Share

Kita

Author: Ms. Bloomwood
last update Last Updated: 2022-11-21 22:44:57

Salju mulai berjatuhan dengan deras saat Kara dan Bagas selesai berkeliling di Rijksmuseum. Mereka berdiri di depan bangunan Rijksmuseum yang bergaya Neo Renaisans menunggu Uber Car datang menjemput. 

"Habis dari sini rencananya kamu mau kemana?" 

Tanya Bagas memecah keheningan di antara mereka. 

"Maksudnya setelah dari Amsterdam? Hmmm rencananya mau lanjut ke Brussel! Kamu?"

Kara balik bertanya. 

Bagas mengalihkan pandangannya ke arah seorang anak perempuan kecil yang sedang menari-nari dibawah salju yang berjatuhan dengan anggun. 

"Gak ada tujuan." 

Jawab Bagas singkat. 

Saat ia memutuskan untuk traveling ke Eropa, ia memang tidak punya itinerary khusus. Bagas pergi karena muak dengan perjodohan yang tak henti-henti dilakukan oleh Mamanya yang terlalu ketakutan jika jabatan CEO akan diserahkan Ayahnya kepada Gavin, anak dari simpanan Ayahnya dulu. 

Jadi ia yang memang sudah punya Visa Schengen memutuskan untuk kabur sejenak ke Eropa. Menenangkan pikirannya. 

"Oh. 

Mau ikut itinerary saya?"

Tawar Kara dengan senyuman manis, yang bisa dipastikan memiliki maksud tersembunyi. 

Bagas menaikkan satu alisnya curiga, 

"Oke? Pasti ada syaratnya nih!" 

Tukas Bagas seperti bisa membaca pikiran Kara. 

Kara tersenyum manis, 

"Gak ada syarat khusus sih sebenernya. Cuma kamu harus bayarin semua akomodasi dan transport saya. Itu aja." 

Jawab Kara kalem, ia pura-pura tidak terlalu berharap Bagas akan ikut dengannya. 

Bagas mendengus, 

"Dasar matre!

Ya udah saya ikut! Lagian kamu kan calon istri saya, wajarlah saya bayarin kamu." 

Sahut Bagas dengan nada sombong seperti biasa. 

Rasanya Kara ingin menari saat itu juga! Ia bisa menyimpan semua tabungannya dan jalan-jalan dengan gratis! Sempurna! 

"Tapi ada Syaratnya! 

Kamu harus mau saya suruh-suruh." 

Tambah Bagas datar. 

Kara mendengus, lalu melirik Bagas sebal. 

Uber Car datang, 

Kara dan Bagas bergegas masuk ke dalamnya. Kara langsung merasa nyaman karena di mobil tersedia penghangat, sejak tadi telinga dan hidungnya sudah terasa kebas. 

Mata Kara mulai terasa berat dan perlahan mulai terpejam. Sekejap kemudian ia sudah terkulai jatuh ke bahu Bagas yang duduk di sebelahnya. Bagas mendengus sebal, tapi membiarkan Kara tidur di bahunya. 

Ia melirik menatap wajah Kara yang tertidur pulas. Dalam hati ia berharap Mamanya akan menerima Kara dengan tangan terbuka. Bagas sudah muak karena Mamanya betul-betul menjodohkannya dengan beberapa putri konglomerat. Yang artinya Bagas harus benar-benar menikah dengan mereka. Terikat. 

Sementara dengan Kara, Bagas bisa dengan mudah membuat kontrak. Mereka akan menikah baik-baik dan bercerai baik-baik nantinya. Tidak akan ada yang terluka. Win Win Solutions! 

Tapi masalahnya adalah, Kara adalah gadis kalangan biasa. Bukan hanya kalangan biasa, Kara juga gadis yang di bahunya tertanggung hutang ayahnya sebesar seratus milyar rupiah. Bagas harus mencari cara untuk membuat Mamanya menyukai Kara. Yang artinya harus mengubah Kara menjadi orang lain. 

"Pura-pura jadi orang kaya gitu?!"

Tanya Kara, setelah Bagas menyampaikan apa yang ada dipikirannya. Saat itu mereka sedang duduk di dapur penginapan, menikmati nasi dan rendang yang dibawa Kara. 

Bagas mengangguk, 

"Iya. Kamu bisa pura-pura jadi designer terkenal di Eropa atau apalah yang kira-kira bisa kamu kuasai materinya. Jadi kalau mama saya tanya-tanya kamu gak kelabakan." 

Kara tampak berpikir,

"Menurut kamu saya cocok nya jadi apa?"

Tanya Kara sambil memajukan wajahnya dengan kedua tangan dipipi. 

Bagas menilai wajah Kara, 

"Sebelum saya jawab saya mau tanya. Emang profesi kamu apa?" 

Kara berdehem,

"Saya penulis, cukup terkenal dikalangan terbatas." 

Jawab Kara dengan anggun, seolah ia memang benar-benar terkenal. 

Bahas mengerutkan dahinya, 

"Penulis apa? Kalangan terbatas? Kamu nulis buku ekonomi politik atau apa?" 

Kara berdecak, 

"Saya penulis novel platform online! Huh, saya lumayan terkenal loh!" 

Bagas tiba-tiba seperti mendapatkan sebuah ilham. 

"Nah kamu bisa pura-pura jadi Ghost Writer terkenal di Amerika! Jadi kan Mama saya gak bisa search nama kamu. Ghost writer kan emang gak akan ninggalin jejak." 

Kara tersenyum, dia suka ide itu. Wah hidupnya akan jadi penuh tantangan dan misteri. Kara Adriana Hadinata the most wanted ghost writer in America! Mantap! Kara suka! 

Setelah selesai makan Kara dan Bagas kembali ke kamar. Bagas asik menonton n*****x di laptopnya, sementara Kara sibuk membuat daftar persyaratan nikah kontrak yang akan dia ajukan kepada Bagas.

"Kar, kopi enak nih." 

Tukas Bagas tanpa berpaling dari laptopnya. 

"Bikin sendiri!" 

Sahut Kara malas. 

"Oh, gak jadi dibayarin nih jalan-jalannya?"

Ujar Bagas masih dengan menatap laptopnya. 

Kara meletakkan pulpen yang dipegangnya di atas meja dengan kasar, 

"Iya iyaaaa saya bikinin! Huh!"

Dengan kesal Kara membuka pintu kamar dan turun ke dapur, meninggalkan Bagas yang tersenyum penuh kemenangan. 

Kara menyodorkan kopi panas yang baru saja dibuatnya pada Bagas yang sedang duduk di atas kursi sambil masih menonton film di n*****x.

"Kamu siapin mental ya buat baca persyaratan yang saya buat."

Ujar Kara sambil kembali menulis di atas kertas yang sudah setengah di tulisnya. 

Persyaratan Menikahi Kara Adriana H. 

1. Melunasi hutang Papa sebesar Rp. 100.000.000.000,-.

2. Tidak di perkenankan untuk melakukan sentuhan fisik, kecuali untuk menunjukkan kemesraan kepada orang lain, terbatas pada pelukan, rangkulan, gandengan tangan, kecup pipi dan kening. 

3. Tidak di perkenankan untuk menjalin hubungan dengan pihak ketiga manapun selama kontrak berlangsung. Kecuali jika tidak ketahuan. 

4. Wajib memberikan nafkah lahir yang berupa uang belanja setiap bulannya sebesar Rp. 200.000.000,-.

5. Wajib membelikan mobil untuk transportasi dan merk mobil harus sama atau lebih bagus dari milik pihak pertama dalam hal ini Bagaskara Mahendra. 

6. Tidak memberitahukan kepada siapapun mengenai perjanjian kontrak nikah yang telah disepakati bersama. 

7. Perjanjian nikah akan selesai tepat pada dua tahun, terhitung setelah tanggal pernikahan di sahkan. 

8. Perceraian harus dilakukan dengan baik-baik, dan semua pihak wajib menjaga kerahasiaan kontrak nikah yang telah dilakukan. 

9. Jika poin 1 sampai 6 dilanggar, maka pihak kedua berhak untuk membatalkan kontrak perjanjian nikah yang telah dibuat. 

Bagas membaca syarat yang di ajukan oleh Kara, kadang tersenyum kadang manggut-manggut. 

"Nafkah sebulan cuma dua ratus juta? Gak kekecilan?"

Ledek Bagas. Bahkan ia bisa menghabiskan dua ratus juta dalam satu hari. 

Kara buru-buru menarik kertas yang di pegang Bagas dan berniat merevisi angka nafkah yang ia inginkan. Tapi urung. 

"Biarin deh. Saya kan gak matre-matre amat! Lagian saya punya penghasilan."

Tukas Kara sebal. 

"Oke, besok saya akan hubungi attorney saya di London untuk bikin kontrak resminya supaya nanti saat kunjungan ke London kita bisa langsung tanda tangan." 

Ujar Bagas lalu memfoto tulisan yang Kara buat dan mengirimkannya via email kepada pengacaranya di London. 

Kara hanya tercengang menatap Bagas. 

Bagaimana Bagas bisa punya pengacara di London? Apa dia punya bisnis disana juga? 

"Besok saya mau ke Giethoorn! Main Ski! Pasti kanal-kanalnya pada beku!" 

Seru Kara dengan semangat. 

"Saya? Kita! Inget sekarang kita bukan solo traveler lagi. Tapi Duo." 

Sahut Bagas sewot. 

Kara tersenyum kecil mendengarnya. Siapa sangka kehidupan seseorang bisa berubah banyak hanya dalam tempo dua hari saja. 

*****

Related chapters

  • ISTRI 365 HARI   Terperosok

    Pagi ini Kara dikejutkan dengan sebuah mobil mewah yang sudah di sewa oleh Bagas untuk perjalanan mereka ke Giethoorn. Ia girang bukan kepalang, karena perjalanan dengan kereta akan memakan jarak tempuh yang lebih lama. Di tambah harus transit dengan menggunakan bus untuk menuju Desa Giethoorn. "Bawa apa sih banyak amat?"tanya Bagas saat melihat Kara membawa satu kantong penuh berisi camilan dan minuman. "Cemilan, buat di jalan. Saya kalau di mobil mesti makan." jawab Kara santai sambil memasukan camilan dan bantal kecil ke mobil bagian Belakang. Bagas hanya melengos tak peduli, ia sudah siap di balik kemudinya. Sesekali ia merapatkan mantel tebalnya, karena udara di luar mencapai minus 5 derajat celcius. "Okay, beres!" seru Kara seraya menutup pintu mobil. Tanpa menyahut Bagas mulai menjalankan mobil secara perlahan. "Boleh nyalain musik?"Tanya Kara sambil melirik music player canggih yang ada di dalam mobil. Bagas menggerakan kedua alisnya satu kali dengan cepat, tanda setu

    Last Updated : 2022-12-12
  • ISTRI 365 HARI   Tom & Jerry

    Kara terbangun setelah hampir dua jam tertidur. Dengan satu gerakan pelan ia bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur yang dialasi dengan sprei linen berwarna putih tulang. Kaki kanannya terasa sakit. Ia memandang ruangan kamar dengan bingung, sebuah kamar yang tampak cukup kuno dengan beberapa foto sepasang wanita dan pria terpajang rapi di dinding. Terdapat satu kursi goyang yang menghadap ke jendela yang menyajikan pemandangan kanal yang membeku. Kata tersentak,Teringat tadi ia sempat terperosok ke dalam lubang di kanal yang beku saat sedang melakukan Ice Skating bersama Bagas. Bagas?Dimana dia? Kara menoleh ke cermin berbentuk diamond yang tepasang di dinding di sebelah tempat tidur. Astaga! Ia memakai baju siapa? Dan siapa yang menggantikan bajunya?! Dengan langkah tertatih ia berjalan keluar dari kamar, tidak ada orang. Ia mulai mengarahkan langkahnya menuju dapur, dan di sana terlihat Bagas sedang duduk dengan seorang bapak tua sambil meminum sesuatu, yang

    Last Updated : 2022-12-12
  • ISTRI 365 HARI   Pertemuan Misterius Di Bruges

    "Kara! Kara! Bangun! We gotta go!"Bagas menarik-narik rambut Kara pelan. Kara memicingkan matanya, silau oleh cahaya matahari yang masuk dari jendela. "Apaan sih bangunin jambak-jambak rambut! Sakit tau!"gerutu Kara sambil mengusap rambut yang tadi ditarik oleh Bagas. "Yaudah bangun cepet! Kita mesti sampai Bruges sore ini juga!" gumam Bagas, tangannya sibuk merapihkan koper. Kara mendelik, "Kok jadi Bruges? Bukannya kita mau ke Brussels?!"Bagas berdecak, "Bawel deh, orang yang mau saya temui ternyata di Bruges!"Kara menghentakkan kakinya, "Kok jadi tentang kamu sih! Saya kan juga punya itinerary! Gak nanya, gak minta persetujuan! Seenaknya aja!" cerocos Kara mulai emosi. Wajahnya benar-benar sudah tak terkontrol. Bagas mendengus kesal, "Ini penting buat saya! Kamu mau ikut apa enggak?" Kara semakin kesal, "Yaudah kamu pergi sendiri aja sana! Bayar sini uang sewa 50 kali lipatnya! Saya batalin perjanjian kita! Gak sudi nikah sama orang yang suka semena-mena! Mentang-ment

    Last Updated : 2022-12-15
  • ISTRI 365 HARI   Siapa Wanita Oriental Itu?

    Tanpa mengganti bajunya, Kara berjalan cepat mengikuti Bagas. Ia berusaha menjaga jarak dengan Bagas agar tidak ketahuan. Lagaknya benar-benar seperti seorang mata-mata yang sedang mengintai musuh. Gesit dan lihai. Ia melihat Bagas masuk ke dalam sebuah cafe dengan gambar waffle besar di depannya. Cafe tersebut terletak tidak jauh dari Hotel Dukes Palace tempat mereka menginap. Dari jarak beberapa meter Kara mengintip ke dalam Cafe yang tampak penuh. Jika ia menyelinap mungkin Bagas tidak akan melihatnya. Dengan gerakan cepat ia menyelinap masuk ke dalam Cafe, wajahnya ia tutupi dengan selebaran promo yang tadi diambilnya sembarang di lobby hotel. Seorang pelayan wanita mengantarkan Kara ke tempat duduk yang kosong untuk satu orang. Ditengah keramaian Cafe Kara mencari-cari sosok Bagas yang terlihat menonjol di tengah-tengah orang-orang Eropa. Dan ternyata Bagas hanya berjarak dua meja dari nya, ia duduk memunggungi Kara, menghadap pada seorang wanita cantik dengan wajah oriental

    Last Updated : 2022-12-15
  • ISTRI 365 HARI   Sang Mantan

    Hotel Dukes Palace malam hari tampak lebih indah dengan hiasan lampu-lampu temaram. Kara melangkah masuk hotel dengan wajah muram, kaki kanannya sesekali masih terasa ngilu pasca kejadian terperosok di kanal beku Desa Giethoorn. Saat hendak menggunakan lift ke lantai 5 dan memerlukan access card untuk menekan tombolnya, Kara baru tersadar ia tidak memegang access card untuk masuk ke kamar hotel. Ia berinisiatif untuk bertanya pada resepsionis barangkali mereka bisa membantunya masuk. Namun resepsionis karena alasan keamanan enggan memberikan access card dan meminta Kara menunggu sang pemesan kamar datang. Bodohnya Kara ia tidak memiliki nomor telepon Bagas! Dengan gusar Kara menghempaskan tubuhnya di sofa empuk yang terdapat di lobby hotel. Tubuhnya terasa lelah dan matanya sangat mengantuk. Tanpa terasa ia tertidur pulas dengan kepala terkulai di sandaran sofa. Saat itu jam klasik di lobby hotel menunjukkan pukul 9.00 malam. Hampir 3 jam Kara tertidur di lobby, petugas hotel yang

    Last Updated : 2022-12-16
  • ISTRI 365 HARI   Si Mata Duitan

    "Jadi kita akan kemana nona?"Tanya supir Taxi dalam bahasa Belanda. Kara terdiam sejenak, ia sama sekali tidak memiliki tujuan akan kemana malam itu. "Sebentar,"Kara membuka ponsel dan mencari hotel murah terdekat yang memiliki kamar kosong. Setelah mencari agak lama dan membuat supir taxi berjalan tak tentu arah, Kara menemukan apartemen yang cukup murah disekitaran kawasan Markt Bruges. Hanya dalam waktu 10 menit, Kara sudah tiba di depan sebuah apartemen 10 lantai yang cukup bagus, walaupun tidak mewah. Ia baru saja turun dari taxi dan sedang membetulkan letak kopernya di trotoar jalan saat tiba-tiba sebuah tangan menyentuh tangannya, membuat Kara tersentak. Ia sama sekali tidak menyadari jika Bagas mengikutinya. "Kar, gitu aja marah sih! Main kabur aja!" Tukas Bagas sambil memegang satu tangan Kara agar Kara tidak lari. Kara menyentak kan tangannya agar terlepas dari Bagas, "Gak usah sok akrab! Awas minggir!"Omel Kara sambil menerobos Bagas lalu melangkah cepat ke aparte

    Last Updated : 2022-12-18
  • ISTRI 365 HARI   Keputusan Final

    Cahaya matahari pagi menerobos dari tirai yang lupa ditutup rapat tadi malam. Kara memicingkan matanya, lalu membukanya perlahan,"Aaaaaaaaaaak BAGAS! NGAPAIN SIH!" Teriaknya saat mendapati Bagas sedang tertidur pulas sambil memeluk Kara seperti sebuah guling. Bagas yang terkejut dengan teriakan Kara langsung terjaga, ia juga terkejut saat melihat tangan dan kakinya memeluk Kara seperti itu."Gak sengaja! Sumpah!"tukas Bagas sambil melepaskan tangan dan kakinya dari Kara. Kara langsung bangkit dari kasur dan berdiri tegap, "Kamu gak ngapa-ngapain saya kan? Aduh Gas saya masih perawan tauuuuu!" Oceh Kara sambil menutupi dadanya dengan tangan seolah ia habis dinodai. Bagas mencibir,"Yaelah Kar, saya cuma meluk kamu, gak ngapa-ngapain! Lagian saya gak sadar, saya kira kamu guling!" Kara mendengus,"Besokan kamu tidur di sofa deh! Kalau gak kita pisah kamar! Cabul!"Omel Kara sebal.Bagas melotot, "Sembarangan kalau ngomong! Kamu aja jadi cewek gak ada seksi-seksinya! Nafsu juga

    Last Updated : 2022-12-18
  • ISTRI 365 HARI   Suddenly Kiss

    Belfry of Bruges, tujuan pertama Kara dan Bagas adalah sebuah menara lonceng abad pertengahan yang terletak di pusat kota Bruges. Menara setinggi 83 meter ini merupakan salah satu simbol kota Bruges yang sering didatangi oleh para turis. Terdapat 366 anak tangga yang akan membawa para pengunjung sampai di puncak menara. Setelah membeli tiket seharga 24 Euro untuk dua orang, Kara dan Bagas melangkah masuk ke dalam Belfry of Bruges. Lantai satu dari bangunan ini tampak dipenuhi dengan koleksi bel sementara di lantai dua terdapat mesin pemutar musik yang memainkan lagu klasik setiap 15 menit sekali. Setelah melewati 366 anak tangga, Kara dan Bagas sampai di puncak menara. "Wahhhhh Wahhhhh KEREN BANGET!"tukas Kara sambil membentangkan tangannya lebar-lebar. Bagas yang sudah berkali-kali ke Bruges bahkan belum pernah meluangkan waktu untuk naik sampai ke puncak Belfry of Bruges. Matanya berbinar terpesona oleh keindahan pemandangan Kota Bruges yang terlihat jelas dari puncak menara.

    Last Updated : 2022-12-19

Latest chapter

  • ISTRI 365 HARI   Ujung

    Seolah semuanya sudah diatur, Papa berpulang tepat ketika Kara berkunjung ke Indonesia. Serangan jantung karena komplikasi katanya, persis seperti penyakit Papa mertuanya. Papa Kara yang tidak pernah keluar masuk rumah sakit sama sekali, justru berpulang lebih dulu. Tak ada pesan terakhir yang terucap, namun Kara tahu, Papa hanya ingin Kara pulang, untuk menemani Papa di hari akhirnya. Semuanya terasa seperti mimpi, Kara merasa seperti melayang. Namun keberadaan Bagas dan Brie selalu bisa membuat Kara sadar bahwa hidup harus terus berlanjut. Orang yang paling terlihat terpukul adalah tante Nia, baru tiga tahun pernikahan, ia sudah harus kembali menjanda. Walau hanya tiga tahun, tapi ikatan cinta mereka seolah mengalahkan hubungan suami istri yang sudah terjalin bertahun-tahun lamanya. Tante Nia seperti kehilangan cahaya di wajahnya, ia berduka lebih dari Kara. Empat hari sudah berlalu sejak meninggalnya Papa dan ditengah rasa dukanya Kara harus hadir di pernikahan Gavin. Kara bisa

  • ISTRI 365 HARI   Pulang

    Satu Tahun Kemudian, "Itu Juan!" teriak Kara seraya menunjuk Juan yang mengangguk ke arahnya. "Apa kabar Ju?" sapa Bagas lalu menjabat tangan Juan dengan ramah. "Baik Pak, mari Pak mobilnya di sebelah sini," tukas Juan mengarahkan Bagas, Kara dan Brianna menuju mobil yang akan membawa mereka ke rumah orang tua Bagas. "Wah, tiga tahun gak pulang, ternyata cukup banyak yang berubah yaaa..." cetus Kara takjub melihat perubahan kota Jakarta. Bagas mengangguk, "Iya, kangen juga sama Jakarta! Brie ini hometown kamu nihh, Jakarta!" seru Bagas sambil mengamit tangan Brie. Brie yang sedang asik dengan mainannya tak begitu peduli. Hari ini Bagas dan Kara membawa Brie kembali ke Jakarta untuk mengunjungi keluarga mereka, sekaligus untuk menghadiri resepsi pernikahan Gavin dengan gadis pilihannya yang belum pernah dikenalkan kepada Kara ataupun Bagas. Mobil berhenti tepat di depan rumah orang tua Bagas. Papa dan Mama Bagas tampak menyambut di teras dengan wajah tak sabar. Mereka bukannya tak

  • ISTRI 365 HARI   Happy Family

    Dua tahun kemudian, "Gimana menurut kamu jadinya?" tanya Bagas sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Kara tampak berpikir sejenak, "Yah susah juga sih Gas, dia kan ngelakuin hal kayak gitu karena tamunya kurang ajar, Kita gak bisa pecat orang hanya karena dia mempertahankan harga dirinya," tukas Kara tegas. Bagas menghela nafas panjang, "Ya saya setuju sih sama kamu, tapi kita harus siap kehilangan pelanggan dari Froil, which is mereka adalah salah satu company yang rutin kerjasama dengan restoran kita..." ujar Bagas dengan berat hati. Kara mendekat pada Bagas, memegang kedua tangan Bagas. "Whenever you stuck with this kind of situation just remember apa tujuan awal kita ngejalanin bisnis, it's never about money Gas, kita ngejalanin bisnis ini karena kita suka dan kita mau terus sama-sama, iya kan?" tukas Kara lembut. "Yeah, you're right... Ini nih kenapa kamu mesti sesekali kunjungan ke kantor, untuk ngingetin saya mana yang baik dan mana yang buruk!" seru Bagas lalu mena

  • ISTRI 365 HARI   My Two Angels

    "Gas! Brie kok kayak kuning gitu sih?" seru Kara saat ia sedang berjemur bersama Brie di halaman rumah. Bagas yang sedang memeriksa tanaman terkejut lalu menghampiri Kara. "Masa sih?!" tukas Bagas tak percaya, ia mengamati wajah Brie dengan seksama, "Iya sih Kar, waduh kenapa yah?" tanya Bagas dengan khawatir. "Kayaknya gara-gara bilirubin-nya tinggi deh, kita bawa ke dokter aja deh Gas!" tukas Kara merasa takut. Sebagai ibu baru, Kara masih meraba-raba bagaimana caranya menjadi ibu yang baik bagi Brianna, sehingga segala hal kecil tidak akan luput dari perhatiannya. Pagi itu setelah mandi dan sarapan, Bagas dan Kara bergegas menuju St. Pauls dan langsung mendaftar di poli anak. "Brianna Rose Mahendra!" panggil seorang perawat. Bagas dan Kara segera bangkit dan masuk ke dalam ruang periksa. Dokter mengatakan jika Brie mengalami breastfeeding jaundice yang membuatnya menjadi kuning. Dokter menyarankan Kara untuk lebih sering menyusui Brie dan makan makanan yang bergizi serta menghin

  • ISTRI 365 HARI   Miracle

    Dunia seakan runtuh bagi Bagas saat ia melihat Kara terkulai lemas. Dokter mengatakan Kara mengalami perdarahan hebat sehingga dokter perlu memberikan Kara alat bantu nafas dan transfusi darah karena HB kara yang anjlok ke angka 7.Bagas diminta untuk menunggu di luar agar ia tidak panik, sementara bayi perempuan mereka sudah di urus oleh perawat dan di masukan ke dalam inkubator karena kondisinya yang prematur. Di sela doa dan tangisnya Bagas teringat Mamanya, ia menghubungi Mamanya dan menceritakan apa yang terjadi, Mama sangat terkejut dan memberi wejangan untuk membesarkan hati Bagas. "Ma makasih ya udah lahirin aku ke dunia, selama ini aku gak tau kalau perjuangan Mama dulu mungkin juga seberat ini. Aku minta maaf kalau selama ini selalu bikin Mama kecewa, sekarang aku minta tolong sama Mama buat do'ain Kara supaya dia bisa lalui semua dengan baik..." ujar Bagas sambil sesekali menyeka air matanya. "Aku gak akan bisa hidup bahagia kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama K

  • ISTRI 365 HARI   Giving Birth

    Dengan panik Bagas menggendong Kara ke dalam mobil. Kara merasakan sedikit mulas pada perutnya, "Okee Kara relaks atur nafas... atur nafas... everything will be alright..." Kara mencoba menenangkan diri sementara Bagas sedang sibuk mencari rumah sakit terdekat di mesin pencarian google. "Oke Kar, let's do this! Hang in there baby!" seru Bagas lalu menginjak pedal gas dan melaju menuju St. Pauls Hospitals. Baik Kara maupun Bagas sama sekali tidak mengira bahwa Kara akan mengalami pecah ketuban di usia kandungan yang baru menginjak 33 minggu. Keringat dingin mulai membasahi kening dan leher Kara, Bagas merasa sangat gugup dan panik karena ia tidak menyangka hal ini akan terjadi lebih awal. Ia hanya terus menerus mengatakan pada Kara bahwa semua akan baik-baik saja. Sampai di rumah sakit, Bagas segera menghentikan mobil di depan IGD dan meminta bantuan staf medis untuk membawa Kara ke dalam. Kara terlihat sudah sangat pasrah sambil terus menerus mencoba mengatur nafasnya. Seorang per

  • ISTRI 365 HARI   Negeri Impian

    Bukan hal mudah untuk berbicara pada Mama dan Papa Bagas perkara keinginan Bagas dan Kara untuk pindah ke negara lain. Tapi setelah mereka mengatakan ini semua demi keselamatan dan kenyamanan hidup cucu mereka, akhirnya Papa dan Mama Bagas setuju, bahkan Papa Bagas berjanji akan membantu untuk memblokir akses Visa Thalita ke negara tersebut. "Konyol ya Gas kita..." gumam Kara seraya memandang ke sekeliling penthouse. Bagas menoleh, menatap Kara dengan tatapan penuh tanda tanya. "Selama dua tahun pernikahan, kita udah berapa kali pindah rumah, ini penthouse baru di renov terus mau kita tinggalin lagi," tukas Kara setengah tertawa. Bagas ikut mendengus tertawa, "Gak pa pa lah, ikutin insting aja, yang penting happy!" seru Bagas yang sudah merasa sangat yakin dengan keputusannya. Kara mengangguk, "Semoga di tempat yang baru kita bisa lebih bahagia ya Gas..." ucap Kara seraya merangkul leher Bagas dengan kedua tangannya. "Semoga..." sahut Bagas lalu mengecup bibir Kara lembut. *****Sa

  • ISTRI 365 HARI   Your Dream Is My Command

    "Gas, kamu yakin mau melanjutkan perkara ini?" tanya Kara pelan. Saat itu ia dan Bagas sedang duduk berdua di kitchen bar. Bagas melamun, menatap piring di depannya dengan tatapan kosong. "Saya takut Kar, saya takut dia akan bertindak lebih jauh..." tukas Bagas tanpa menatap Kara. "Kemaren Theo bilang Thalita bisa aja dijerat hukuman sampai lima belas tahun penjara, kamu yakin kamu gak akan merasa bersalah sama dia seumur hidup kamu?" tanya Kara dengan perasaan yang campur aduk. Bagas mendongak, "Memangnya kamu bisa memaafkan?" Bagas balik bertanya, matanya menatap Kara dalam. "Saya lebih baik memaafkan Thalita dari pada harus ngeliat kamu berkubang dalam rasa bersalah seumur hidup kamu," tukas Kara, tak ada keraguan di matanya. "Kamu yakin Kar? Dia gila Kar, dia bisa bertindak nekat!" seru Bagas, bayangan Thalita yang histeris kemarin melintas di benaknya. "Saya justru mau tanya sama kamu, kamu yakin setelah menjebloskan Thalita ke penjara lagi untuk waktu yang lama kamu bisa hi

  • ISTRI 365 HARI   Bertemu Thalita

    "Nemuin Thalita?!" tanya Kara dengan wajah terkejut. Bagas mengangguk pelan. Saat itu mereka sudah berada di Penthouse yang interiornya sudah selesai dirubah menjadi lebih ramah anak. "Emang gak bahaya?" tukas Kara dengan wajah gamang. Bagas menghela nafas panjang, "Kar, dia jadi kayak gitu karena saya..." gumam Bagas sambil menunduk. Dua tahun yang lalu di positano, Bagas berjanji akan kembali ke Thalita setelah kontrak pernikahannya dengan Kara selesai. Thalita dengan segala kehidupan bebasnya mempercayakan hatinya kepada Bagas, satu-satunya pria di dunia yang pernah dicintainya, tapi Bagas mengecewakannya. Seumur hidup Thalita ia tidak pernah dicampakkan. Puluhan kali berpacaran dengan banyak pria, Thalita adalah pihak yang selalu mencampakkan. Namun Bagas merubah semuanya. Bagas menyakitinya dan meninggalkannya tepat di saat ia memilih untuk mempercayakan hidupnya pada Bagas. Tak ada lagi yang tersisa bagi Thalita, bagi Thalita hidupnya berakhir tepat saat Bagas memilih untuk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status