Beranda / Romansa / Papaku Masih Perjaka / Bab 4 : Wanita Hercules

Share

Bab 4 : Wanita Hercules

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-02 09:59:33

“Apa asisten Anda baru lagi, Pak?”

Pertanyaan bik Mun dijawab Gama dengan anggukan kepala. Pria yang baru saja pulang dan sedang duduk melepas sepatunya itu mengerutkan kening. Setelahnya Gama balas melempar pertanyaan ke bik Mun sambil meletakkan sepatu ke rak dan berjalan masuk. 

“Bukankah aku sudah memberitahu Bibi? aku sudah mengirim pesan.”

“Kuota saya habis Pak. Belum beli.” Bik Mun tertawa aneh sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Mendapati sang majikan bersikap santai seolah tak terjadi apa-apa, Bik Mun pun menceritakan bagaimana kondisi asistennya saat mengantar pulang Maha tadi. Bak pembawa acara gosip, wanita itu menjelaskan penampilan Sabrina yang begitu acak-acakan. Menurut cerita yang dia dapat dari Maha, gadis itu terlibat perkelahian dengan ibu dari teman sang putra yang tiba-tiba saja menarik rambut dan menamparnya. Bik Mun bahkan memperagakan beberapa adegan yang ceritanya dia dapat dari bocah itu.

“Mereka sampai dipisah oleh dua satpam, dua guru dan beberapa orangtua murid lain yang kebetulan menjemput,”ucap Bik Mun dengan sangat menggebu.

“Apa?”

Gama tak percaya. Ia memang tidak bertemu Sabrina lagi setelah gadis itu menjemput Maha. Sabrina memilih menitipkan kunci mobil ke satpam yang berjaga di lobi gedung PG Group, lantas berpamitan via aplikasi berbalas pesan kepadanya. 

“Rambutnya berantakan saya bahkan menawarkan sisir tapi dia tidak mau, cuma itu saja sih Pak, selebihnya dia tidak kenapa-napa kok.”

“Apa?"

Mulut Gama menganga lebar. Tak bisa dia bayangkan bagaimana mungkin Sabrina tidak terluka jika terlibat perkelahian yang lumayan brutal seperti cerita bik Mun barusan. Gama yakin gadis itu pasti mendapatkan memar di beberapa bagian tubuh.

“Enggak Pak, orang mas Maha bilang dia cuma sekali kena tampar setelahnya dia mengunci tangan wanita yang menjambak rambutnya itu, dipelintir, dipanggul kek karung beras lalu hampir dibanting. Untung dicegah banyak orang.”

Bibir Gama kelu, dia sampai menggelengkan kepala agar sadar karena ucapan pembantu sekaligus pengasuh putranya itu sedikit tidak masuk akal.

“Lalu di mana Maha?” tanyanya sambil menaiki anak tangga. Padahal Gama sudah tahu kebiasaan putranya setiap dia pulang kantor pasti sedang menonton kartun di kamar.

“Biasa Pak, sedang nonton Kidi and Pret.”

“Maha!” panggil Gama dengan suara lantang. Ia yakin pasti ada alasan kuat yang mendasari ibu dari teman putranya itu marah, sampai menarik rambut dan berkelahi dengan asisten barunya. 

“Apa yang kamu lakukan sampai mama temanmu memukul asisten Papa?”

Mendengar suara papanya, Maha yang awalnya duduk di atas ranjang menonton langsung berguling dan bersembunyi di dalam selimut. Anak itu memiringkan badan berpura-pura tidak mendengar panggilan dari sang papa.

Gama membuang napas kasar sesaat setelah membuka pintu, begitu juga dengan bik Mun yang melongok dari belakang punggungnya untuk melihat apa yang sedang dilakukan Maha sekarang. Bik Mun memilih berpamitan meninggalkan pasangan ayah dan anak itu. Lagi pula seperti perjanjian, pekerjaannya selesai saat Gama pulang.

“Maha!” panggil Gama lagi. Ia mendekat dan duduk di tepian ranjang di seberang putranya berbaring. Pria itu memukul lembut pantat Maha sambil bertanya lagi. “Apa kamu berkelahi lagi? kenapa bisa? dengan siapa lagi kali ini?”

Maha bergeming. Bocah itu seolah sedang melakukan gerakan tutup mulut yang sukses membuat Gama mengusap muka lalu menyugar rambut.

“Maha, sudah berapa kali Papa bilang bertengkar itu perbuatan jelek. Apa lagi kamu membuat asisten baru Papa dijambak oleh mama temanmu.”

“Dia hanya dijambak sekali,” jawab Maha. 

Bocah itu akhirnya mau membalikkan badan dan menjawab Gama. Ia seolah tidak terima jika papanya menganggap yang terjadi pada Sabrina sangat buruk . 

“Apa maksudmu?” kening Gama sudah berkerut. “Bangun! ceritakan ke Papa,” titahnya.

“Wanita itu, dia dijambak sekali tapi membalas lebih dari dua kali,” celoteh Maha. “Papa, dia kuat. Dia bahkan membuat pak satpam terjengkang.”

“Hah … apa? di-di-dia membuat apa?” Gama terbata-bata, dia bahkan memiringkan kepala menunjukkan telinganya ke arah Maha karena tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh putranya.

“Aku marah ke Kenzo, dia bilang saat acara hari ibu kenapa papa yang datang bukan mama. Lalu saat hari ayah kenapa papa lagi yang datang. Dia mengataiku sungokong yang lahir dari batu karena tidak punya ibu. Aku bahkan tidak tahu apa itu sungokong, apa dia sejenis singkong?” tanya Maha dengan polosnya.

Gama pun bingung harus merespon apa, rasanya antara ingin tertawa atau menangis, hingga dia memilih meraih tubuh Maha dan mendudukkan bocah itu ke pangkuan.

“Lalu kamu apakan Kenzo, hem ...” Gama menyelam jauh ke dua bola mata bening milik Maha, mata polos yang membuatnya tak pernah tega untuk membentak.

“Aku hanya mendorong lalu memukulnya, dia menarik dasiku lalu aku gigit tangannya. Dia menangis tapi aku tidak,” jawab Maha jemawa, seolah siapa yang tidak menangis adalah pemenangnya.

“Maha, kamu tahu ‘kan gara-gara itu mama Kenzo salah sasaran dan marah ke asisten baru Papa? Apa kamu tidak kasihan ke …. “ Gama menjeda kata, dia bingung haruskah memakai kata ‘kak’ atau ‘tante’ untuk menyebut Sabrina.

“Ke … ke wanita Hercules itu?” sambung Maha.

“Hah …. Apa?” Gama cengo, dia bingung dari mana sang putra bisa mendapatkan kata Hercules untuk menyebut Sabrina. 

_

_

Di sisi lain, wanita yang menjadi obyek pembicaraan ayah dan anak itu memilih mengurung diri di kamar setelah sampai di rumah. Sabrina benar-benar takut jika sampai wanita yang hampir dia banting sore tadi melaporkannya dengan tuduhan tindak penganiayaan. Gadis itu meringkuk di bawah selimut meski jam masih menunjukkan pukul enam sore. Beruntung ibunya sedang ada arisan dan dilanjut pengajian rutin bulanan, jika tidak dia pasti sudah habis diwawancara bak artis ternama yang baru saja terlibat skandal perselingkuhan. 

“Beraninya anakmu memukul anakku?”

Teriakan wanita itu terngiang di telinga Sabrina. Bagaimana bisa dirinya yang masih sangat muda dikira ibunda Maha. Apa mukanya begitu boros dan terlihat tua? Sabrina menggeleng lalu menendang selimut sampai teronggok ke lantai. Gadis itu bangun dan bergegas duduk di depan meja riasnya, dia menolehkan muka ke kiri dan kanan untuk memastikan tanda-tanda penuaan di wajah bak iklan produk kecantikan di televisi. 

“Tidak, aku belum keriput. Aku masih dua puluh empat tahun. Sial! wanita itu perlu pakai kacamata kuda sepertinya,” gerutu Sabrina. Ia menepuk kulit pipi secara bergantian bak baru saja memoleskan serum.

Tak berselang lama ponsel Sabrina yang berada di atas nakas pun berbunyi. Dia menoleh berpikir bahwa panggilan itu mungkin saja dari debt collector pinjol yang salah alamat atau penipuan iseng berhadiah miliaran rupiah, tapi karena terus menerus berdering akhirnya Sabrina mendekat untuk melihat siapa yang melakukan panggilan. Gadis itu kaget, matanya membola melihat nama Gama pada layarnya. Sabrina mengerjab bahkan sampai menggosok mata, dia ketakutan berpikir jangan-jangan memang sudah dilaporkan oleh ibu dari teman Maha ke polisi.

Meski ragu perlahan Sabrina menggeser tanda hijau di layar, dia tempelkan benda pipih itu ke telinga dan berujar dengan nada suara yang meresahkan indera pendengaran seorang Lintang Gutama.

“A …. Ah …. pak Gama!”

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ria Rifantiani
perutku sakit gustiiii... baru bab 4 dah ngakak bnget
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
Kenzo yang salah ya
goodnovel comment avatar
Dewi Setianingrum
Cocok nih Maha sm wanita hercules ,,wkwk siap jadi pelindungmu Maha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 5 : Bertemu Kepala Sekolah

    “Kamu rapi banget, apa mungkin kemarin kamu salah kostum dan dimarahi bosmu?”Mirna memindai penampilan putrinya pagi itu. Sabrina yang belum menceritakan peristiwa perkelahian akibat ulah anak sang atasan hanya bisa mencebik lalu duduk. Ia mengangkat piring dan langsung mengambil satu centong penuh nasi. Namun, Sabrina kaget karena Mirna malah menahan tangannya. Wanita yang melahirkannya itu mengambil alih centong nasi sambil geleng-geleng. Alih-alih menambah porsi nasi di piring Sabrina, Mirna malah mengembalikan separuh nasi itu lalu mengingatkan putrinya untuk diet.“Jaga penampilan kamu, kamu itu kerja di agensi model.”“Ya ‘kan cuma kerja Bu, bukannya aku modelnya.” Sabrina merajuk, dia pandangi nasi dipiringnya yang tinggal sedikit, tapi tak mengapa melihat telur dadar dia langsung mengambil dua. Terang saja Murni langsung memukul tangannya dengan centong nasi yang masih dipegang. “Iya tapi kamu setiap hari ketemu model, bosmu saja model, kamu mau kontrakmu nggak diperpanjang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 6 : Punya Mama Sab

    “Aku punya ibu.”Beberapa menit yang lalu Maha kembali berdebat dengan Kenzo. Bocah yang umurnya hanya terpaut beberapa bulan saja itu sudah berdiri berhadapan dan adu argumen. Maha bahkan sudah menampilkan wajah masam dengan mata menyipit. “Tidak punya, kamu itu cuma punya papa, jangan bohong!” Kenzo, teman sekelas yang paling menyebalkan untuk Maha. Entah kenapa mereka seperti musuh bebuyutan, padahal sama-sama bau kencur, tapi soal sombong menyombong sudah melebihi orang dewasa. Dua murid berseragam olahraga itu masih saja berdebat di ruang senam sekolah mereka, hingga Miss Farah - sang guru mendekat. Ada perintah dari atasannya untuk mengajak dua anak itu ke ruang kepala sekolah.“Maha, Kenzo kenapa sih kalian berdua itu tidak bisa rukun? Miss sampai bingung atau Miss yang salah ya? Tidak bisa mengajari kalian bagaimana cara berteman yang baik?” Miss Farah menggandeng Maha dan Kenzo di kiri dan kanan, sedangkan dua bocah itu berjalan sambil menunduk. Seolah sadar akan kesalahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 7 : Keceplosan

    “Anak? Kamu punya anak?”Bagaskara – ayahanda Naura nampak terkejut dengan apa yang disampaikan oleh putrinya. Pria yang rambutnya sudah hampir putih seluruhnya itu geleng-geleng kepala. Ia menolak apa yang baru saja diucapkan oleh Naura, sedangkan suami putrinya yang bernama Adam hanya bisa duduk dan terdiam.Naura mengatakan yang sejujurnya pada Adam, dan pria itu tak menujukkan rasa kecewa sama sekali. Hal ini bukan tanpa alasan, karena Adam sangat mencintai Naura, istrinya itu bahkan menangis semalaman karena vonis dari dokter kandungan. Belum lagi Naura juga meratap dan berulang kali menyesali perbuataannya karena sudah membuang anaknya sendiri.“Apa kamu sudah gila?” Bagaskara berdiri, tajam matanya menatap sang putri yang terus saja menunduk.“Pa, jangan salahkan Naura. Semuanya sudah terjadi di masa lalu, Papa harus sadar niatan Naura baik. Dia ingin anak itu kembali untuk meneruskan garis keturunan keluarga.” Adam membela, tapi bentakanlah yang dia dapat dari sang mertua.“Ap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 8 : Kebun Binatang

    “Kenapa kakak memakai baju seperti ini?”Sabrina yang hari itu datang ke kebun binatang mendapat keluhan dari putra atasannya. Gadis berumur dua puluh empat tahun itu tidak menyangka bahwa meski masih kecil, tapi sebagai anak seorang model, selera fashion Maha sangat tinggi, bahkan jauh di atasnya. Anak itu baru berkomentar bahwa dandanannya lebih mirip pekerja kantoran ketimbang ingin jalan-jalan.Sabrina mencebikkan bibir, dia berharap Gama yang sedang berada di kamar mandi segera datang untuk menyelamatkannya dari Maha yang menurutnya sedikit menyebalkan. Entah kenapa tiba-tiba saja bocah itu tidak seramah beberapa hari yang lalu saat memeluknya dan memanggilnya Mama. Pasti ada sesuatu, Sabrina curiga Gama mengatakan sesuatu yang tidak baik tentangnya.“Harusnya kakak memakai kaos seperti aku dan yang lain.”Karena ucapan Maha, Sabrina pun melihat sekeliling. Matanya tertuju pada orang-orang yang memakai baju berwarna merah muda bertuliskan study wisata dengan logo sekolah internas

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 9 : Mirip Maha

    Entah berapa kali Sabrina harus mondar-mandir pagi itu. Sebagai asisten Gama dia harus ikut serangkaian pemotretan yang dilakukan bosnya. Ia benar-benar sibuk, bahkan karena berangkat pagi untuk mengejar angkutan yang datang pertama, gadis itu melupakan sarapannya. Sabrina sudah sedikit merasa pusing, tapi dia memilih menenggak air mineral sebanyak-banyaknya. Padahal dia bisa saja meminta izin sebentar keluar mencari roti atau sekadar camilan pengganjal perut di minimarket yang tak jauh dari studio. Namun, pikiran gadis itu memang tidak dia bisa ditebak. Ia memilih duduk lesehan di bagian paling belakang studio sambil melihat bosnya melakukan pemotretan bersama empat model lainnya.Sabrina tersenyum sendiri karena malu. Sepertinya benar kalau melihat orang tampan bisa membuat kenyang. Ia sejenak melupakan perutnya yang keroncongan karena belum sarapan.Sementara itu, Gama nampak sedikit tidak fokus. Beberapa kali fotografer harus mengulangi pengambilan gambar karena pose dan ekspresi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 10 : Sabrina Car Wash

    Sabtu pagi, hari di mana Bianca harus dibuat pusing dengan kelakuan kakak iparnya. Felisya mengajaknya untuk datang ke rumah Sabrina. Felisya dengan mudah bisa mendapat alamat gadis itu, tentu saja dibantu oleh orang dalam di agensi tempat Gama bekerja. Bianca mencebik kesal, dia seharusnya bisa tidur dengan nyaman atau sekadar menghabiskan waktu bermesraan dengan suaminya - Skala. Meski tidak bisa dibilang masih muda tapi untuk urusan asmara Bianca masih semangat empat lima, tak kalah saing dengan anak dan menantunya.“Awas kalau sampai ketahuan Gama, aku tidak mau ikut menanggung akibatnya,” ucap Bianca saat Felisya memaksanya masuk ke dalam mobil.“Tenang saja, aku hanya ingin melihat bagaimana keseharian gadis itu, ibunya punya bisnis cucian dan aku ingin berpura-pura mencuci mobil di sana,” kata Feliya dengan santai, dia injak pedal gas untuk melajukan mobil, sudah tak sabar rasanya wanita itu mengorek informasi tentang Sabrina.__“Kamu sepertinya sudah gila, Fel!”Hinaan dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 11 : Ibu Palsu

    Mendengar ucapan wanita di depannya, Sabrina limbung. Mulutnya mengaga karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Ia menoleh Mirna, dan ibunya itu seketika memutar tumit tak mau melihatnya.“A-a-anda.” Sabrina masih terbata-bata.“Hem … aku ibunya Gama, aku ke sini bukan untuk alasan seperti apa yang ada di dalam pikiranmu, aku ke sini karena ingin bertemu dengan sosok gadis yang sangat disukai oleh cucuku Mahameru.”Penjelasan Felisya membuat Sabrina menelan saliva, Jika bisa memutar waktu beberapa menit ke belakang, tentu dia akan lebih bersikap sopan ke wanita anggun ini. Sabrina pun tersenyum bego, dia menggaruk bagian belakang kepala sebelum menyatukan ke dua telapak tangan di depan dada.“Maaf!” ucapnya dengan mimik muka hampir menangis.__“Dia benar-benar mirip Maha, lihat bentuk matanya,” ujar Felisya saat akan mengantar Bianca pulang ke rumah. Wanita itu benar-benar curiga, tapi untuk mengorek informasi lebih dalam dia tidak bisa karena Sabrina sudah berpiki

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 12 : Patah Hati

    “Apa kamu benar akan mencarinya ke Indonesia?”Adam melihat Naura mondar-mandir di dalam kamar, pria berwajah blasteran itu sedikit cemas dengan keputusan sang istri.“Aku tidak akan membiarkan harta papa jatuh ke tangan orang lain, sudah cukup bagiku dulu menderita selama dua puluh tiga tahun, karena dia mencariku waktu itu hidupku menjadi berubah dan aku tidak bisa membuatnya membuangku lagi.” Naura yang memang keras kepala tidak akan mempan digurui, keputusannya memiliki kembali anaknya sudah final.“Lalu apa kamu tahu di mana pria itu dan anakmu tinggal?” tanya Adam lagi.“Gama adalah cucu pengusaha terkenal di Indonesia, dia juga seorang model jadi sangat mudah menemukannya.”Adam terdiam meski khawatir dengan apa yang menjadi pilihan istrinya, dia pun tak bisa melakukan apa-apa. Ia malah meminta maaf karena tidak bisa menemani Naura, ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan di sana.“Tenang saja! aku akan membereskan semuanya dengan cepat, aku yakin anak itu pasti akan tet

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06

Bab terbaru

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 95 : Bidadari (TAMAT)

    Maha masih memeluk Sabrina, anak itu mengusap perut ibunya dengan lembut hingga tiba-tiba saja wanita itu mundur sambil mendorong Maha menjauh. Sabrina merasakan ada air yang merembes deras di antara pahanya.“Ibu!” panggil Sabrina ke Mirna.Wanita itu pun mendekat, dan Maha ditarik mundur oleh Gama. Suasana kamar sedikit kacau, beruntung perawat yang mengantar Maha dan Olla tadi belum terlalu jauh pergi. Embun buru-buru memanggilnya kembali.Sabrina seperti ketakutan, dia berusaha bernapas dengan mulut hingga tanpa sadar mengejan. Sabrina memasukkan tangan ke balik baju pasien yang dikenakan dan manarik pantiesnya ke bawah.“Ibu, kepala bayiku,” pekik Sabrina setelah sadar ada yang keluar dari jalan lahir.“Hah! kepala?”Mirna dan Felisya kalang kabut, mereka berteriak memanggil dokter atau pun perawat. Beruntung Perawat tadi langsung berjongkok di dekat Sabrina. Tanganya mengadah di antara dua kaki Sabrina. Ia memberikan instruksi agar Sabrina mendorong lagi. Sabrina membuka lebar k

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 94 : Kontraksi

    Lima bulan kemudianGama bingung dan cemas, sejak tadi dia mondar-mandir kamar inap Sabrina. Istrinya itu sedang kesakitan menahan gelombang cinta dahsyat yang diberikan bayi mereka. Di sela kontraksi yang mendera tubuh, Sabrina dibuat pusing dengan kelakuan Gama.“Duduk lah, apa kamu tidak capek?” tanya Sabrina sambil berusaha mencari posisi yang nyaman, ini sudah delapan belas jam, dan bayi berjenis kelamin laki-laki buah cintanya dan Gama masih sibuk mencari jalan lahir.“Sab, aku panggil dokter ya, kita lakukan operasi saja,” kata Gama. Mungkin sudah yang ke sembilan kali dia mengatakan hal ini, tapi jawaban Sabrina tetap sama.“Tidak mau, aku sudah merasakan sakitnya berjam-jam, aku bisa menahannya lebih lama.”“Jangan berbohong! kamu kesakitan Sab. Lihat apa yang kamu tinggalkan di lenganku!” kata Gama sambil menunjuk bagian tubuhnya itu. Sabrina malah tertawa mengamati bekas lecet yang dia buat, lengan Gama beberapa kali dijadikannya pegangan saat kontraksi terjadi, hingga kuk

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 93 : Putusan Pengadilan

    Diwakili oleh pengacaranya, Bagaskara hari itu harus menelan rasa kecewa karena hakim pengadilan memutuskan bahwa hak asuh Maha jatuh ke tangan Gama. Menimbang segala bukti dan dikuatkan dengan surat permohonan Naura, membuat hakim yakin jika anak itu lebih baik berada di bawah pengasuhan Gama. "Maha, bilang terima kasih ke Pak hakim!" perintah Gama ke Maha yang hari itu ikut ke pengadilan bersamanya. Gurat bahagia terpatri jelas di wajah Gama juga Sabrina, akhirnya perjuangan untuk mendapatkan dokumen legal sebagai orangtua Maha sudah ada di tangan mereka. "Terima kasih," ucap Maha sambil memberikan hormat, kepalanya mengangguk kecil dan berhasil membuat hakim tersenyum. Hakim ketua mengusap kepala anak itu lembut, dia tahu Naura sudah meninggal. Agak teriris batinnya membayangkan anak sepolos Maha kehilangan ibu kandung dan bahkan tidak tahu siapa ayah kandungnya. Tak jauh dari tempat Sabrina dan Gama berdiri, Rudi berbincang dengan pengacara Bagaskara. Wajah pengacara itu

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 92 : Jujur Tentang Masa Lalu

    Duka masih menyelimuti hati Gama dan Sabrina, perasaan benci yang berubah menjadi simpati membuat ke duanya merasa sangat kehilangan Naura. Masih tak mereka sangka Naura harus pergi di saat hati Maha mulai terbuka, di saat semua orang bisa menerima kehadirannya dan memaafkan kesalahannya.Gama dan Sabrina menatap Maha yang terlelap tidur di ranjang mereka, belakangan anak itu seolah tahu bahwa wanita yang melahirkannya telah tiada, banyak yang Maha tanyakan salah satunya kenapa Naura pergi, ke mana dan akankah mereka bisa bertemu dengan wanita itu lagi suatu saat nanti.Awalnya Sabrina kebingungan. Menjelaskan secara rinci ke Maha jelas tidak mungkin dia lakukan, hingga sebuah kalimat paling mudah dia ucapkan. Bahwa Naura sakit, tapi kini sudah sembuh dan pergi ke surga bertemu dengan orang yang paling dikasihi.“Kemungkinan keputusan pengadilan akan dipercepat,” bisik Gama, dia peluk Sabrina dari belakang dan mengusap lengan istrinya yang terus menatap Maha.“Itu menjadi kabar baik d

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 91 : Perpisahan

    Acara liburan di pantai menjadi hari terakhir Adam mendengar Naura bicara dan tersenyum. Setelah itu kondisi sang istri terus saja melemah hingga terbaring koma. Adam seorang diri menjaga Naura, bagaimana tidak? bahkan saat dikabari, Bagaskara acuh kepada kondisi putri kandungnya.“Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi, setidaknya sebelum koma dia bahagia karena Maha mau berinteraksi dengannya, meski anak itu belum mau memanggilnya Mama.”Gama duduk bersisian dengan Adam. Mendengarkan setiap curahan hati pria itu. Gama tahu Adam pasti sangat hancur, baru saja dia menemani pria itu mendengar penjelasan dokter yang bertanggungjawab pada kondisi Naura. Gelang pasien di pergelangan tangan kiri Naura sudah diganti menjadi warna ungu yang artinya harapan hidup pasien sangat kecil. Jika semua alat penunjang kehidupan Naura dilepas, maka wanita itu akan pergi untuk selamanya.“Aku tidak ingin menyetujui saran dokter, jika harus pergi biarlah dia pergi saat jiwanya sudah ikhlas,” lirih

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 90 : Pantai dan Kenangan

    “Kamu memang anak tidak bisa diandalkan!”Kalimat kejam itu meluncur dari bibir Bagaskara, dia meminta Naura datang menemuinya dan hanya makian yang diperdengarkan. Ia sama sekali tidak menanyakan kondisi putrinya yang nampak begitu pucat.“Papa tidak akan bisa mengambil Maha dari Gama, dia akan menjadi putra Gama dan Sabrina selamanya,” kata Naura tanpa memandang Bagaskara.Tangan pria tua itu mengepal karena bantahan sang putri. Ia pun melempar vas bunga di dekatnya sampai hancur berkeping-keping.“Terserah! Lakukan sesukamu, aku bahkan tidak peduli kalau kamu mati sekalipun.”Bagaskara pergi meninggalkan Naura dan Adam di ruang tamu. Buliran kristal bening mengalir membasahi pipi Naura. Ia sangat menyesal karena sudah mengambil langkah yang keliru. Seharusnya dia tidak perlu datang ke Bagaskara karena meski bergelimang harta jiwanya terasa begitu hampa.Naura menoleh Adam, masih dengan air mata berlinang dan suara yang berat, dia mengajak suaminya pulang. Dari pada memikirkan tenta

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 89 : Toko Es Krim

    Butuh penjelasan yang agak memakan waktu saat Sabrina dan Gama menjemput Maha. Anak itu benar-benar takut mendengar nama Naura. Maha sampai memeluk erat Sabrina. Awalnya Maha senang karena akan diajak makan es krim bersama, tapi berubah takut kala Gama menyebut di sana sudah ada Naura yang menunggu.“Nggak mau, Maha nggak suka es krim,” ucap Maha. “Mau pulang aja.”Kebetulan di sana ada Embun yang juga menjemput Olla. Ia pun berusaha membantu Sabrina dan Gama dengan berkata, “Apa Olla mau ikut makan es krim? Nanti biar Mami jemput di rumah Maha.”Sabrina dan Gama menoleh Olla, harapannya kini bertumpu pada gadis kecil itu. Mereka merapal doa, berharap Olla mengangguk dan berkata iya.“Oke, aku mau ikut!”Embun tersenyum, dia menoleh ke Sabrina dan Gama yang nampak lega. Sabrina lantas bertanya lagi, jadi Maha mau ikut atau tidak.“Tenang saja Maha, ada aku!” kalimat menenangkan dari Olla seperti mantra bagi Maha. Bocah itu melepaskan pelukannya ke Sabrina dan berganti meraih tangan Ol

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 88 : Persidangan

    Duduk di dalam ruang sidang dan mendengarkan pihak lawan berbicara jelas sangat tidak mengenakkkan. Gama sudah ingin membantah semua ucapan dari pihak Bagaskara, sedangkan Sabrina beberapa kali menoleh ke arah pintu berharap Naura akan segera tiba. Wanita itu adalah satu-satunya kunci untuk membuat persidangan ini tak berlarut-larut. Persidangan kasus hak asuh seperti ini biasanya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan sekitar sembilan sampai dua belas kali hingga putusan.Rudi Tabuti berkata, jika Naura sebagai ibu kandung langsung berkata tidak ingin memperebutkan Maha, maka jalan bagi Gama untuk memenangkan hak asuh sudah berada di depan mata.Pihak pengacara Bagaskara sudah selesai dengan gugatan, dan kini giliran Rudi untuk membela kliennya. Rudi menyampaikan semua bukti sejak awal, baik dari mulai Naura berbohong dan memberikan Maha ke Gama, sampai wanita itu yang berkata tidak ingin memperebutkan sang anak, karena tahu Maha akan jauh lebih bahagia bersama Gama dan Sabrina.“Ini a

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 87 : Memberi Penjelasan

    “Ibu nggak sayang aku,” raung Maha.Bocah itu terduduk sambil menangis. Sontak saja Sabrina semakin kalut. Bik Mun yang ikut menyusul ke lantai atas pun heran dengan tingkah Maha.“Maha, kenapa? nggak sayang gimana?” tanya Sabrina lagi, dia saling pandang dengan bik Mun. Wanita itu mengedikkan bahu tanda tidak tahu juga, kenapa anak sang majikan seperti itu.“Aku tidak mau punya adik!”Sabrina tercengang, sepertinya baru kemarin Maha berkata sayang, tak sabar melihat adiknya lahir, tapi kenapa hari ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Sabrina memilih berjongkok, tapi Maha malah berdiri. Tanpa sengaja bocah itu menyenggolnya hingga dia jatuh dan pantatnya mendarat kasar ke lantai.“Mas Maha!” pekik bik Mun yang langsung mendekat ke Sabrina. Membantu wanita itu untuk berdiri. “Mas Maha, Ibu Sabsab sedang hamil, nggak boleh ka …. “Sabrina mencegah bik Mun melanjutkan kalimatnya dengan cara meremas tangan wanita itu. Ia menatap Maha yang duduk di kursi belajar dengan raut

DMCA.com Protection Status