Liong Yun terus mendengarkan percakapan antara Pendekar Kipas Emas dengan dua orang pendekar yang datang menghadap kepadanya. Dari pembicaraan itu dia juga mengetahui bahwa setan tengkorak dari Timur sedang mengincar Patriark Thio. Kedua pendekar yang datang itu berharap pendekar kipas emas dapat membantu“Tentu sebisa mungkin aku akan membantu keluarga Patriark Thio. Mudah-mudahan saja tenagaku ini bisa digunakan untuk menghadapi Setan Tengkorak Dari Timur itu. Terakhir aku bertemu dengannya kekuatan kami seimbang. Entah saat ini apakah ia bisa kulampaui atau bahkan sebaliknya dialah yang berada di atasku," ucap Pendekar Kipas Emas menerangkan. "Kami sangat yakin Yang Mulia dapat mengalahkan Setan Tengkorak dari Timur itu. Bukankah dulu pertarungan antara Yang Mulia dengannya berakhir seimbang. Namun sekarang dengan kemampuan yang dimiliki oleh Yang Mulia tentu kekuatan Yang Mulia lebih kuat dan akan mampu memenangkan pertarungan seandainya itu terjadi," ucap salah seorang pendekar.
“Aku Thio Chun, anak sulung Patriark keluarga kami. Terlepas dari kemampuanku yang mungkin tidak seperti kemampuan ayahku, rasa-rasanya aku masih pantas berhadapan denganmu dan mewakili Ayahku untuk menghabisimu!"Lelaki berusia empat puluh tahunan yang keluar dari kediaman keluarga Thio itu balas ucapan Majikan Lembah Iblis dengan perkataan tajam. Ia juga sedikit memamerkan kekuatannya yang memperlihatkan telapak tangannya menghafalkan asap berwarna kehitaman.“Tapak Dewa Racun!” gumam Majikan Lembah Iblis.Meskipun tidak terlihat menunjukkan kegentaran atas kemunculan Thio Chun dan ucapannya yang tajam itu, majikan lembah iblis tetap berhati-hati. Ia kenal betul dengan ilmu tapak Dewa racun yang dimiliki oleh lelaki yang mengaku sebagai putra sulung Pendekar Pedang Guntur itu. Hanya saja yang membuatnya sedikit merasa heran mengapa orang itu memiliki ilmu yang tidak bisa dikatakan sebagai ilmu yang berasal dari aliran putih itu. "Tidak disangka seorang pendekar Pedang Guntur memil
Pendekar Kipas Emas cukup dibuat terkejut dengan ilmu yang ditunjukkan oleh Majikan Lembah iblis. Pasalnya ilmu kelelawar iblis merupakan ilmu sesat legendaris yang telah lama menghilang dari dunia persilatan. Ilmu ini bisa dikatakan termasuk ilmu nomor satu di kalangan aliran sesat. Bahkan sangat jarang ada orang-orang dari aliran putih yang bisa mengimbangi ilmu ini.Majikan Lembah Iblis mulai menyerang. Pendekar Kipas Emas tentu tidak mau tinggal diam. Ia dengan segala upaya menangkis serangan yang dilancarkan oleh lawannya. Serangan berbentuk cakar itu dihadangnya dengan kipas baja berwarna keemasan yang berada di tangannya.Bummmmmm!Terjadi bentrokan tenaga. Pendekar Kipas Emas terlempar dari tempatnya berdiri. Beruntung ia tidak sampai mengalami luka dalam. Ia masih bisa menyeimbangkan diri berputar di udara lalu mendarat di tanah menjejakkan kaki dengan enteng.Pendekar Kipas Emas kini sadar bahwa musuh yang dihadapi memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Ia pun mulai mengera
Bab 74. Ilmu Tujuh Gerbang Dewa, Gerbang Kuasa gerak memang sangat mudah dikenali ciri-cirinya. Munculnya cahaya berwarna jingga kemerahan lalu terjadi perubahan pada semua orang yang terpapar cahaya itu sehingga tidak bisa melakukan gerakan sedikitpun. Seperti yang terjadi di depan kediaman Keluarga Thio kali ini.“Ikhh!”Beberapa saat kemudian tubuh semua orang kembali bisa digerakkan. Namun mereka sama-sama menjerit tertahan hampir bersamaan. Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja Majikan Lembah Iblis terbelah menjadi dua. Ia tewas belum melanda dengan keadaan tubuh yang terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Di depan tubuh itu tergeletak sebuah botol kecil.Pendekar yang menjadi pengawal Pendekar Kipas Emas langsung melesat mengambil botol itu. Ia kemudian membuka botol itu dan mengambil benda yang ada di dalamnya. Ternyata botol itu berisi banyak pil di dalamnya."Yang Mulia, pil ini adalah pil penawar racun yang bersarang di dalam tubuh Yang Mulia. Ternyata pendekar yang menye
Pendekar Kipas Emas menghela nafas. Ia sangat prihatin dengan keadaan Pendekar Pedang Guntur. Memang saat ini nyawa orang tua itu tidak terancam, namun keadaannya yang seperti itu benar-benar membuat hati siapa saja terenyuh. Seorang Pendekar Sakti yang dulunya sangat disegani dan ditakuti kini menjadi manusia cacat yang tidak berguna. "Apakah pendekar muda itu tidak akan datang ke tempat ini? Bukankah tadi Tuan mengatakan kemungkinan besar ia adalah sanak keluarga dari keluarga Liong di Kota Hongye, yang juga merupakan kerabat dekat ayah,” tanya Thio Chun terlihat lemas. Putra Sulung Pendekar Pedang Guntur terlihat setengah memelas dan putus asa saat menyinggung keberadaan Liong Yun dan hubungan kekerabatan pemuda itu dengan keluarganya. Sayang Liong Yun memang sudah tidak berada di tempat itu. Ia tidak ingin keberadaannya diketahui sehingga langsung meninggalkan tempat itu. Lalu kemanakah Liong Yun? Pemuda itu memang meninggalkan kediaman pendekar Pedang Guntur, namun tidak pergi
Pendekar Kipas Emas mengangguk setuju, "Saya memiliki beberapa pengetahuan tentang ilmu penyembuhan dan ramuan-ramuan yang bisa membantu. Kita harus segera bergerak untuk membersihkan racun ini dari tubuh Pendekar Pedang Guntur sebelum efeknya semakin memburuk. Namun ramuan itu hanya bisa dibuat oleh orang yang memiliki tenaga dalam sempurna." Pendekar Kipas Emas memandang Liong Yun penuh harap.“Aku akan berusaha semampuku, tetua!” jawab Liong Yun agak merendah.Thio Chun juga menyatakan tekadnya untuk membantu, "Kita akan memberikan dukungan sepenuhnya, Pendekar Muda. Kita semua ingin melihat ayahku pulih kembali. Dan kau tentu ada banyak hal yang ingin ditanyakan kepadanya."Liong Yun menganggukkan kepala dan tersenyum. Ia melihat sebuah ketulusan dari raut wajah Putra sulung pendekar Dewa Guntur itu. Setelah berdiskusi dengan penuh kebijaksanaan, Liong Yun, Pendekar Kipas Emas, dan Thio Chun sepakat untuk mencari tanaman obat yang diperlukan untuk meracik ramuan penyembuhan. Mere
Sebagian penduduk Kota Xianglan terus diserang oleh sesama penduduknya. Tindakan kekerasan dan kekacauan semakin merajalela, dengan banyak orang yang tampak kehilangan akal sehat. Wajah mereka dipenuhi ekspresi kosong, mata yang tanpa cahaya, dan urat hitam yang mencuat di leher mereka. Ciri-ciri mereka terkena racun penyesat jiwa. Liong Yun dan Pendekar Kipas Emas tiba di tengah pusat kekacauan itu. Tanpa ragu, mereka langsung turun tangan untuk membantu warga kota yang terjebak dalam situasi mengerikan ini. Dengan gerakan yang lincah dan kecepatan sulit diikuti pandangan mata, mereka melindungi warga yang lemah dan mencoba menghentikan para penyerang.Namun, ketika Liong Yun dan Pendekar Kipas Emas mencoba menotok aliran darah para penyerang menggunakan ilmu totok mereka, mereka mengalami kejanggalan. Upaya menotok tersebut tidak membuahkan hasil, karena para penyerang tetap melancarkan serangan mereka tanpa henti. Ternyata, para penyerang ini memiliki kekebalan terhadap ilmu totok
Bummmmm!Lelaki misterius itu melancarkan serangan yang sangat dahsyat. Bukan hanya kekuatan serangan yang sangat luar biasa, namun kecepatannya pun sangat sulit untuk dihindari. Hanya Liong Yun yang berhasil menghindari serangan itu dengan mudah dengan melakukan pergerakan yang sangat cepat. Sementara Pendekar Kipas Emas terlempar karena pantulan kekuatan serangan itu masih mengenainya meskipun ia sudah menghindari dengan kekuatan dan kecepatan maksimal yang ia miliki.Beruntungnya Pendekar Kipas Emas tidak mengalami luka dalam. Ia hanya sedikit merasakan sakit pada bagian punggungnya yang terkena gelombang pantul serangan lawan. Meski begitu ia pun sangat menyadari bahwa musuh memiliki kekuatan yang berada jauh di atasnya.Setelah diamati dengan jelas ternyata orang itu menggunakan pakaian hitam keabu-abuan. Ia menggunakan topeng kulit yang membuat wajahnya susah dikenali. Ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi, karena mampu berada di atas dalam waktu yang cukup lama.Lelaki mister
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y