ISTRI 100 KILOGRAMPart 27Pov Ayu"Kamu jadi pergi lagi, Sayang?" tanya Mama saat kami sedang menonton televisi. Papa asik membaca berita di ponselnya, sedangkan aku tidur di pangkuan Mama sambil menonton telivisi. Tangan Mama membelai rambutku lembut, kenyamanan itu telah kembali."Aku bingung, Ma," jawabku singkat."Kenapa? Bukannya kamu memang mau menurunkan berat badan sedikit lagi?" tanya Mama lagi. Kemarin aku sudah bercerita sama Mama kalau aku akan mengikuti program diet sama Danis lagi. Tidak lama, satu bulan. Karena kata Danis berat badanki turunnya cepat, lagian aku juga tidak suka jika terlklau kurus."Kalau kamu memang nggak mau diet lagi, nggak papa kok. Kamu itu tetap anak Mama yang paling cantik," ujar Mama lagi karena aku tidak menjawab pertanyaannya tadi. Mungkin Mama tau jika aku ragu."Iya. Karena aku anak Mama satu-satunya," seruku kesal. Seketika disambut tawa oleh Mama dan Papa, aku tau mereka sangat menyayangiku. Mereka menyuruhku untuk berpisah dari Mas Adam,
ISTRI 100 KILOGRAMPart 28Pov Ayu"Ma, buruan. Katanya tadi udah telat," teriakku sambil mengetuk pintu kamar Mama. Pagi ini aku akan ikut bersama Mama ke butiknya, karena aku memutuskan untuk membantu menjalankan butik Mama yang berada di pusat kota."Iya, Sayang."Klek!Pintu kamar Mama terbuka, terlihat malaikat tanpa sayap keluar dari kamar. Sangat cantik dan anggun, kadang aku merasa minder melihat bentuk tubuh Mama yang masih langsing padahal sudah berumur."Kok bengong, ayo," ajak Mama menarik tanganku. Aku berjalan beriringan dengan Mama menuju mobil yang sudah di siapkan oleh Mang Maman. Iya, Mang Maman akhirnya pindah lagi bekerja disini bersama Mbok Darmi. Karena mereka tidak mau bekerja disana lagi setelah pemecatan hari itu. Jadi bisa dipastikan jika Mas Adam tinggal sendirian disana.Aku lebih memilih duduk santai di samping Mama yang mengemudi. Akhir-akhir ini konsentrasiku sedikit terganggu. Apalagi setelah semalam Talita menelpon dan memberi saran."Kamu sudah mengam
ISTRI 100 KILOGRAMPart 29Pov Adam"Pokonya Mama nggak setuju sama keputusan kamu," teriak Mama lantang. Sekarang aku, Mama dan Papa sedang duduk di ruang keluarga. Mama menelpon dan menyuruhku untuk pulang kerumah karena ada hal penting yang akan dibicarakan."Ma, Adam udah dewasa. Biarkan Adam memilih jalan hidup Adam sendiri," ucapku frustasi. Mama selalu saja mengatur jalan liku hidupku, kehidupanku bahkan mimpiku."Mama tau yang terbaik untuk kamu, jadi baiknya kamu turuti saja kemauan Mama," bentak Mama lagi seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Aku hanya bisa mengembuskan nafas dengan kasar, tanda penolakan."Adam tetap akan mempertahankan rumah tanggaku dengan Ayu," tegasku lagi."Kamu mau jadi anak durhaka? Mama sudah terlanjur muak dengan sikap sombongnya itu. Lagian perusahaan Papa juga sudah stabil keuangannya, jadi kita nggak perlu sama mereka lagi," ucap Mama menjelaskan."Tapi Adam masih menginginkan Ayu, Ma," gumamku pelan. Aku tahu Mama tetap kukuh dengan kei
ISTRI 100 KILOGRAMPart 30Pov AdamTok Tok Tok!"Selamat malam!"Setelah aku menunjukkan dimana rumah Claudia, kedua polisi tersebut langsung mengetuk pintu rumah Claudia. Tapi sepertinya tidak ada orang di dalam, karena setelah menunggu lima menit tidak ada tanda-tanda pintu ini akan dibuka."Sepertinya tidak ada orang, Pak," ucapku sambil memijit pelipisku. Jujur, saat ini hidupku sangat amburadul."Maaf sebelumnya, ada hubungan apa ya Anda dengan saudara Ayu dan juga Claudia?" tanya salah satu polisi tersebut.Pertanyaan mereka membuatku seperti tertampar, selama ini aku sudah sangat menyakiti Ayu, istriku. Aku suaminya, tapi tidak pernah sekalipun aku membahagiakannya. Aku selalu mementingkan Claudia, wanita penipu itu.Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ayu saat melihatku bersama Claudia."Pak!" Aku terkejut saat polisi memanggil namaku."Eh, iya Pak. Maaf saya terlalu banyak pikiran. Ayu itu istri saya, sedangkan Claudia itu sahabat istri saya," jawabku menjelaskan.
ISTRI 100 KILOGRAMPart 31Pov DanisSudah tiga hari aku berada disini, menjaga dan merawatnya sepenuh hati. Wanita yang aku cinta dari dulu, sekarang tepat berada di depan mataku.Dulu dia sempat menghilang entah kemana, aku sampai mencarinya kemana-mana agar aku mengetahui jejaknya.Tapi nihil, dia tidak aku temukan. Sampai akhirnya, Anta teman kuliahku mengirimkan fotonya yang akan menjadi pasienku. Sebenarnya aku juga tidak ingin kembali ke Indonesia secepat ini, tapi ketika melihat jika Ayulah yang akan menjadi pasienku. Maka aku memutuskan untuk segera pulang dan membuka usaha disini.Ayu yang ku kenal dulu sangat jauh berbeda dengan Ayu yang aku kenal sekarang. Dia gemuk dan memiliki bobot badan yang sangat berlebih.Tapi satu yang tidak pernah beda darinya, dia cantik. Dia masih wanitaku yang sangat cantik, dia masih menjadi wanita yang baik dan lembut seperti namanya.Aku pikir dia hidupnya bahagia, tapi ternyata aku salah. Dia menyimpan banyak luka, tapi dia menutupinya deng
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang
ISTRI 100 KILOGRAMPart 34Pov Ayu.Untuk kesekian kalinya aku mencium bau khas rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang terakhir aku ingat adalah ketika aku akan dibawa ke ruang operasi. Juga ingatan suara Mama dan Papa yang memberikanku semangat."Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya Mama padaku. Aku belum bisa melihat wajah cantiknya, badanku rasanya susah untuk digerakkan."Eump." Hanya itu yang bisa aku ucapkan, pertanda memang aku suka sadar."Alhamdulillah, kata suster nanti perbannya udah bisa dibuka kalau Dokter bilang sudah bisa," ucap Mama dengan nada penuh syukur. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Mereka menjagaku siang dan malam, dari bayi hingga sekarang."Aku haus, Ma," ujarku meraba-raba ke arah Mama."Sebentar."Sesaat kemudian Mama menyodorkan aku air yang diminum melalui pipet. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, rasanya tenggorokanku sudah kering berhari-hari."Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama."Papa ke kantor, Sayang. S
ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A
ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da
ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti
ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern
ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."
ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M
ISTRI 100 KILOGRAMPart 34Pov Ayu.Untuk kesekian kalinya aku mencium bau khas rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang terakhir aku ingat adalah ketika aku akan dibawa ke ruang operasi. Juga ingatan suara Mama dan Papa yang memberikanku semangat."Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya Mama padaku. Aku belum bisa melihat wajah cantiknya, badanku rasanya susah untuk digerakkan."Eump." Hanya itu yang bisa aku ucapkan, pertanda memang aku suka sadar."Alhamdulillah, kata suster nanti perbannya udah bisa dibuka kalau Dokter bilang sudah bisa," ucap Mama dengan nada penuh syukur. Aku sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayangiku. Mereka menjagaku siang dan malam, dari bayi hingga sekarang."Aku haus, Ma," ujarku meraba-raba ke arah Mama."Sebentar."Sesaat kemudian Mama menyodorkan aku air yang diminum melalui pipet. Aku meminumnya sedikit demi sedikit, rasanya tenggorokanku sudah kering berhari-hari."Papa mana, Ma?" tanyaku pada Mama."Papa ke kantor, Sayang. S
ISTRI 100 KILOGRAMPart 33Pov Ayu.Hari ini hujan kembali turun membasahi bumi, aku berdiri terpaku di jendela kamar yang terbuka. Aku sengaja membuka jendela kamar agar aku bisa merasakan air hujan yang masuk kedalam kamar diterpa angin."Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mama yang mengejutkanku. Aku hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Mama."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mama yang melihatku memakai kebaya yang katanya berwarna ungu muda, warna kesukaanku.Hari ini tepat tujuh bulan setelah perceraianku dengan Mas Adam. Semuanya masih seperti mimpi untukku, dia datang dan pergi sesukanya. Ini sungguh tidak adil bagiku, karena sejak hari kecelakaan yang menimpaku dia tidak pernah lagi hadir.Bahkan dia menyuruh orang untuk menangani perceraian kami. Katanya, aku tidak usah hadir ke pengadilan agar proses perceraian kami berjalan dengan cepat.Papa dan Mama juga menyuruhku untuk diam saja dirumah, karena jika aku tidak hadir di dalam sidang perceraian maka sidang
ISTRI 100 KILOGRAMPart 32Pov Ayu"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Mama padaku. Kata Dokter hari ini aku sudah boleh pulang, dan Mama sudah bersiap-siap dari tadi. Banyak barang yang harus dibereskan. Masalah administrasi diurus oleh Danis, dia selalu disini. Menemaniku setiap hari dan setiap malam, bahkan dia menyerahkan pada temannya permasalahan klinik kecantikannya."Sudah, Ma," jawabku sambil memutar-mutar cincin di jari manis ku. Cincin pernikahanku dengan Mas Adam, cincin yang tidak pernah lepas dari jariku.Tes!Air mataku kembali menetes, akhir-akhir ini aku sangat sering menangis. Entah apa yang aku tangisi, aku seperti orang yang sedang banyak pikiran tapi tidak tau apa yang aku pikirkan."Kamu nangis lagi?" tanya Mama yang tiba-tiba memegang pipiku yang basah. Cepat aku hapus air mata yang terus mengalir tanpa henti, aku tidak ingin membuat Mama kembali menangisi nasibku yang menyedihkan ini."Kamu masih memikirkan Adam?" tanya Mama lembut sambil mengelus rambutku yang se