ISTRI 100 KILOGRAMPart 26Pov Ayu"Nggak, Nggak, Nggak. Aku nggak mau kamu begini. Aku tau didalam sini masih ada rasa itu untukku kan?" Mas Adam terus saja mencoba untuk meyakinkanku jika dia akan berubah.Jujur, hatiku goyah, niatku buyar. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku belum bisa berpikir jernih, sebaiknya aku berdiskusi lagi sama Mama dan Papa."Kalau kamu berpikir ini sia-sia, jawabannya tidak. Usaha kamu tidak sia-sia, Ayu. Aku tidak ingin kehilangan kamu lagi untuk kesekian kalinya," ucap Mas Adam lagi yang kembali memegang kedua tanganku erat. Aku terus membisu tanpa suara, untuk saat ini belum bisa untuk berpikir."Sebaiknya kamu pulang, Mas," usirku. Lebih baik memang sekarang pulang, biarlah agar dia bisa merenungkan kesalahannya selama ini."Nggak! Aku mau pulang kalau kamu juga mau ikut sama aku," ucapnya sambil menggeleng kuat."Pulanglah, Mas. Aku juga harus berpikir, begitu juga kamu," ucapku memberi alasan. Agar Mas Adam bisa langsung pulang dan tidak membu
ISTRI 100 KILOGRAMPart 27Pov Ayu"Kamu jadi pergi lagi, Sayang?" tanya Mama saat kami sedang menonton televisi. Papa asik membaca berita di ponselnya, sedangkan aku tidur di pangkuan Mama sambil menonton telivisi. Tangan Mama membelai rambutku lembut, kenyamanan itu telah kembali."Aku bingung, Ma," jawabku singkat."Kenapa? Bukannya kamu memang mau menurunkan berat badan sedikit lagi?" tanya Mama lagi. Kemarin aku sudah bercerita sama Mama kalau aku akan mengikuti program diet sama Danis lagi. Tidak lama, satu bulan. Karena kata Danis berat badanki turunnya cepat, lagian aku juga tidak suka jika terlklau kurus."Kalau kamu memang nggak mau diet lagi, nggak papa kok. Kamu itu tetap anak Mama yang paling cantik," ujar Mama lagi karena aku tidak menjawab pertanyaannya tadi. Mungkin Mama tau jika aku ragu."Iya. Karena aku anak Mama satu-satunya," seruku kesal. Seketika disambut tawa oleh Mama dan Papa, aku tau mereka sangat menyayangiku. Mereka menyuruhku untuk berpisah dari Mas Adam,
ISTRI 100 KILOGRAMPart 28Pov Ayu"Ma, buruan. Katanya tadi udah telat," teriakku sambil mengetuk pintu kamar Mama. Pagi ini aku akan ikut bersama Mama ke butiknya, karena aku memutuskan untuk membantu menjalankan butik Mama yang berada di pusat kota."Iya, Sayang."Klek!Pintu kamar Mama terbuka, terlihat malaikat tanpa sayap keluar dari kamar. Sangat cantik dan anggun, kadang aku merasa minder melihat bentuk tubuh Mama yang masih langsing padahal sudah berumur."Kok bengong, ayo," ajak Mama menarik tanganku. Aku berjalan beriringan dengan Mama menuju mobil yang sudah di siapkan oleh Mang Maman. Iya, Mang Maman akhirnya pindah lagi bekerja disini bersama Mbok Darmi. Karena mereka tidak mau bekerja disana lagi setelah pemecatan hari itu. Jadi bisa dipastikan jika Mas Adam tinggal sendirian disana.Aku lebih memilih duduk santai di samping Mama yang mengemudi. Akhir-akhir ini konsentrasiku sedikit terganggu. Apalagi setelah semalam Talita menelpon dan memberi saran."Kamu sudah mengam
ISTRI 100 KILOGRAMPart 29Pov Adam"Pokonya Mama nggak setuju sama keputusan kamu," teriak Mama lantang. Sekarang aku, Mama dan Papa sedang duduk di ruang keluarga. Mama menelpon dan menyuruhku untuk pulang kerumah karena ada hal penting yang akan dibicarakan."Ma, Adam udah dewasa. Biarkan Adam memilih jalan hidup Adam sendiri," ucapku frustasi. Mama selalu saja mengatur jalan liku hidupku, kehidupanku bahkan mimpiku."Mama tau yang terbaik untuk kamu, jadi baiknya kamu turuti saja kemauan Mama," bentak Mama lagi seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Aku hanya bisa mengembuskan nafas dengan kasar, tanda penolakan."Adam tetap akan mempertahankan rumah tanggaku dengan Ayu," tegasku lagi."Kamu mau jadi anak durhaka? Mama sudah terlanjur muak dengan sikap sombongnya itu. Lagian perusahaan Papa juga sudah stabil keuangannya, jadi kita nggak perlu sama mereka lagi," ucap Mama menjelaskan."Tapi Adam masih menginginkan Ayu, Ma," gumamku pelan. Aku tahu Mama tetap kukuh dengan kei
ISTRI 100 KILOGRAMPart 30Pov AdamTok Tok Tok!"Selamat malam!"Setelah aku menunjukkan dimana rumah Claudia, kedua polisi tersebut langsung mengetuk pintu rumah Claudia. Tapi sepertinya tidak ada orang di dalam, karena setelah menunggu lima menit tidak ada tanda-tanda pintu ini akan dibuka."Sepertinya tidak ada orang, Pak," ucapku sambil memijit pelipisku. Jujur, saat ini hidupku sangat amburadul."Maaf sebelumnya, ada hubungan apa ya Anda dengan saudara Ayu dan juga Claudia?" tanya salah satu polisi tersebut.Pertanyaan mereka membuatku seperti tertampar, selama ini aku sudah sangat menyakiti Ayu, istriku. Aku suaminya, tapi tidak pernah sekalipun aku membahagiakannya. Aku selalu mementingkan Claudia, wanita penipu itu.Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ayu saat melihatku bersama Claudia."Pak!" Aku terkejut saat polisi memanggil namaku."Eh, iya Pak. Maaf saya terlalu banyak pikiran. Ayu itu istri saya, sedangkan Claudia itu sahabat istri saya," jawabku menjelaskan.
ISTRI 100 KILOGRAMPart 31Pov DanisSudah tiga hari aku berada disini, menjaga dan merawatnya sepenuh hati. Wanita yang aku cinta dari dulu, sekarang tepat berada di depan mataku.Dulu dia sempat menghilang entah kemana, aku sampai mencarinya kemana-mana agar aku mengetahui jejaknya.Tapi nihil, dia tidak aku temukan. Sampai akhirnya, Anta teman kuliahku mengirimkan fotonya yang akan menjadi pasienku. Sebenarnya aku juga tidak ingin kembali ke Indonesia secepat ini, tapi ketika melihat jika Ayulah yang akan menjadi pasienku. Maka aku memutuskan untuk segera pulang dan membuka usaha disini.Ayu yang ku kenal dulu sangat jauh berbeda dengan Ayu yang aku kenal sekarang. Dia gemuk dan memiliki bobot badan yang sangat berlebih.Tapi satu yang tidak pernah beda darinya, dia cantik. Dia masih wanitaku yang sangat cantik, dia masih menjadi wanita yang baik dan lembut seperti namanya.Aku pikir dia hidupnya bahagia, tapi ternyata aku salah. Dia menyimpan banyak luka, tapi dia menutupinya deng
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang