Share

BAB 6. MONA

Author: Ratna Yulia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Udah-udah, biarin aja dia pergi ngerusak moments saja. Lebih baik sekarang kita makan diluar," ajak Alkana, Mona hanya menganggukan kepala sambil tersenyum dengan tangannya bergelayut manja dilengan Alka.

"Ayo kita berangkat sekarang,"

"Mau kemana kalian?" Tanya Oma yang baru saja keluar dari kamar bersama Arum.

Mona berdecih kesal mendengar pertanyaan Oma.

"Mau pergi keluar sebentar Oma" jawab Alkana sambil tersenyum ramah.

"Semenjak kamu kenal sama wanita ini, waktumu habis hanya untuk mengurusi dia." Sindir Oma pada cucu semata wayangnya.

"Apa maksud Oma?" Tanya Mona dengan suara memelas, Arum yang melihatnya menaikan bahu tak suka.

"Oma, Alkana cinta sama Mona," Alkana berusaha membela diri.

"Kamu memang cinta sama dia, tapi wanita itu cuma cinta sama hartamu!" Sentak Oma.

Arum hanya terdiam mendengar perselisihan yang terjadi di antara mereka.

"Oma!" Sentak Alkana. Oma hanya memalingkan wajahnya.

"Ayo Arum, antar aku ke dapur," pinta Oma. Arum hanya mampu menurutinya.

*

Lampu rumah sudah mulai samar, semua pelayan nampak sedang beristirahat. Arum dapat melihat hanya ada dua orang pelayan yang menginap dirumah ini. Hanya dirinya dan satu asisten pribadi nyonya Lidia yang selalu mengikuti kemanapun nyonya Lidia pergi.

Dan ada lima satpam yang berjaga diluar, maklum saja rumah ini besar dan pasti akan menjadi sasaran empuk para penjahat diluaran sana.

Kamera pengawas juga ada disetiap sudut rumah ini, untung saja kamar Arum bebas dari kamera pengawas itu.

"Kamu pergilah istirahat, sudah malam." Ucap Oma.

"Baik Oma, selamat malam." Pamit Arum, Oma hanya menganggukan kepala.

Arum mendudukan badanya diatas ranjang miliknya, ternyata tidak terlalu lelah menjaga Oma. Hanya menemaninya berjalan-jalan, menonton tv, dan membantu Oma mengerjakan hal yang lain.

"Sepi sekali, biasanya kalau dirumah jam segini masih ngobrol sama bapak dan ibu," Arum menatap langit-langit kamarnya, air matanya menetes dia merasakan rindu didalam hatinya. Ingin sekali menelfon kedua orang tuanya, tapi hari sudah larut. Rasanya akan tidak pantas, apalagi mengingat kedua orang tuanya tidak mempunyai ponsel dan harus pinjam ke tetangga.

Arum menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya pelan.

Dia mencoba untuk menutup matanya, walau rasa mengantuk belum bersarang penuh pada dirinya.

"Buka pintunya!"

Arum tersentak mendengar suara Alkana yang berteriak keras, Arum berusaha untuk tidak peduli dan menutupi telinganya dengan bantal.

"Buka! Apa kalian tidak punya telinga!" Alkana kembali berteriak, bahkan kali ini sambil menggedor pintu rumah.

Kamar Arum memang jaraknya tidak terlalu jauh dari pintu utama. Kamarnya terletak dilantai bawah, karena kamar Oma juga ada dilantai bawah. Sengaja mungkin agar memudahkan Oma beraktivitas setiap harinya.

"Brisik banget sih tu cowo!" Gerutu Arum, dia kembali menutup matanya.

"Bukaaa!" Teriak Alkana.

Arum mulai risih dan beranjak duduk dengan paksa.

"Lagian kemana sih para satpam? Pelayan yang lain juga pada kemana sih!" Geram Arum.

"Aduh lupa! Disini kan cuma ada aku sama asisten nyonya Lidia. Dia pasti ga denger karena tidur dilantai dua." Gumam Arum.

Dengan paksa dia harus membuka pintu untuk Alkana.

"Gak punya telinga yah kamu!" Sentak Alkana saat melihat Arum membuka pintu rumah.

Arum mendengus kesal, "Masih mending dibukain!" Ketus Arum.

"Minggir!" Alkana mendorong Arum, tapi baru saja masuk kedalam rumah tubuh pria itu limbung. Arum dengan sigap langsung membantunya berdiri.

Keadaan ini membuat wajah Arum dan Alkana saling berdekatan.

"Ganteng," gumam Arum lirih, tapi Alkana dapat mendengarnya.

Alkana langsung menoyor kepala Arum ke belakang, Arum menyesali ucapanya barusan.

"Ngapain Lo pegang-pengang!" Sentak Alkana, Arum menatap nyalang pria didepannya itu.

"Kalo ada orang lain disini, ga bakalan Sudi aku nolong kamu!" Ucap Arum kasar.

"Brisik Lo!" Alkana kembali berteriak, Arum langsung menutup hidungnya. Dia dapat merasakan aroma minuman keras dari Alkana.

"Kamu mabuk yah?" Tanya Arum menelisik. Ada perasaan lega saat tau Alkana mabuk, karna mungkin dia tidak akan menganggap serius pujian Arum tadi tentang dirinya.

"Bukan urusan Lo!" Sentak Alkana.

"Apa-apaan kalian!" Teriak nyonya Lidia sambil menuruni tangga, mungkin wanita ini mendengar suara gaduh dilantai bawah.

Arum yang terkejut langsung melepaskan tubuh Alkana, membuat pria itu terjatuh lumayan keras ke lantai.

"Aduhh, gila kamu yah!" Sentak Alkana.

"Arum! Cepat bantu Alka!" Perintah Lidia, Arum hanya menurutinya dan membantu Alkana berdiri.

"Kamu mabuk lagi, ha?" Tanya Lidia.

"Bukan urusan mamih," jawab Alkana lirih sambil tersenyum sinis.

"Ini semua karena didikan ayahmu yang kurang ajar itu!" Teriak Lidia.

Alkana hanya tersenyum sinis.

"Arum, bawa Alkana ke lantai atas. Bawa dia ke kamarnya, dan ingat! Jangan sampai Oma tau hal ini," ucap Nyonya Lidia penuh penekanan.

Arum menganggukan kepalanya, Lidia jalan didepan Arum. Arum mengikuti dibelakangnya sambil mamapah tubuh Alkana yang lebih besar dari dirinya.

"Berat banget," keluh Arum lirih, dia terus memapah Alkana sambil menaiki tangga.

Arum sesekali melihat ke atas, menghitung berapa anak tangga lagi yang harus dia pijak.

"Tidurkan dia disana," perintah Lidia.

Setelah menidurkan Alkana, Arum pamit kepada Lidia.

"Keluarga ini benar-benar aneh!" Kesal Arum, dia sesekali memijat tangannya yang mulai terasa sakit karna membantu Alkana tadi.

"Arum kangen banget sama Bapak sama ibu," gumam Arum sambil memejamkan matanya saat sampai didalam kamar.

Related chapters

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 7. JALAN-JALAN

    Pagi hari keluarga ini melakukan aktivitas makan pagi bersama, walau tidak diiringi canda tawa. Sangat berbeda dengan apa yang Arum rasakan di rumahnya, kehangatan dalam keluarga disini sama sekali tidak dia dapatkan.Arum pun tersadar, kalau nyonya Lidia ini sepertinya janda. Buktinya sejak awal dia kesini dia tidak melihat ada suami dari nyonya Lidia, bahkan dia tidak mendapati foto nyonya Lidia bersama suaminya dirumah ini. Hanya ada foto majikanya, Oma dan Alkana si pria menyebalkan itu."Kalau jadi janda kaya Raya gini sih aku juga mau," gumam Arum."Ternyata seperti ini sisi buruk keluarga ini, pantas saja Oma merasa kesepian." Sambung Arum dalam hati.Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu, Arum ikut duduk disamping oma karena nyonya Lidia yang menyuruhnya, Arum ditugaskan untuk membantu Oma saat makan. Karena tangan Oma masih lemas jika digerakan.Oma menderita lumpuh sebagian, di bagian tubuh kirinya dari atas kepala hingga kaki. Tapi karena sering berobat diru

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 8. TERSESAT

    "Sadar diri Lo?" Sindir Alka."Apaan sih," ketus Arum"Beliin aja Alka, pakai uang oma aja" pungkas Oma.Ntah mengapa ada perasaan haru dalam benak Arum, padahal baru hitungan hari Oma dan dirinya saling kenal. Tapi Oma sudah perhatian seperti ini pada dirinya."Ga usah Oma, ngrepotin. Arum kan baru dua hari kerja," tolak Arum perlahan."Memangnya kenapa? Ga harus nunggu kerja lama." Paksa Oma, Arum hanya bisa pasrah."Udah deh nurut aja, bersyukur aja Lo dibeliin sama Oma," sinis Alkana."Makasih Oma," ujar Arum sambil tersenyum manis kepada Oma, Oma hanya menganggukan kepalanya.Alkana langsung membayar kalung dan gelang itu untuk Oma dan Arum. Setelah itu Alka langsung memakaikan kalung liontin indah itu di leher Oma."Cantik," puji Alka pada Oma."Alka!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang tidak asing ditelinga mereka bertiga.Kompak mereka menoleh, dan melihat Mona sedang berlari kecil kearah mereka."Mona? Kamu ngapain disini?" Tanya Alkana terkejut."Harusnya aku yang tanya

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 9. MASA LALU

    "Arum, kamu kamana saja. Jangan tiba-tiba menghilang seperti itu," ucap Oma saat Arum baru saja mendudukan tubuhnya di jok mobil samping Oma."Maaf Oma, tadi Arum terserat. Untung bisa ketemu tuan Alkana," jawab Arum.Alkana mendesis kesal, "Makanya jadi orang jangan terlalu polos, di mall aja sampe nyasar gitu." Sentak Alkana, Arum hanya terdiam."Udah-udah lebih baik kita pulang saja sekarang, Oma sudah cape," pungkas Oma melerai perdebatan antara dua manusia ini. Tubuh rentanya sudah mulai kelah karena jalan-jalan hari ini, apalagi kalau ditambah perdebatan antara Arum dan Alkana yang tidak ada habisnya pasti akan tambah pusing dibuatnya.Alkana langsung menancap gas membelah jalanan ibukota disore hari, sengaja memang pulang sebelum jam empat sore. Karena jam itu adalah jam rawan macet di ibukota.Tak butuh waktu lama, mobil mewah Alkana sudah masuk ke area halaman rumah yang luas. Halaman yang dijaga oleh beberapa satpam, dengan baju rapih di depan gerbang."Ngapain lagi dia kesin

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 10. DANIAL

    Arum membantu Oma mendudukanya diranjang. Oma terdiam sejenak, air matanya kemudian luruh. Suara perdebatan antara ketiga orang diluar masih terdengar nyaring ditelinga Oma dan Arum dari dalam kamar."Oma? Oma makan dulu yah, biar Arum bawakan," Arum memecah keheningan, Oma menjawab pertanyaan Arum dengan gelengan kepala pelan."Tidak perlu Arum, saya tidak lapar. Sudah kenyang rasanya melihat perdebatan mereka yang diluar," jawab Oma. Hati Arum langsung terenyuh.Kehidupan keluarga ini dengan keluarganya memang berbanding terbalik, keluarganya harmonis walau kakaknya Ambar tidak tau diri, tapi mereka masih bisa hidup bahagia.Sedangkan keluarga ini, bergelimang harta tapi sangat berantakan."Tapi Oma harus minum obat, Oma." Titah Arum."Untuk kali ini, biarkan aku bebas dari yang namanya obat. Kamu tau? Sakit lumpuh ini penyebabnya apa? Karena Danial!" Oma membuka cerita pada Arum.Arum tidak habis pikir, mungkin semenjak Oma tau bahwa menantunya selingkuh dirinya langsung drop."Bai

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 10. DANIAL

    Arum membeli dua botol Air mineral, dan empat bungkus roti untuk mengganjal perut.Dia ingin membeli nasi, tapi Arum yakin Alkana tidak akan mau memakannya."Tuan, minum dulu. Sama makan rotinya," tawar Arum sambil menyodorkan satu botol air mineral dan roti pada Alka.Alkana hanya terdiam, tatapanya kosong."Tuan?" Panggil Arum sekali lagi."Brisik Lo! Ga usah so perhatian. Gue masih inget banget kesalahan Lo waktu di restoran!" Sentak Alkana.Arum mendesis pelan, apakah harus sekali membahas hal seperti itu saat sedang dirumah sakit, dan saat ada didalam situasi seperti ini?"Bukan begitu tuan, saya hanya khawatir kalau nanti tuan Alkana ikut sakit. Siapa yang akan merawat Oma dan nyonya Lidia, masa saya? Saya kan hanya seorang pelayan," jawab Arum dengan suara datarnya.Alaka menatap sekilas botol minum dan roti yang masih berada ditangan Arum, tanpa memandang wajah Arum. Alkana langsung menyambar botol dan roti itu.Arum terkekeh pelan melihat tingkah Alkana, "Bilang aja laper!" T

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 11

    "Brisik kamu, kamu hanya seorang pelayan!" Sentak Mona.Arum menyerit kaget mendapatkan bentakan dari Mona, ingin rasanya dia mendorong tubuh Mona kuat-kuat. Tapi kembali lagi dia sadar posisinya Disini hanya sebagai pelayan."Arum, kamu siapkan baju mamih. Sama sekalian bersihkan diri kamu!" Titah Alkana dengan tegas, Arum hanya acuh lalu masuk ke dalam rumah."Pokoknya aku ga mau tau, kita harus cepet-cepet nikah! Biar aku bisa terus pantau kamu kemanapun kamu pergi!" Seloroh Mona.Mata Alka membulat mendengar penuturan dari kekasihnya itu, menikah? Jangankan memikirkan untuk menikah. Memikirkan masalah yang ada di keluarganya saja bikin kepalanya sudah hampir mau meledak."Astaga Mona, ya ga bisa gitu dong! Kamu tau kan, kita belum dapat restu dari Oma" bujuk Alka.Mona hanya mencebik kesal, "Itu hanya alasan kamu, pokoknya aku mau kita cepat menikah! Kalau tidak aku mau bunuh diri!" Ancam Mona. Alkana langsung memeluk tubuh Mona erat."Jangan gitu dong, iya-iya. Aku usahain deh, a

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 12.

    "Ya emang mau masuk!" Jawab Mona, dia langsung menyelonong masuk kedalam rumah Alkana. Susah tidak ada lagi kecanggungan yang Mona rasakan, mungkin karena hubungan antara Mona dan Alkana sudah lama.Mona langsung duduk di sofa dengan gayanya yang so cantik, Arum bahkan bergidik melihat wanita itu."Cepat panggilkan Alkan!" Perintah Mona, Arum hanya mencebik kesal lalu naik ke lantai dua menuju kamar Alkana.Nyonya Lidia sudah berangkat ke kantor seperti biasanya, hanya saja kemarin dia akan pulang lebih cepat untuk memantau keadaan Oma, ntah kenapa Alkana masih dirumah dan belum berangkat ke kantor. Dan tidak penting juga bagi Arum untuk mengetahui hal itu.Arum sudah berdiri didepan pintu kamar Alkana, wanita itu mengetuk pintu dengan pelan sambil memanggil anak majikanya itu."Tuan Alkana! Ada nona Mona!" Arum sedikit berteriak."Tuan!" Panggil Arum sekali lagi, melihat tidak ada sahutan dari balik pintu Arum berniat akan membuka pintu kamar Alkana, tangan kanannya sudah siap di kno

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 13.

    "Arum, buka pintunya!" Teriak Alkana dari balik pintu. "Buka saja Arum," Arum menganggukan kepala mendengar penuturan Oma.Setelah membuka pintu kamar Arum melihat Alkana sedang menggandeng mesra tangan Mona.Arum dapat melihat dengan jelas tatapan Oma yang tidak suka, apalagi saat melihat kedua pasangan itu masuk kedalam kamar Oma."Mau apa?" Tanya Oma datar."O-oma, aku sama Mona mau minta restu. Sebentar lagi kami akan menikah," tutur Alka.Arum seketika membelakakan kedua netranya kaget, bagaimana bisa seorang Alkana secara serius akan memilih Mona untuk dijadikan seorang isteri, seorang Mona? Sungguh tidak habis pikir.Sedangkan Oma wanita itu menggelengkan kepalanya."Maaf tuan, apa tuan lupa saat ini kondisi Oma harus tetap stabil. Dan tidak boleh tertekan, sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hal penting itu. Mengingat kesehatan Oma yang jauh lebih penting," Arum berkata panjang lebar.Arum sangat peduli dengan kesehatan Oma, bukan karena dia cembu

Latest chapter

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 25.

    Lidia tidak sabar menunggu para bodyguard yang berjaga itu membuka pintu, dengan cekatan wanita itu langsung mendorong para bodyguard dan langsung membuka pintu dengan keras.Lidia dan Alkana dapat melihat pemandangan didalam kamar, dimana semua orang termasuk Mona dan ibunya tengah bersiap."Hentikan semua persiapan ini!" Sentak Lidia. Alkana yang berada tepat disamping ibu kandungnya langsung terperangah kaget."Apa-apaan ini mamih? Bagaimana semua harus dihentikan! Mona dan keluarganya sedang bersiap untuk acara nanti!" Sentak Alkana.Mona dan sang ibu langsung menghampiri Lidia. Mereka berdua dan semua keluarga yang ada dikamar ini dapat melihat dengan jelas kemarahan yang ada di raut wajah cantik Lidia.Lidia tak menghiraukan ucapan anaknya, dia berjalan cepat kemudian langsung menutup pintu dengan keras. Karena tidak ingin permasalahan ini diliput oleh media.Tapi saat akan menutup pintu, Lidia langsung terhenti karena melihat Lita datang bersama Danial."Munafik!" Sungut Lidia

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 24.

    Danial masih terdiam ditempat, sebelum sedetik kemudian keringat dingin keluar dari kening membasahi seluruh wajah tampan dan tegasnya.Danial melihat seorang wanita, wanita yang beberapa tahun silam sudah membuat hatinya luluh. Dan membuat rumah tangganya hancur.Danial dengan tergesa langsung menghampiri wanita itu, wanita yang memakai gaun panjang berwarna toska dengan riasan rambut dan dandanan yang tampak indah memoles wajahnya."Tunggu? Ada perlu apa kamu disini?" Tanya Danial, batunya kembali dipenuhi rasa penyesalan. Rasa ketertarikan ya pada wanita ini, hari ini bahkan dari beberapa tahun yang lalu sejak rumah tangganya hancur sudah berhasil membuat perasaan Danial berubah menjadi benci."Da-danial? Kamu?" Wanita itu juga tampak terkejut melihat Danial hadir diacara ini."Apa yang kamu lakukan disini, Lita?" Tanya Danial pada wanita. "A-aku? Anak dari kakaku bertunangan malam ini Danial!" Jawab Lita gugup.Lita memang masih muda untuk menjadi Pelakor rumah tangga Danial dan

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 23.

    "Sudah siap semua?" Tanya Alkana pada semua orang yang sedang berkumpul diruang tamu. Termasuk para pelayan, sedangkan para bodyguard sudah lebih dulu berada di gedung untuk mengamankan kondisi disana. Dan untuk memastikan jika Danial tidak membuat keributan."Sudah tuan, tinggal menunggu nyonya Lidia." Jawab Bi Tuti. Wanita itu jelas ikut dan ditugaskan untuk memantau perjamuan makanan yang ada disana nanti.Tak selang lama, Lidia turun dari tangga dibantu asistenya dibelakang. Asistenya tampak membawakan tas mewah milik Lidia.Arum berdecak kagum melihat Lidia, kecantikannya sungguh terpancar malam ini, gaun warna merah maroon dengan motif bunga sangat indah melekat dibadan ramping milik Lidia.Bahkan kalau dilihat-lihat, Lidia lebih cocok menjadi kakak Alkana dibandingkan ibu kandungnya.Walaupun usianya sudah menginjak kepala empat, tapi Lidia masih tetap terlihat cantik dan menawan. Tapi ntah kenapa, wanita itu tidak menikah lagi setelah pernikahannya gagal dengan Danial."Ayo Al

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 22.

    "Baik Oma, terima kasih" ujar Lidia sambil tersenyum menatap ibunya."Bagaimana, betah disini?" Tanya Bi Tuti pada Arum yang tengah asik menikmati sarapan paginya.Arum langsung terkejut dan menelan makanan yang ada didalam mulutnya, dia tersenyum setengah dipaksakan."Em, ya betah sih Bi. Kan ada tujuanya juga," jawab Arum.Bi Tuti yang belum tau asal usul Arum kesini langsung terlihat bertanya-tanya."Tujuan apa? Mau jadi mantu nyonya Lidia?" Tebak bi Tuti sedikit becanda. Tapi berhasil membuat Arum tersedak minumanya."Uhuk-uhuk, aduh bi! Bukan itu maksud Arum," sergah Arum tak terima.Mana mungkin juga tuan Alkana mau menjadi pendamping hidupnya, dan kalaupun itu terjadi. Mungkin hanya akan terjadi didalam mimpi Arum saja, tidak akan pernah terwujud didunia nyata."Ya terus apa dong? Hahaha," Bi Tuti memang memiliki selera humor yang lumayan tinggi, selama ini Arum belum pernah diajak bicara serius oleh wanita itu."Arum kesini buat ngelunasin hutang orang tua Arum, orang tua Aru

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 21

    Arum memilih tidur lebih cepat, untuk mengumpulkan stamina yang akan dia gunakan besok hari.••Dan benar saja, saat masih pagi semua orang sudah tampak sibuk menyiapkan perlengkapan. Bahkan beberapa bodyguard nyonya Lidia diperintahkan untuk berjaga di gedung yang akan dipakai nanti malam."Bagaimana dengan Danial?" Tanya Lidia pada Alkana.Alkana langsung mendekat ke ibunya, dan ikut duduk dimeja makan."Aku sudah menemuinya, dan mengizinkannya untuk datang. Dengan syarat dia tidak akan menganggu kehidupan keluarga kita lagi setelah ini," jawab Alkana.Lidia tampak menganggukan kepala setuju, sambil mengoleskan selai kacang ke roti tawar yang sedang dia pegang, untuk sarapan pagi."Tapi Alka belum bicara sama oma, rasanya berat. Dan takut, Alka takut jika Oma sampai drop kembali," ujar Alkana pada ibunya. Ada gurat khawatir yang terselubung dibalik wajah tampan milik Alkana."Biar nanti mamih yang bicara sama Oma, apapun yang terjadi lebih baik bicara sekarang. Jangan sampai Oma mel

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 20.

    "Aku harap, Alkana dan Mona akan hidup bahagia. Jangan seperti diriku," ujar Lidia pada Oma.'kita doakan saja, Alkana" sambung Oma.Lidia menatap Arum sejenak, "Arum, kamu punya bagu bagus apa tidak? Ya setidaknya bisa dipakai untuk acara besok." Tanya Lidia pada Arum.Arum menundukan kepalanya, jelas saja gadis itu sama sekali tidak punya baju bagus. Baju bagus menurut Arum hanya sekedar kemeja dan dipadukan dengan jelana jeans, itupun murah."Ti-tidak nyonya, saya tidak punya." Jawab Arum."Baiklah, biar nanti aku cari baju lamaku yang masih bagus dan belum pernah aku pakai," jawab Lidia datar.Arum sudah paham, yang namanya orang kaya apalagi seperti Lidia. Pasti sangat hobi membeli baju-baju baru, dan tak jarang hanya hobi membeli saja padahal tidak pernah dipakai."Terima kasih nyonya," ujar Arum.Lidia langsung menyuruh asistenya untuk memilihkan beberapa baju yang sudah tidak dia pakai tapi masih baru. Arum juga ikut diminta memilih bersama asisten nyonya Lidia itu."Yang ini

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 19.

    "Apakah ada tamu?" Tanya Oma saat Arum baru saja masuk kedalam kamar Oma."Tidak Oma," jawab Arum menutupi kedatang Tuan Danial tadi."Terus kenapa tadi Lidia menyuruhmu pergi?" Oma kembali bertanya, rasa penasaran kini menyelimuti pikiran Oma.Mungkin Lidia tidak memberikan sebuah alasan kepada Oma, saat dirinya meminta Arum untuk keluar dari kamar ini.Arum terdiam sejenak, mencoba berfikir alasan apa yang akan dia berikan kepada Oma."Ah itu Oma, tadi tuan Alkana minta dibuatkan jus jeruk." Pungkas Arum, ntah sejak kapan wanita ini menjadi pandai sedikit dalam hal berbohong.Oma hanya menganggukan kepalanya.Di tempat lain, tepatnya didalam kamar. Lidia sedang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Alkana."Apa yang manusia licik itu katakan padamu tadi?" Tanya Lidia."Dia memintaku, untuk mengizinkan dia hadis diacara pertunangan besok malam," jawab Alkana sambil mendudukan tubuhnya diatas ranjang kamarnya."Berani sekali dia berbicara seperti itu, pokonya mamih ga mau kalau Dania

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB. 18

    Sebelum bisa benar-benar tertidur Arum memikirkan kedua orang tuanya dirumah. Karena semenjak dia dirumah ini, Arum sama sekali belum memberi kabar kepada orang tuanya. Dan orang tuanya juga tidak pernah memberikan kabar pada dirinya.*Waktu berjalan sangat cepat, hari ini adalah hari dimana Alkana dan Mona akan mengikat sebuah ikatan sebelum pernikahan, semua sudah dipersiapkan. Dari mulai barang bawaan yang akan dibawa oleh keluarga Alkana.Bukan keluarga besar tapi hanya keluarga inti."Siapa saja yang nanti akan ikut Oma?" Tanya Arum pada Oma saat dirinya sedang menyuapi wanita paruh baya itu bubur ayam."Tidak ada, hanya kita berempat. Juga beberapa pelayan dan bodyguard," jawab Oma disela dia mengunyah makanannya Netra Arum terbelalak kaget, karena biasanya kalau acara pertunangan akan dihadiri oleh keluarga besar, baik dari pihak perempuan dan pihak laki-laki."Keluarga besar Oma, tidak ikut?" Tanya Arum ragu-ragu "Tidak, mereka ada di kampung. Terlalu jauh untuk datang kesi

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 17.

    Alkana mengantar Arum ke rumahnya, sebelum dia pulang ke rumah."Huh, cape banget pergi dari siang. Malem gini baru sampe rumah, mana dijadiin obat nyamuk sama pasangan bucin ini," runtuk Arum dalam hati."Mampir dulu yah?" Tawar Tante Dira, suaranya yang keras bisa Arum dengar walaupun dia berada didalam mobil. Jelas saja wanita itu tidak diajak turun oleh Alkana dan Mona."Tidak usah Tante, sudah malam. Lagian kayanya Mona cape," jawab Alkana sopan."Awas saja kalau sampe mampir!" Gerutu Arum."Yaudah kalau gitu, hati-hati yah. Makasih nak," Ujar Dira.Dira memang terlihat baik, walau wajahnya terkesan judes mirip sekali dengan anaknya Mona."Aku pamit ya, sayang." Pamit Alkana pada Mona. Mona langsung menganggukinya.Alkana kembali ke dalam mobil setelah berpamitan."Kenapa muka Lo? Ditekuk gitu? Makin jelek aja Lo!" Ledek Alkana saat melihat Arum dengan keadaan yang sudah tidak beraturan.Wajah gadis ini tampak sangat kelelahan, rambutnya juga sudah mulai lepek tak terurus."Ga pa

DMCA.com Protection Status