Beranda / Fantasi / ILMU TUJUH GERBANG DEWA / Bab 156. Penyerangan ke Kekaisaran Timur

Share

Bab 156. Penyerangan ke Kekaisaran Timur

Penulis: Junaidi Al Banjari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Langit di atas kota Kekaisaran Timur tampak kelam, awan-awan hitam bergulung seolah dipenuhi kemarahan yang tak terucapkan. Kabut tipis menutupi tanah yang becek karena hujan yang turun sejak malam sebelumnya. Udara dingin mengiris kulit, dan suara desau angin mengiringi irama langkah kaki ribuan lelaki gagah berpakaian pelayan Dewa, yang bergerak seperti angin.

Mereka adalah para penghuni Kuil Dewa Agung, yang kini bergegas menuju gerbang kota Kekaisaran Timur salah satu negara besar yang telah jatuh ke tangan Kaisar Naga Hitam.

Di depan barisan itu, Pendeta Kaiming, seorang lelaki tua dengan jubah putih yang dihiasi simbol-simbol sakral, memimpin dengan tenang. Meskipun usianya sudah lebih dari tujuh dekade, setiap gerakannya penuh wibawa, dan matanya bersinar dengan semangat dan penuh kewibawaan.

Di pundak orang tua sakti itu, beban besar sebagai Ketua Sekte Kuil Dewa, tetapi ia melangkah tanpa gentar, memenuhi panggilan kemanusiaan. Di dalam dadanya, keyakinan kuat bahwa inilah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Adipati Bms
terallu lemot jln ceritanya apa emang khbisn naskah
goodnovel comment avatar
Adipati Bms
akhirnya hitam tetp unggul dlm episod brikutnya udh g aneh
goodnovel comment avatar
fathul huda
mantap apanya ,nunggu tamat kok gak muncul2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 157. Kemunculan Kaisar Naga Hitam

    Suara dentingan senjata bergema di seluruh medan pertempuran. Di antara deru hujan yang turun mulai semakin deras, sorak sorai dua belah pihak saling membahana, melawan raungan petir yang menggelegar. Pertempuran antara para Pendekar di bawah pimpinan Pendeta Kaiming dan pasukan Kekaisaran Timur yang dipimpin oleh Kaisar yang diangkat Kaisar Naga Timur.Namanya Jiang Bu, tokoh sesat yang lama menyembunyikan diri. Kaisar Naga Hitam memanggilnya dan berhasil membuatnya takluk. Lelaki tua yang bergelar Gagak Iblis itu diangkat menjadi Kaisar Timur karena di wilayah timur ia yang memiliki kemampuan paling tinggi. Pendeta Kaiming berdiri di garis depan, mengayunkan tongkat sucinya yang mengeluarkan kilatan cahaya keemasan. Setiap gerakannya bukan hanya membela diri, tetapi juga menyembuhkan dan melindungi para prajurit yang bertarung di sampingnya. Dengan izin tetua dari Sekte Kuil Dewa, Tongkat itu dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Setiap kali tongkatnya berputar, semburat cahaya

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 158. Dua Kekuatan Bertemu

    Kaisar Naga Hitam berdiri dengan angkuh, tatapannya penuh keangkuhan. Angin malam yang berhembus kencang mengibarkan jubah hitamnya. Semua mata terarah kepadanya, terperangkap dalam aura kegelapan yang ia pancarkan. Suasana mendadak sunyi. Tak ada yang bergerak, seolah waktu itu sendiri terhenti oleh kehadirannya. Kemunculannya yang tiba-tiba berada di atas angin membuat orang takjub sekaligus ngeri. Terutama di pihak Pendeta Kaiming. Mereka merasa saat inilah ajal datang menjemput. "Dengarkan baik-baik!" suara Kaisar Naga Hitam menggema, nadanya dingin, penuh kemarahan yang tertahan. "Aku beri kalian satu kesempatan terakhir! Bersujudlah di hadapan ku, takluk pada kekuasaan kegelapan, atau kalian semua akan binasa tanpa sisa." Dia mengangkat satu tangan ke udara, matanya berkilat seiring dengan aliran tenaga sakti yang mulai berputar di sekelilingnya. Di kejauhan, sebuah gunung kecil tampak berdiri tegak di balik medan perang yang dipenuhi asap dan kabut. Dengan kibasan tangannya

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 159: Kembalinya Liong Yun

    Kaisar Naga Hitam, dengan tatapan tajam yang dipenuhi amarah, memandang sosok pemuda yang kini berdiri di hadapannya. Angin berhembus kencang, mengibaskan jubah hitam panjangnya, namun tidak sedikit pun menggoyahkan posturnya yang tegang. Kekuatan kegelapan yang mengelilinginya bergetar, seakan merasakan kehadiran ancaman hebat dari sebuah kekuatan cahaya."Liong Yun!" seru Kaisar Naga Hitam, suaranya menggelegar, penuh dengan kejutan bercampur kemarahan. “Kau... bagaimana mungkin kau masih hidup?”Kata-kata itu menggema di antara para pendekar dan prajurit yang menyaksikan. Mereka semua menatap Liong Yun dengan penuh keheranan. Sudah ramai tersiar kabar, pendekar muda yang dulu penuh harapan, telah tewas di tangan Kaisar Naga Hitam beberapa waktu lalu.Kaisar Naga Hitam mengepalkan tangannya, jari-jarinya gemetar penuh amarah. “Aku sendiri melihatnya mati! Dia tak mungkin bisa kembali... Bagaimana bisa...?” gumamnya setengah tidak percaya, matanya memancarkan kilatan kebencian yang d

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 160: Pertarungan Cahaya Melawan Kegelapan

    Pelindung Kiri terdiam, tangannya yang tadinya berapi kini hanya menggenggam kehampaan. Matanya membelalak. “Apa yang baru saja terjadi?” pikirnya.Ditatapnya pemuda yang menjadi lawan itu. Sedikitpun tidak menunjukkan pergerakan atau pengerahan tenaga. Ia tetap berdiri mengambang di atas angin. Tubuhnya memancarkan cahaya putih terang, bukan cahaya sebuah kekuatan, tapi cahaya murni seperti sang surya.Liong Yun sendiri hanya tersenyum tipis. Ia lalu memejamkan mata sejenak, kemudian menghembuskan napas panjang. "Sudah cukup," gumamnya perlahan, suaranya seperti angin sepoi-sepoi yang menyapu medan perang, namun penuh ketegasan.Pemuda itu hanya mengibaskan lengan baju kanannya, satu gerakan sederhana, namun dampaknya tak terbayangkan. Boom!Dalam sekejap, tubuh Pelindung Kiri dan Gagak Iblis pecah menjadi butiran cahaya. Tak ada jeritan, tak ada suara ledakan besar, hanya kilatan cahaya yang halus namun mematikan. Keduanya lenyap dari dunia ini seperti serpihan debu yang diterbangka

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 161: Gerbang keabadian.

    Kilatan petir yang memecah langit menyala-nyala, memperlihatkan dua sosok yang bertarung di udara seperti dewa-dewi yang sedang menguji batas kekuatan alam. Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam beradu kecepatan dan kekuatan dalam sebuah pertarungan yang sangat dahsyat, membuat langit dan bumi bergetar hebat.Kaisar Naga Hitam dengan pedang Naga Iblis di tangannya, menyerang Liong Yun dengan segala daya dan kemampuannya. Setiap tebasan pedangnya menyisakan jejak hitam di udara, seolah-olah merobek ruang dan waktu. Ledakan kegelapan yang ia ciptakan menghempaskan gelombang energi yang begitu kuat, memecah tanah di bawah mereka hingga retak-retak. Badai kegelapan menyelimuti medan perang, menyapu setiap benda yang berada dalam jalurnya."Matilah kau, Bocah!" teriak Kaisar Naga Hitam dengan amarah yang tak terkendali. Pedang Naga Iblis menghantam dengan ganas, setiap tebasan tampak siap untuk membelah langit.Namun, meski bertarung dalam kehancuran yang mencekam, Liong Yun tetap tidak tergore

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 162: Gerbang Waktu tingkat puncak

    Kaisar Naga Hitam dengan penuh amarah, mengerahkan seluruh kekuatan lalu menyerang Liong Yun. Serangan pertama mudah saja dielakkan pemuda itu. Setiap bentrokan tenaga kedua belah pihak menciptakan goncangan yang sangat keras.Di puncak langit nampak hujan badai menyelimuti. Pertarungan antara Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam memuncak pada titik yang menegangkan. Pedang Naga Iblis di tangan Kaisar Naga Hitam bersinar hitam pekat, menyerap kegelapan dari seluruh medan pertempuran. Setiap tebasannya memancarkan kekuatan yang meretakkan tanah, menghancurkan gunung-gunung di kejauhan, dan membuat langit semakin mencekam.Liong Yun tetap tenang di udara, tubuhnya memancarkan kilauan cahaya yang semakin terang, beradu dengan kegelapan yang disemburkan oleh pedang musuhnya. Petir menyambar di sekitar mereka, menghantam tanah dengan keras, seakan alam pun bergetar melihat pertempuran yang melampaui batas manusia biasa.Kaisar Naga Hitam melesat maju, pedangnya menghunus ke arah Liong Yun denga

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 163: Penghakiman yang Tertunda, dan Munculnya Bayangan Merah

    Waktu yang sebelumnya membeku, perlahan kembali mengalir. Suara angin, dentuman petir, dan gemuruh langit terdengar kembali, membawa medan perang ke dalam kesadarannya yang semula. Liong Yun masih berada di udara, kilauan cahaya Gerbang Ketujuh memudar, tetapi kekuatan dahsyat yang baru saja dilepaskannya belum sepenuhnya hilang.Kaisar Naga Hitam yang masih melayang di udara sebelumnya, tiba-tiba terhempas ke tanah dengan kecepatan luar biasa. Tubuhnya seperti dilontarkan oleh badai raksasa. Dentuman keras terjadi saat tubuh sang Kaisar menghantam bumi, menciptakan lubang besar di tanah yang dipenuhi retakan, seperti jaring laba-laba yang menyebar puluhan meter. Tanah bergetar, serpihan batu beterbangan, pohon-pohon di sekitar tumbang oleh gelombang kejut yang diciptakan.“Bummm!”Debu dan asap mengepul tebal, menyelimuti area dimana Kaisar Naga Hitam jatuh. Suara erangan pelan terdengar di balik kabut debu yang semakin menipis. Kaisar Naga Hitam, tubuhnya bergetar, bersimbah darah,

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 164: Penyerangan Markas Utama Kaisar Selatan

    Setelah sosok berpakaian merah menghilang bersama Kaisar Naga Hitam, suasana medan perang mendadak hening. Para Pendekar yang masih hidup saling berpandangan, merasakan kelegaan bercampur kekecewaan. Mereka sempat ingin meluapkan amarah pada Liong Yun, sosok yang seharusnya mampu menghabisi musuh besar mereka. Namun ketakutan dan rasa hormat membuat mereka bungkam. Pemuda itu, bagaimanapun juga, telah menyelamatkan nyawa mereka dan mengakhiri kekuasaan Kaisar Naga Hitam di Negeri Timur itu.Tidak lama, kerumunan Pendekar mulai sadar akan kenyataan itu. Peperangan ini telah mereka menangkan. Berita menyebar cepat di antara para Pendekar dan para pejuang lain. Kekaisaran Timur, yang beberapa waktu ini berada di bawah bayangan kelam Kaisar Naga Hitam, akhirnya berhasil dibebaskan. Pasukan yang tersisa di pihak Kekaisaran, baik prajurit maupun petinggi kerajaan, mulai menyerah tanpa perlawanan. Sebagian besar dari mereka, meski sebelumnya setia pada penguasa kejam itu, sesungguhnya tert

Bab terbaru

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 174. Pertarungan Terakhir Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam (TAMAT)

    Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, dii

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   BAB 173. Peperangan Penentuan

    Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 172: Persekutuan

    Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 171. Pertemuan Dengan Liong Yun

    Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 170. Musuh Besar Pendekar Naga Langit

    Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 169. Ilmu Harimau Neraka

    Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 168. Kegelapan Yang Sempurna

    Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 167. Kekacauan Daerah Utara

    Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 166. Rahasia Belum Terpecahkan

    Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y

DMCA.com Protection Status