Bab 149. Tantangan Sang Pemuda Sakti “Gabungkan kekuatan!” pekik Raja Naga Penguasa Arah Mata Angin Utara.Keempat raja naga penguasa bersiap, mereka sadar kekuatan serangan ini meski sama dengan yang mereka miliki, tapi serangan yang ada di depan jauh lebih kuat dan mengerikan.Serangan angin hitam berbau bangkai meluncur cepat ke arah empat raja penguasa mata angin. Keempatnya berusaha menahan namun serangan itu begitu tangguh. Keempat orang itu pun langsung terperangkap kabut angin hitam yang berbau busuk itu.Tiga Raja Naga Penguasa Mata Angin yang terkena serangan. Seperti lilin tubuh mereka meleleh hingga seluruhnya jatuh terburai ke tanah. Sesaat mereka berkelojotan lalu tewas. Hanya Raja Naga Penguasa Arah Mata Angin barat yang tidak tersentuh.“Aku sengaja tidak menghabisimu, agar kau sampaikan kepada majikanmu Kaisar Naga Hitam. Kejahatannya sudah diluar batas. Alam akan segera mengadilinya!”Raja Naga Penguasa Mata Angin Barat terdiam. Wajahnya memucat, tubuhnya bergetar
Kabar tentang kehebatan pemuda sakti yang berhasil mengalahkan empat petinggi Kekaisaran Naga Hitam menyebar dengan cepat, seperti api yang menjilat-jilat hutan kering. Berbagai desa, kota, hingga pedalaman gunung penuh dengan bisik-bisik pembicaraan tentang kejadian itu. Dalam waktu singkat, nama pemuda misterius itu menjadi legenda baru di dunia persilatan.Di pasar-pasar, para pedagang mengobrol sambil menyiapkan barang dagangan mereka. Di kedai-kedai makan, setiap meja dihiasi oleh cerita-cerita tentang pemuda yang mengalahkan Raja Naga Penguasa Mata Angin hanya dengan satu serangan. Tidak ada yang benar-benar tahu siapa dia, tapi semua orang memiliki spekulasi masing-masing.Di sebuah kedai makan sederhana di kaki Gunung Tianmu, kerumunan Pendekar berkumpul. Tempat ini terkenal sebagai perhentian banyak ahli silat yang sedang dalam perjalanan menuju gunung, sehingga wajar saja jika kabar-kabar terbaru selalu terdengar lebih cepat di tempat ini.Asap tipis mengepul dari dapur, men
Di sebuah tempat yang tersembunyi di jantung kekaisaran, di dalam Istana Kekaisaran Naga Hitam, ada sebuah taman yang jarang terlihat oleh mata manusia. Taman ini, yang dikenal sebagai Taman Rahasia Naga, dikelilingi oleh pagar tinggi berlapis kabut gelap, menciptakan suasana misterius yang mengerikan. Tanaman-tanaman eksotis dari dunia lain tumbuh subur di tanah yang dipenuhi kekuatan jahat. Angin dingin terus berhembus, membawa aroma logam dan darah, seolah-olah tanah itu sendiri haus akan darah dan kematian.Di sinilah Kaisar Naga Hitam, penguasa tertinggi dari Kekaisaran Naga Hitam, sering menghabiskan waktunya, memikirkan rencana keji dan menunggu laporan dari bawahannya. Hari itu, udara di Taman Rahasia Naga terasa lebih tegang dari biasanya. Raja Naga Penguasa Arah Barat baru saja tiba setelah perjalanan panjang dan berbahaya. Wajahnya pucat, tubuhnya masih gemetar akibat ketakutan yang menghantuinya sejak pertemuannya dengan pemuda sakti. Di depan Kaisar Naga Hitam, tubuhny
Pelindung Kanan memimpin barisan panjang prajurit Kekaisaran Naga Hitam yang terdiri dari puluhan ribu pasukan. Mereka bergerak menuju Selatan, di mana Kaisar Selatan bersembunyi. Tujuannya untuk menghancurkan musuh sebelum menjadi kekuatan serius yang mengancam kekuasaan junjungannya.“Tidak ada yang boleh kembali sebelum kita mencapai Selatan. Tidak ada pengecualian,” ucap Pelindung Kanan dingin, matanya menatap ke depan tanpa sedikitpun keraguan.Pasukan itu penuh dengan kekuatan jahat, kekuatan yang telah diresapi hawa Iblis oleh Kaisar Naga Hitam. Mereka berjalan dalam keheningan, kaku dengan sorot mata menakutkan. Sementara langit di atas mereka dipenuhi awan hitam tebal yang seolah-olah mengikuti.Namun, perjalanan mereka tidak semulus yang diharapkan. Malam pertama saat mereka melewati hutan lebat dengan pepohonan menjulang tinggi yang melambangkan kematian, serangan tak terduga datang. Dari balik kabut tipis yang menutupi pepohonan, sosok-sosok keemasan muncul.Salah satu praj
Langit di atas kota Kekaisaran Timur tampak kelam, awan-awan hitam bergulung seolah dipenuhi kemarahan yang tak terucapkan. Kabut tipis menutupi tanah yang becek karena hujan yang turun sejak malam sebelumnya. Udara dingin mengiris kulit, dan suara desau angin mengiringi irama langkah kaki ribuan lelaki gagah berpakaian pelayan Dewa, yang bergerak seperti angin. Mereka adalah para penghuni Kuil Dewa Agung, yang kini bergegas menuju gerbang kota Kekaisaran Timur salah satu negara besar yang telah jatuh ke tangan Kaisar Naga Hitam.Di depan barisan itu, Pendeta Kaiming, seorang lelaki tua dengan jubah putih yang dihiasi simbol-simbol sakral, memimpin dengan tenang. Meskipun usianya sudah lebih dari tujuh dekade, setiap gerakannya penuh wibawa, dan matanya bersinar dengan semangat dan penuh kewibawaan. Di pundak orang tua sakti itu, beban besar sebagai Ketua Sekte Kuil Dewa, tetapi ia melangkah tanpa gentar, memenuhi panggilan kemanusiaan. Di dalam dadanya, keyakinan kuat bahwa inilah
Suara dentingan senjata bergema di seluruh medan pertempuran. Di antara deru hujan yang turun mulai semakin deras, sorak sorai dua belah pihak saling membahana, melawan raungan petir yang menggelegar. Pertempuran antara para Pendekar di bawah pimpinan Pendeta Kaiming dan pasukan Kekaisaran Timur yang dipimpin oleh Kaisar yang diangkat Kaisar Naga Timur.Namanya Jiang Bu, tokoh sesat yang lama menyembunyikan diri. Kaisar Naga Hitam memanggilnya dan berhasil membuatnya takluk. Lelaki tua yang bergelar Gagak Iblis itu diangkat menjadi Kaisar Timur karena di wilayah timur ia yang memiliki kemampuan paling tinggi. Pendeta Kaiming berdiri di garis depan, mengayunkan tongkat sucinya yang mengeluarkan kilatan cahaya keemasan. Setiap gerakannya bukan hanya membela diri, tetapi juga menyembuhkan dan melindungi para prajurit yang bertarung di sampingnya. Dengan izin tetua dari Sekte Kuil Dewa, Tongkat itu dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Setiap kali tongkatnya berputar, semburat cahaya
Kaisar Naga Hitam berdiri dengan angkuh, tatapannya penuh keangkuhan. Angin malam yang berhembus kencang mengibarkan jubah hitamnya. Semua mata terarah kepadanya, terperangkap dalam aura kegelapan yang ia pancarkan. Suasana mendadak sunyi. Tak ada yang bergerak, seolah waktu itu sendiri terhenti oleh kehadirannya. Kemunculannya yang tiba-tiba berada di atas angin membuat orang takjub sekaligus ngeri. Terutama di pihak Pendeta Kaiming. Mereka merasa saat inilah ajal datang menjemput. "Dengarkan baik-baik!" suara Kaisar Naga Hitam menggema, nadanya dingin, penuh kemarahan yang tertahan. "Aku beri kalian satu kesempatan terakhir! Bersujudlah di hadapan ku, takluk pada kekuasaan kegelapan, atau kalian semua akan binasa tanpa sisa." Dia mengangkat satu tangan ke udara, matanya berkilat seiring dengan aliran tenaga sakti yang mulai berputar di sekelilingnya. Di kejauhan, sebuah gunung kecil tampak berdiri tegak di balik medan perang yang dipenuhi asap dan kabut. Dengan kibasan tangannya
Kaisar Naga Hitam, dengan tatapan tajam yang dipenuhi amarah, memandang sosok pemuda yang kini berdiri di hadapannya. Angin berhembus kencang, mengibaskan jubah hitam panjangnya, namun tidak sedikit pun menggoyahkan posturnya yang tegang. Kekuatan kegelapan yang mengelilinginya bergetar, seakan merasakan kehadiran ancaman hebat dari sebuah kekuatan cahaya."Liong Yun!" seru Kaisar Naga Hitam, suaranya menggelegar, penuh dengan kejutan bercampur kemarahan. “Kau... bagaimana mungkin kau masih hidup?”Kata-kata itu menggema di antara para pendekar dan prajurit yang menyaksikan. Mereka semua menatap Liong Yun dengan penuh keheranan. Sudah ramai tersiar kabar, pendekar muda yang dulu penuh harapan, telah tewas di tangan Kaisar Naga Hitam beberapa waktu lalu.Kaisar Naga Hitam mengepalkan tangannya, jari-jarinya gemetar penuh amarah. “Aku sendiri melihatnya mati! Dia tak mungkin bisa kembali... Bagaimana bisa...?” gumamnya setengah tidak percaya, matanya memancarkan kilatan kebencian yang d
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke
Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di
Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag
Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y