Mendengar ancaman dari Alkana, mereka langsung dengan tergesa menutup pintu pagar rumah mewah itu dan menguncinya."Apa kalian tidak bisa berjaga dengan benar!" Sentak Alkana tertuju pada satpam dan pada bodyguard nya itu.Mereka semua langsung menundukan kepala, tidak ada yang berani sama sekali menjawab pertanyaan Alkana."Udah lah sayang, emang siapa sih pria itu?" Tanya Mona dengan suara manjanya pada sang kekasih.Alkana mengguar rambut hitamnya dengan kasar."Apa perlu aku jelaskan panjang lebar padamu?" Tanya Alkana sinis.Mona langsung menggelengkan kepalanya, Alkana mengajak Mona untuk masuk kedalam rumah."Bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa, jangan sampai Oma tau kalau Danial datang kembali kerumah ini." Ucap Lidia.Mereka semua berkumpul diruang tamu."Jadi hal penting apa yang kamu bicarakan dengan Oma?" Tanya Lidia pada Alkana.Alkana menatap netra Mona lekat, kemudian menarik nafasnya pelan."Alkana ingin menikahi Mona, mamih" ujar Alkana berterus terang. Lidia ya
Ternyata nasib Lidia dan Dira sama. Sama-sama menjadi janda kaya dan mempunyai anak satu.Tak selang lama, Mona tampak muncul dari dalam kamarnya yang ada dilantai satu. Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dres selutut berwarna ungu."Hallo tante, Oma" sapa Mona manis.Arum bergidik mendengarnya, sedangkan Oma hanya terdiam enggan rasanya berlama-lama berada dirumah ini."Makan malam dulu aja yuk?" Ajak Mona di jawab anggukan oleh bundanya Dira."Lebih baik kita bicarakan saja dulu hal penting tentang pertunangan kedua anak kita," tutur Lidia menolak dengan sopan ajakan calon menantunya itu."Emm, baiklah kalau begitu. Sebentar akan saya bawakan minuman dulu," pamit Dira. Wanita itu berjalan menuju kearah dapur."Sebenernya kami juga punya pelayan, tapi kalau Malam pulang. Datang pagi pulang sore," Mona mencoba mencairkan suasana tegang diantara dua belah pihak keluarga ini."Iya, maaf yah merepotkan" timpal Lidia. Mona hanya tersenyum ramah, andai sifatnya juga seramah senyumann
Arum yang melihatnya mulai merasa gerah, padahal AC didalam mobil ini sudah menyala sejak tadi."Kita ke butik dulu kan?" Tanya Mona pada Alkana sambil menggenggam erat tangan kekasihnya itu, seolah enggan untuk melepaskannya barang sekejap mata saja."Iya kebutik dulu, nanti langsung pulang aja yah? Ga perlu jalan-jalan. Soalnya ga bebas ada yang ngikutin," sindir Alkana sambil melihat kearah belakang dimana Arum duduk."Oke siap," jawab Mona manja.Mereka bertiga sampai di butik mewah, butik yang sudah menjadi langganan keluarga Alkana sejak pria itu masih kecil."Ayo turun," ajak Alkana pada Mona."Aku ikut turun, tuan?" Tanya Arum polos. Daripada nanti dia turun tapi ternyata tidak disuruh turun, kan lebih baik bertanya."Ya iyalah ikut turun, kan nanti Lo yang harus bawain barang-barang kita!" Sungut Mona, kesal dengan pertanyaan yang Arum lontarkan."Udah sayang, sabar. Jangan marah Mulu, Arum emang gitu lemot," ujar AlkanaArum hanya mendengus kesal, andai saja Lidia tidak meny
Alkana mengantar Arum ke rumahnya, sebelum dia pulang ke rumah."Huh, cape banget pergi dari siang. Malem gini baru sampe rumah, mana dijadiin obat nyamuk sama pasangan bucin ini," runtuk Arum dalam hati."Mampir dulu yah?" Tawar Tante Dira, suaranya yang keras bisa Arum dengar walaupun dia berada didalam mobil. Jelas saja wanita itu tidak diajak turun oleh Alkana dan Mona."Tidak usah Tante, sudah malam. Lagian kayanya Mona cape," jawab Alkana sopan."Awas saja kalau sampe mampir!" Gerutu Arum."Yaudah kalau gitu, hati-hati yah. Makasih nak," Ujar Dira.Dira memang terlihat baik, walau wajahnya terkesan judes mirip sekali dengan anaknya Mona."Aku pamit ya, sayang." Pamit Alkana pada Mona. Mona langsung menganggukinya.Alkana kembali ke dalam mobil setelah berpamitan."Kenapa muka Lo? Ditekuk gitu? Makin jelek aja Lo!" Ledek Alkana saat melihat Arum dengan keadaan yang sudah tidak beraturan.Wajah gadis ini tampak sangat kelelahan, rambutnya juga sudah mulai lepek tak terurus."Ga pa
Sebelum bisa benar-benar tertidur Arum memikirkan kedua orang tuanya dirumah. Karena semenjak dia dirumah ini, Arum sama sekali belum memberi kabar kepada orang tuanya. Dan orang tuanya juga tidak pernah memberikan kabar pada dirinya.*Waktu berjalan sangat cepat, hari ini adalah hari dimana Alkana dan Mona akan mengikat sebuah ikatan sebelum pernikahan, semua sudah dipersiapkan. Dari mulai barang bawaan yang akan dibawa oleh keluarga Alkana.Bukan keluarga besar tapi hanya keluarga inti."Siapa saja yang nanti akan ikut Oma?" Tanya Arum pada Oma saat dirinya sedang menyuapi wanita paruh baya itu bubur ayam."Tidak ada, hanya kita berempat. Juga beberapa pelayan dan bodyguard," jawab Oma disela dia mengunyah makanannya Netra Arum terbelalak kaget, karena biasanya kalau acara pertunangan akan dihadiri oleh keluarga besar, baik dari pihak perempuan dan pihak laki-laki."Keluarga besar Oma, tidak ikut?" Tanya Arum ragu-ragu "Tidak, mereka ada di kampung. Terlalu jauh untuk datang kesi
"Apakah ada tamu?" Tanya Oma saat Arum baru saja masuk kedalam kamar Oma."Tidak Oma," jawab Arum menutupi kedatang Tuan Danial tadi."Terus kenapa tadi Lidia menyuruhmu pergi?" Oma kembali bertanya, rasa penasaran kini menyelimuti pikiran Oma.Mungkin Lidia tidak memberikan sebuah alasan kepada Oma, saat dirinya meminta Arum untuk keluar dari kamar ini.Arum terdiam sejenak, mencoba berfikir alasan apa yang akan dia berikan kepada Oma."Ah itu Oma, tadi tuan Alkana minta dibuatkan jus jeruk." Pungkas Arum, ntah sejak kapan wanita ini menjadi pandai sedikit dalam hal berbohong.Oma hanya menganggukan kepalanya.Di tempat lain, tepatnya didalam kamar. Lidia sedang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Alkana."Apa yang manusia licik itu katakan padamu tadi?" Tanya Lidia."Dia memintaku, untuk mengizinkan dia hadis diacara pertunangan besok malam," jawab Alkana sambil mendudukan tubuhnya diatas ranjang kamarnya."Berani sekali dia berbicara seperti itu, pokonya mamih ga mau kalau Dania
"Aku harap, Alkana dan Mona akan hidup bahagia. Jangan seperti diriku," ujar Lidia pada Oma.'kita doakan saja, Alkana" sambung Oma.Lidia menatap Arum sejenak, "Arum, kamu punya bagu bagus apa tidak? Ya setidaknya bisa dipakai untuk acara besok." Tanya Lidia pada Arum.Arum menundukan kepalanya, jelas saja gadis itu sama sekali tidak punya baju bagus. Baju bagus menurut Arum hanya sekedar kemeja dan dipadukan dengan jelana jeans, itupun murah."Ti-tidak nyonya, saya tidak punya." Jawab Arum."Baiklah, biar nanti aku cari baju lamaku yang masih bagus dan belum pernah aku pakai," jawab Lidia datar.Arum sudah paham, yang namanya orang kaya apalagi seperti Lidia. Pasti sangat hobi membeli baju-baju baru, dan tak jarang hanya hobi membeli saja padahal tidak pernah dipakai."Terima kasih nyonya," ujar Arum.Lidia langsung menyuruh asistenya untuk memilihkan beberapa baju yang sudah tidak dia pakai tapi masih baru. Arum juga ikut diminta memilih bersama asisten nyonya Lidia itu."Yang ini
Arum memilih tidur lebih cepat, untuk mengumpulkan stamina yang akan dia gunakan besok hari.••Dan benar saja, saat masih pagi semua orang sudah tampak sibuk menyiapkan perlengkapan. Bahkan beberapa bodyguard nyonya Lidia diperintahkan untuk berjaga di gedung yang akan dipakai nanti malam."Bagaimana dengan Danial?" Tanya Lidia pada Alkana.Alkana langsung mendekat ke ibunya, dan ikut duduk dimeja makan."Aku sudah menemuinya, dan mengizinkannya untuk datang. Dengan syarat dia tidak akan menganggu kehidupan keluarga kita lagi setelah ini," jawab Alkana.Lidia tampak menganggukan kepala setuju, sambil mengoleskan selai kacang ke roti tawar yang sedang dia pegang, untuk sarapan pagi."Tapi Alka belum bicara sama oma, rasanya berat. Dan takut, Alka takut jika Oma sampai drop kembali," ujar Alkana pada ibunya. Ada gurat khawatir yang terselubung dibalik wajah tampan milik Alkana."Biar nanti mamih yang bicara sama Oma, apapun yang terjadi lebih baik bicara sekarang. Jangan sampai Oma mel