagas kita jadi bakal nikah di sana?""Keluarga kamu datang gak?""Keluarga saya gimana? Ya cuma Papa sih paling sama beberapa sahabat, tapi kan tetep aja saya pengen mereka dateng,""Dokumen nikah nya gimana?" "Kamu udah pesen tempatnya? Di hotel mana?"Kara terus menerus menyerocos tak bisa diam saat mereka sudah merebahkan tubuh di atas tempat tidur untuk beristirahat, karena besok pagi mereka harus berangkat ke bandara. Bagas yang cukup khawatir jika Kara akan demam lagi memutuskan untuk tidur di kamar Kara. "Berisik banget sih Kar! I'm trying to sleep!" bentak Bagas sebal. Kara memonyongkan bibirnya, lalu berbalik badan memunggungi Bagas dengan sebal. Merasa belum mengantuk, Kara memasang airpods di telinganya lalu memutar lagu kesukaannya, You're just too good to be trueCan't take my eyes off of youYou'd be like Heaven to touchI wanna hold you so much, Kara bernyanyi lirih dengan suara yang menurut teman-temannya cukup merdu. Bagas mengintip sedikit dan hanya mendapati

    Last Updated : 2022-12-28
  • ISTRI 365 HARI   Kejutan Manis

    Masih di hari yang sama, "Cepetan Kar, kita mau liat venue acara!" tukas Bagas sambil memakai jam tangan rolex nya. Kara yang masih sibuk memandangi Wedding Dress Vera Wang dan Bridal Shoes dari Alexander Mcqueen langsung buru-buru beranjak memakai mantelnya dan menyusul Bagas. "Gas, kita nikah gak ngundang siapa-siapa nih jadinya?" tanya Kara saat ia sudah menjajari Bagas."Salah kamu pengen nikah di sini, jadi gak ada yang dateng kan," sahut Bagas sambil mengernyitkan dahinya silau, saat itu mereka sedang menanjak ke atas rooftop villa yang akan menjadi wedding venue mereka. Suhu hari itu cukup dingin, namun tidak terlalu dingin, hanya berkisar enam belas derajat celcius. Dengan sebal Kara memonyongkan bibirnya, "ya tapi kan kamu banyak uang, masa gak bisa sih ngongkosin keluarga saya sama temen-temen saya ke sini," gerutu Kara tak habis pikir. Bagas mendengus, "Kalo ngomong enak bener! Saya yang banyak duit kok jadi situ yang ngatur-ngatur, " sahut Bagas dengan nada yang menye

    Last Updated : 2022-12-28
  • ISTRI 365 HARI   Sharing Session

    "Ra, papa minta maaf ya Ra," tukas Papa pada Kara saat mereka sedang duduk bersama di balkon rooftop villa, tempat acara pernikahan akan berlangsung lusa. Kara menatap Papanya, wajah tuanya tampak lelah. Rambutnya yang biasanya hitam, saking stres nya berubah menjadi warna putih. "Ga pa pa Pa, Kara ngerti," sahut Kara singkat, tak ingin menjawab berlebihan takut air matanya menetes. "Bagas keliatannya anak baik," ujar Papa sambil menatap Bagas yang sedang mengobrol dengan Nadine. Kara mengangkat bahu, "yah semoga Pa," diam-diam dalam hati Kara mengiyakan perkataan Papanya, karena Bagas memang cukup baik sejauh ini. "Oh iya Pa, Bagas bilang apa ke Papa sampai Papa ada disini?" selidik Kara penasaran. Papa menghisap rokoknya, lalu membuang asapnya perlahan. "Dia telepon Papa, bilang kalau dia udah terlanjur cinta sama kamu dan mau segera menikahi kamu, bahkan dia juga bilang ke Papa kalau Papa gak perlu khawatir, karena dia yang akan lunasi hutang 100 Milyar Papa," "Dia bilang kel

    Last Updated : 2022-12-29
  • ISTRI 365 HARI   Malam Lamaran

    Pagi yang cerah dengan udara yang cukup dingin, masih dikisaran 16 derajat. Kara mematut dirinya di depan kaca, ia mengenakan dress bunga-bunga panjang model A line dengan lengan berbentuk ruffle. Rambut panjangnya di curly sedikit dan ia biarkan tergerai dengan anggun. "Inget Nyuk, lo mesti behave, kelakukan lo kan kadang out of the box!" Nadine mengingatkan Kara yang sebentar lagi akan bertemu orang tua Bagas. Kara tersenyum kecil,"Iya iyaa, duh ngeri ngeri sedep nih gue," tukas Kara menatap grogi ke arah jendela. Tak lama setelah itu Kara berkumpul dengan semua keluarganya termasuk Nadine untuk mengingat-ingat naskah kepura-puraan yang akan mereka tampilkan hari ini. Rasanya seperti mimpi, dalam waktu sekejap mereka menjadi keluarga penipu!"Oma excited sekali Karaaa!" pekik Oma yang memang sejak dulu cita-cita nya ingin menjadi pemain teater. Kara tertawa miris. "Duh semoga tante gak keceplosan yah," tukas Tante Intan, tante Kara yang super seksi dan bahenol. Kara memejamkan

    Last Updated : 2023-01-02
  • ISTRI 365 HARI   Wedding Day

    "Yes perfect! Oh my God Nyuk! Ngaca deh, ya ampun lo cantik banget Nyuuuk, pengen nangis gue!" pekik Nadine saat Kara sudah selesai di rias dan sudah mengenakan gaun pengantinnya. Dengan tak sabar Kara berjalan ke depan cermin dan terperangah melihat pantulan bayangannya yang sempurna. Gaun pengantin lace dengan lengan berbentuk trompet dan belahan dada berbentuk V yang hanya menampakkan belahan dada nya saja, menyembunyikan bagian lagiannya. Gaun tersebut ketat di bagian atas sampai ke paha dan lebar dari paha sampai ke bawah, menjuntai sampai menutupi lantai. Rambutnya di bentuk bridal chignon dengan tudung putih panjang tersemat di chignon bun nya menjuntai indah ke bawah. "Nyuk, astaga gue kayak orang nikah beneran!" bisik Kara tak percaya. Nadine memeluknya hati-hati, takut merusak gaun pengantin Kara. "Gak ada nikah bohongan Nyuk, upacaranya ya sakral, sama kayak pernikahan yang lainnya. Intinya lo beneran nikah!" tukas Nadine suaranya tercekat karena terharu. Beberapa me

    Last Updated : 2023-01-02
  • ISTRI 365 HARI   Don't Fall In Love With Me

    Malam bergulir begitu cepat, tanpa Kara sadari jam digital di ponselnya sudah menunjukkan pukul 4.00 pagi. Dengan kepala yang sangat pusing karena terlalu banyak minum whiskey, Kara bangkit dari duduknya di sofa, dan berjalan mengelilingi kamar, nihil, Bagas tak ada di sana. Ia duduk menggelosor di atas karpet tebal, menyandarkan tubuhnya pada sisi tempat tidur. Entah kenapa hatinya merasa sangat merana sekali, namun ia tidak begitu mengerti apa yang membuatnya merana. Apa ia cemburu? Bagaimana bisa ia merasakan cemburu jika rasa cinta pun ia tak punya! Apa dia mulai menyukai Bagas? Kara mendengus, membuang gagasan itu jauh-jauh dari kepalanya. Ia sudah hampir tertidur di atas karpet saat samar-samar ia melihat langkah kaki seseorang dengan sepatu pantofel hitam berjalan di depannya. Kara mendongak, memicingkan matanya yang sudah agak buram karena pengaruh alcohol, lalu menggelengkan kepala, berusaha memfokuskan pandangannya. Yap, benar itu Bagas! Bagas berdiri menunduk menatap Kar

    Last Updated : 2023-01-03
  • ISTRI 365 HARI   After Effect

    Kara memicingkan matanya, merasakan sakit kepala entah karena apa. Ia meraba tempat tidur di sebelahnya, kosong, tak ada Bagas di sana. Saat bangkit dari tempat tidur Kara meringis menahan rasa sakit di telapak tangan kanannya yang terasa perih. Ia melangkah perlahan ke kamar mandi sambil mengingat-ingat apa yang terjadi pagi tadi. Samar-samar ia bisa mengingat semuanya, berdebat sengit dengan Bagas, gelas yang pecah dan kedinginan di tangga turun yang mengarah ke pantai. Tiba-tiba Kara teringat akan sesuatu, ia meraba mantel di tubuhnya lalu membukanya cepat-cepat dan terkejut saat melihat mantel tersebut bukan mantel Bagas. Kara membolak-balik mantel itu dan tak mendapatkan petunjuk apapun, saat putus asa Kara meraba saku mantel dingin tersebut dan ia terperanjat seketika. Sebuah kartu nama. Gavin MahendraDirector of Operation and SystemMahendra CorpJadi Pria yang tadi malam menyapanya adalah Gavin? Kara masih ingat saat seorang Pria bertanya padanya, namun setelah itu Kara t

    Last Updated : 2023-01-03

Latest chapter

  • ISTRI 365 HARI   Ujung

    Seolah semuanya sudah diatur, Papa berpulang tepat ketika Kara berkunjung ke Indonesia. Serangan jantung karena komplikasi katanya, persis seperti penyakit Papa mertuanya. Papa Kara yang tidak pernah keluar masuk rumah sakit sama sekali, justru berpulang lebih dulu. Tak ada pesan terakhir yang terucap, namun Kara tahu, Papa hanya ingin Kara pulang, untuk menemani Papa di hari akhirnya. Semuanya terasa seperti mimpi, Kara merasa seperti melayang. Namun keberadaan Bagas dan Brie selalu bisa membuat Kara sadar bahwa hidup harus terus berlanjut. Orang yang paling terlihat terpukul adalah tante Nia, baru tiga tahun pernikahan, ia sudah harus kembali menjanda. Walau hanya tiga tahun, tapi ikatan cinta mereka seolah mengalahkan hubungan suami istri yang sudah terjalin bertahun-tahun lamanya. Tante Nia seperti kehilangan cahaya di wajahnya, ia berduka lebih dari Kara. Empat hari sudah berlalu sejak meninggalnya Papa dan ditengah rasa dukanya Kara harus hadir di pernikahan Gavin. Kara bisa

  • ISTRI 365 HARI   Pulang

    Satu Tahun Kemudian, "Itu Juan!" teriak Kara seraya menunjuk Juan yang mengangguk ke arahnya. "Apa kabar Ju?" sapa Bagas lalu menjabat tangan Juan dengan ramah. "Baik Pak, mari Pak mobilnya di sebelah sini," tukas Juan mengarahkan Bagas, Kara dan Brianna menuju mobil yang akan membawa mereka ke rumah orang tua Bagas. "Wah, tiga tahun gak pulang, ternyata cukup banyak yang berubah yaaa..." cetus Kara takjub melihat perubahan kota Jakarta. Bagas mengangguk, "Iya, kangen juga sama Jakarta! Brie ini hometown kamu nihh, Jakarta!" seru Bagas sambil mengamit tangan Brie. Brie yang sedang asik dengan mainannya tak begitu peduli. Hari ini Bagas dan Kara membawa Brie kembali ke Jakarta untuk mengunjungi keluarga mereka, sekaligus untuk menghadiri resepsi pernikahan Gavin dengan gadis pilihannya yang belum pernah dikenalkan kepada Kara ataupun Bagas. Mobil berhenti tepat di depan rumah orang tua Bagas. Papa dan Mama Bagas tampak menyambut di teras dengan wajah tak sabar. Mereka bukannya tak

  • ISTRI 365 HARI   Happy Family

    Dua tahun kemudian, "Gimana menurut kamu jadinya?" tanya Bagas sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Kara tampak berpikir sejenak, "Yah susah juga sih Gas, dia kan ngelakuin hal kayak gitu karena tamunya kurang ajar, Kita gak bisa pecat orang hanya karena dia mempertahankan harga dirinya," tukas Kara tegas. Bagas menghela nafas panjang, "Ya saya setuju sih sama kamu, tapi kita harus siap kehilangan pelanggan dari Froil, which is mereka adalah salah satu company yang rutin kerjasama dengan restoran kita..." ujar Bagas dengan berat hati. Kara mendekat pada Bagas, memegang kedua tangan Bagas. "Whenever you stuck with this kind of situation just remember apa tujuan awal kita ngejalanin bisnis, it's never about money Gas, kita ngejalanin bisnis ini karena kita suka dan kita mau terus sama-sama, iya kan?" tukas Kara lembut. "Yeah, you're right... Ini nih kenapa kamu mesti sesekali kunjungan ke kantor, untuk ngingetin saya mana yang baik dan mana yang buruk!" seru Bagas lalu mena

  • ISTRI 365 HARI   My Two Angels

    "Gas! Brie kok kayak kuning gitu sih?" seru Kara saat ia sedang berjemur bersama Brie di halaman rumah. Bagas yang sedang memeriksa tanaman terkejut lalu menghampiri Kara. "Masa sih?!" tukas Bagas tak percaya, ia mengamati wajah Brie dengan seksama, "Iya sih Kar, waduh kenapa yah?" tanya Bagas dengan khawatir. "Kayaknya gara-gara bilirubin-nya tinggi deh, kita bawa ke dokter aja deh Gas!" tukas Kara merasa takut. Sebagai ibu baru, Kara masih meraba-raba bagaimana caranya menjadi ibu yang baik bagi Brianna, sehingga segala hal kecil tidak akan luput dari perhatiannya. Pagi itu setelah mandi dan sarapan, Bagas dan Kara bergegas menuju St. Pauls dan langsung mendaftar di poli anak. "Brianna Rose Mahendra!" panggil seorang perawat. Bagas dan Kara segera bangkit dan masuk ke dalam ruang periksa. Dokter mengatakan jika Brie mengalami breastfeeding jaundice yang membuatnya menjadi kuning. Dokter menyarankan Kara untuk lebih sering menyusui Brie dan makan makanan yang bergizi serta menghin

  • ISTRI 365 HARI   Miracle

    Dunia seakan runtuh bagi Bagas saat ia melihat Kara terkulai lemas. Dokter mengatakan Kara mengalami perdarahan hebat sehingga dokter perlu memberikan Kara alat bantu nafas dan transfusi darah karena HB kara yang anjlok ke angka 7.Bagas diminta untuk menunggu di luar agar ia tidak panik, sementara bayi perempuan mereka sudah di urus oleh perawat dan di masukan ke dalam inkubator karena kondisinya yang prematur. Di sela doa dan tangisnya Bagas teringat Mamanya, ia menghubungi Mamanya dan menceritakan apa yang terjadi, Mama sangat terkejut dan memberi wejangan untuk membesarkan hati Bagas. "Ma makasih ya udah lahirin aku ke dunia, selama ini aku gak tau kalau perjuangan Mama dulu mungkin juga seberat ini. Aku minta maaf kalau selama ini selalu bikin Mama kecewa, sekarang aku minta tolong sama Mama buat do'ain Kara supaya dia bisa lalui semua dengan baik..." ujar Bagas sambil sesekali menyeka air matanya. "Aku gak akan bisa hidup bahagia kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama K

  • ISTRI 365 HARI   Giving Birth

    Dengan panik Bagas menggendong Kara ke dalam mobil. Kara merasakan sedikit mulas pada perutnya, "Okee Kara relaks atur nafas... atur nafas... everything will be alright..." Kara mencoba menenangkan diri sementara Bagas sedang sibuk mencari rumah sakit terdekat di mesin pencarian google. "Oke Kar, let's do this! Hang in there baby!" seru Bagas lalu menginjak pedal gas dan melaju menuju St. Pauls Hospitals. Baik Kara maupun Bagas sama sekali tidak mengira bahwa Kara akan mengalami pecah ketuban di usia kandungan yang baru menginjak 33 minggu. Keringat dingin mulai membasahi kening dan leher Kara, Bagas merasa sangat gugup dan panik karena ia tidak menyangka hal ini akan terjadi lebih awal. Ia hanya terus menerus mengatakan pada Kara bahwa semua akan baik-baik saja. Sampai di rumah sakit, Bagas segera menghentikan mobil di depan IGD dan meminta bantuan staf medis untuk membawa Kara ke dalam. Kara terlihat sudah sangat pasrah sambil terus menerus mencoba mengatur nafasnya. Seorang per

  • ISTRI 365 HARI   Negeri Impian

    Bukan hal mudah untuk berbicara pada Mama dan Papa Bagas perkara keinginan Bagas dan Kara untuk pindah ke negara lain. Tapi setelah mereka mengatakan ini semua demi keselamatan dan kenyamanan hidup cucu mereka, akhirnya Papa dan Mama Bagas setuju, bahkan Papa Bagas berjanji akan membantu untuk memblokir akses Visa Thalita ke negara tersebut. "Konyol ya Gas kita..." gumam Kara seraya memandang ke sekeliling penthouse. Bagas menoleh, menatap Kara dengan tatapan penuh tanda tanya. "Selama dua tahun pernikahan, kita udah berapa kali pindah rumah, ini penthouse baru di renov terus mau kita tinggalin lagi," tukas Kara setengah tertawa. Bagas ikut mendengus tertawa, "Gak pa pa lah, ikutin insting aja, yang penting happy!" seru Bagas yang sudah merasa sangat yakin dengan keputusannya. Kara mengangguk, "Semoga di tempat yang baru kita bisa lebih bahagia ya Gas..." ucap Kara seraya merangkul leher Bagas dengan kedua tangannya. "Semoga..." sahut Bagas lalu mengecup bibir Kara lembut. *****Sa

  • ISTRI 365 HARI   Your Dream Is My Command

    "Gas, kamu yakin mau melanjutkan perkara ini?" tanya Kara pelan. Saat itu ia dan Bagas sedang duduk berdua di kitchen bar. Bagas melamun, menatap piring di depannya dengan tatapan kosong. "Saya takut Kar, saya takut dia akan bertindak lebih jauh..." tukas Bagas tanpa menatap Kara. "Kemaren Theo bilang Thalita bisa aja dijerat hukuman sampai lima belas tahun penjara, kamu yakin kamu gak akan merasa bersalah sama dia seumur hidup kamu?" tanya Kara dengan perasaan yang campur aduk. Bagas mendongak, "Memangnya kamu bisa memaafkan?" Bagas balik bertanya, matanya menatap Kara dalam. "Saya lebih baik memaafkan Thalita dari pada harus ngeliat kamu berkubang dalam rasa bersalah seumur hidup kamu," tukas Kara, tak ada keraguan di matanya. "Kamu yakin Kar? Dia gila Kar, dia bisa bertindak nekat!" seru Bagas, bayangan Thalita yang histeris kemarin melintas di benaknya. "Saya justru mau tanya sama kamu, kamu yakin setelah menjebloskan Thalita ke penjara lagi untuk waktu yang lama kamu bisa hi

  • ISTRI 365 HARI   Bertemu Thalita

    "Nemuin Thalita?!" tanya Kara dengan wajah terkejut. Bagas mengangguk pelan. Saat itu mereka sudah berada di Penthouse yang interiornya sudah selesai dirubah menjadi lebih ramah anak. "Emang gak bahaya?" tukas Kara dengan wajah gamang. Bagas menghela nafas panjang, "Kar, dia jadi kayak gitu karena saya..." gumam Bagas sambil menunduk. Dua tahun yang lalu di positano, Bagas berjanji akan kembali ke Thalita setelah kontrak pernikahannya dengan Kara selesai. Thalita dengan segala kehidupan bebasnya mempercayakan hatinya kepada Bagas, satu-satunya pria di dunia yang pernah dicintainya, tapi Bagas mengecewakannya. Seumur hidup Thalita ia tidak pernah dicampakkan. Puluhan kali berpacaran dengan banyak pria, Thalita adalah pihak yang selalu mencampakkan. Namun Bagas merubah semuanya. Bagas menyakitinya dan meninggalkannya tepat di saat ia memilih untuk mempercayakan hidupnya pada Bagas. Tak ada lagi yang tersisa bagi Thalita, bagi Thalita hidupnya berakhir tepat saat Bagas memilih untuk

DMCA.com Protection Status