Beranda / Romansa / Papaku Masih Perjaka / Bab 17 : Lamaran Part 1

Share

Bab 17 : Lamaran Part 1

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-28 10:54:45

Terlepas dari gunjingan para tetangga yang tahu bahwa calon suami Sabrina sudah memiliki anak, acara lamaran itu tetap berlangsung. Sabrina lebih banyak diam, dia malu karena tahu keluarga Gama saat ini sedang memerhatikannya. Ia lebih memilih berbicara dengan Maha untuk mengikis kesalahtingkahan. Bocah itu bahkan meminta duduk di sebelahnya sejak acara dimulai.

Keluarga Gama tahu bahwa Sabrina sudah tidak memiliki ayah, sehingga Mirna sendiri yang berhadapan dengan Tama saat pria itu mengutarakan niatan Gama untuk melamar Sabrina.

Dada Sabrina merasa tergelitik. Alangkah indah begitu pikirnya, jika semua ini nyata adanya. Siapa wanita yang tidak ingin mendapat pendamping yang tampan dan juga kaya raya. Selama menjadi asisten Gama, dia juga tahu kalau pria itu berhati baik. Gama tidak pernah pergi ke klub malam atau berpesta bersama teman-temannya sesama model. Haruskah Sabrina membuat pria itu jatuh hati padanya? Dia menilai dirinya juga tidak terlalu buruk. Mereka sama-sama anak tun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Si Mei Palupi Kusuma
cerita tentang ayah embun dan bening ini di cerita yg mana ya ? penasaran kok bisa kembar tapi ayahnya beda ...
goodnovel comment avatar
Ria Rifantiani
iiihhh senengnya pada kumpul semua disini... ada om ganteng Glass gak?
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
kembar namanya embun bening .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 18 : Lamaran Part 2

    “Hah …. “ Sabrina cengo. Ekspresinya yang kebingungan membuat wajahnya terlihat sangat menggemaskan di mata sang lawan bicara. “Sudah tidak perlu dipikirkan, kalau aku jelaskan nanti bisa panjang seperti sinetron di saluran burung berenang,” ujar Embun diikuti tawa dari Bening dan juga Gama.“Ah … apa ini Tabebe yang sering Maha ceritakan?” Sabrina menoleh Gama, pria itu mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaannya.“Sekarang dia tidak akan lagi memintaku menjadi ibunya, dia akan punya ibu sendiri yang sangat baik dan jauh lebih cantik,” puji Bening.Kini sorot mata Sabrina turun ke bagian perut wanita itu, dia yakin Bening pasti sedang hamil. Dengan senyuman lebar dan sedikit berbasa-basi Sabrina bertanya umur kandungan wanita itu. Bening pun menjawab diikuti sebuah doa yang membuat Gama berdehem dan pipi Sabrina merona.“Aku doakan semoga kalian juga segera mendapat adik untuk Maha setelah menikah.”__Acara lamaran itu akhirnya selesai, pihak Gama berpamitan untuk pulang setela

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 19 : Percaya Diri?

    “Saya harus bagaimana?”Sabrina bingung, bola matanya bergerak liar menyusur wajah Gama yang terlihat tenang. Bukankah jika seperti ini seharusnya pria itu yang merasa cemas bukannya dia.“Bersikap biasa saja, tapi ada satu hal yang perlu kamu lakukan lebih dulu sebelum itu,” ucap Gama.Sabrina sudah bisa menebak maksud ucapan Gama, dia pasti harus ke salon dulu dan berdandan agar penampilannya bisa mengimbangi ibu kandung Maha. Sudah menjadi sifat dasar dan alami wanita - yang terkadang tidak ingin kalah dari wanita lain, Sabrina juga tidak ingin nampak buruk di depan wanita yang akan ditemuinya malam nanti. Namun, ternyata dugaan Sabrina salah karena yang dimaksud Gama bukan seperti apa yang dia pikirkan.“Mulai sekarang jangan terlalu formal bicara padaku! kamu bisa memanggilku dengan nama panggilanku. Tidak perlu kamu bubuhi 'Pak' di depannya.”“Ya!” Sabrina kaget, sedangkan Gama malah tertawa melihat raut wajahnya yang lucu. “Em ... Ada satu hal lagi, hari ini aku mentraktir s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 20 : Menjemput Maha

    “Mama, Papa!” Maha berlari kencang mendapati Gama dan Sabrina menjemputnya, dia bahkan langsung menghambur ke pelukan Gama karena jarang sekali pria itu bisa menjemputnya di sekolah.“Bagaimana sekolahmu hari ini? kamu tidak nakal ‘kan?” Gama mengacak rambut sang putra, dia tersenyum lebar mendapati Maha menggeleng dengan cepat.“Aku pintar, aku bahkan mendapat dua bintang hari ini,” ucap Maha membanggakkan diri. Ia mengurai pelukan Gama lalu mendongak menatap Sabrina. “Mama hari ini cantik sekali,” gombalnya.Sabrina tergelak, dia mengulurkan tangan untuk menggandeng Maha menuju mobil, keduanya meninggalkan Gama yang masih berdiri dan kini hanya bisa memandangi punggung.“Jadi apa aku cantik di hari tertentu saja? Wah … aku sangat sedih, ternyata hanya cantik di mata Maha di hari-hari tertentu.” Sabrina sengaja memasang muka murung untuk mengajak Maha bercanda, anak itu tahu lantas membalas ucapannya.“Tidak, Mama cantik setiap hari. Mama juga cantik di hatiku.”Jawaban Maha membuat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 21 : Status Sebenarnya

    “Perkenalkan aku Sabrina, masa depan Gama.”Mendengar ucapan Sabrina, Gama pun terkejut. Dia bahkan menekuk bibir ke dalam menahan tawa karena tak menyangka gadis itu akan memperkenalkan diri sebagai masa depannya. Bukan istri, kekasih atau bahkan Ibu Maha.“Ah … ya, silhakan duduk,” ucap Naura dengan raut wajah bingung. Apa lagi tatapan Sabrina begitu dingin. Gadis itu sengaja memasang ekspresi tegas dan sombong.Sabrina duduk bersisian dengan Gama, sementara Naura berada di depan mereka. Wanita itu nampak memandangi Gama lalu beralih ke Sabrina yang memalingkan muka sambil menenggak air mineral di dalam gelas.“Aku tidak punya banyak waktu, jadi katakan apa tujuanmu terus menerorku!”Gama berbicara dengan nada dingin, pria itu membuat Sabrina hampir saja tersedak, padahal jelas kalimat itu bukan ditujukan untuknya. Sabrina pun meletakkan gelas, dia berdehem sebelum menegakkan punggung untuk mendengarkan pembicaraan antara Gama dan Naura.“Sebenarnya aku ingin berbasa-basi lebih dul

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 22 : Papa Sakit

    Sabrina menelan saliva, entah kenapa dadanya terasa sangat panas. Ia bahkan ingin sekali menjambak Naura jika bisa. Tak terbayangkan di benak Sabrina akan bertemu dengan wanita yang tega membuang anaknya lalu dengan seenaknya datang berkata ingin bertemu. “Ya aku ibunya, jika kamu ingin bertemu dengannya tidak hanya persetujuan dari Gama tapi juga harus dariku.” Sabrina menyipitkan mata. Keberaniannya tiba-tiba saja muncul karena dia yakin Gama pasti akan mendukungnya. “Kenapa kamu baru mencari dia sekarang, apa kamu divonis dokter tidak bisa mengandung?” DEGNaura tak bisa menjawab, tubuhnya bahkan terhuyung ke belakang karena ucapan Sabrina barusan. Wanita itu seolah baru sadar bahwa semua ini mungkin saja karma karena membuang darah dagingnya sendiri.“Jangan menganggu kehidupan kami!” Sabrina memutar tumit, dia balik menggandeng Gama. Mereka terus berjalan meski Naura mengeluarkan kalimat ancaman dengan suara menggelegar.“Aku ibu kandungnya, aku punya hak untuk menemuinya jadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 23 : Sakit Jantung

    Beberapa jam sebelumnyaNaura yang ditinggal sendiri di ruangan resto itu mengeram dan harus menanggung kecewa. Ia mengepalkan tangan hingga kuku jarinya memucat. Wanita itu benar-benar merasa kesal ke Sabrina - yang bisa tahu dengan jelas motif terselubung dirinya menginginkan bertemu sang anak kembali. Dia egois tapi merasa semua bukan murni kesalahannya, sampai sekarang pun Naura masih berpikir seperti itu. Ia juga tidak ingin mengandung, jika ada yang patut disalahkan jelas adalah pria laknat yang memperkosanya waktu itu. Naura terdiam saat kenangan buruk itu terlintas lagi di kepala. Ia yang hidup serba sederhana bersama sang ibu harus mendapatkan nasib buruk malam itu, seorang pria merudapaksanya. Tak lama berselang saat mengetahui dirinya hamil, Naura memilih menghilang dan melahirkan anaknya yaitu Maha. Di saat bersamaan, papa kandung yang tidak pernah peduli padanya seumur hidup tiba-tiba saja datang. Papa Naura ternyata kaya raya dan sangat berkuasa, mengetahui hal itu Naur

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-29
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 24 : Tawaran Saling Mencintai

    Sabrina menatap Gama, pria itu lantas menurunkan pandangan ke tangannya yang masih menempel di dada. Alhasil dia buru-buru menurunkan tangan kemudian mengacak rambut Maha. Sabrina salah tingkah bahkan lagi-lagi pipinya merona, dia merasa bisa gila, perlakuan kecil dari Gama saja bisa membuat dadanya seperti yang Maha bilang tadi – sakit.“Aku tidak apa-apa, jantungku baik-baik saja, Maha,” jawab Sabrina, dia menoleh Gama yang tersenyum dan dadanya berdebar-debar kembali. “Astaga! kenapa aku jadi aneh begini?” gumam anak Mirna itu di dalam hati.Gama mengajak Sabrina masuk ke ruang kerja, gadis itu kembali tergagap saat mengiyakan sambil menggandeng tangan mungil Maha. Sabrina sadar tidak boleh berharap lebih ke Gama, hubungannya dengan pria itu hanya sekadar pekerja dan atasan, yang membayar dan dibayar.Setelah masuk ke ruang kerja, Maha melompat ke sofa dan langsung duduk selonjoran, Sabrina pun menoleh Gama seolah bertanya, “Apa tidak masalah putramu berada satu ruangan dengan ki

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Papaku Masih Perjaka   Bab 25 : Angkat Aku!

    “Maaf siapa ya?” tanya Sabrina saat berhadapan dengan wanita yang datang ke rumah Gama itu.Penampilannya sungguh sangat rapi, mirip pekerja kantoran. Wanita itu memperkenalkan diri bernama Dora, dan Sabrina memilih tak langsung mempersilahkannya masuk, hingga Gama mendekat bersama Maha, wanita bernama Dora itu memandang Maha dan secara impulsif Gama menarik bocah itu agar berdiri di belakangnya.“Bukankah Anda istrinya pak Rudi Tabuti,” ucap Gama, keningnya terlipat halus saat wajah wanita yang berada di ambang pintu rumahnya ini nampak familiar. Ia seolah bisa menebak apa yang sedang terjadi di sini. Gama pun tak langsung melanjutkan kata, dia menoleh ke Bik Mun dan meminta pembantunya itu mengajak Maha masuk ke dalam dulu. “Dora? Rudi Tabuti? Sebentar lagi pasti akan ada Nobita,” gumam Sabrina dalam hati.“Sudah saya duga siapa lagi Lintang Gutama kalau bukan Anda,” ucap wanita bernama Dora itu.“Cih … apa Anda pengacara Naura?” tebak Gama.Sabrina baru mengerti, matanya membeliak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03

Bab terbaru

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 95 : Bidadari (TAMAT)

    Maha masih memeluk Sabrina, anak itu mengusap perut ibunya dengan lembut hingga tiba-tiba saja wanita itu mundur sambil mendorong Maha menjauh. Sabrina merasakan ada air yang merembes deras di antara pahanya.“Ibu!” panggil Sabrina ke Mirna.Wanita itu pun mendekat, dan Maha ditarik mundur oleh Gama. Suasana kamar sedikit kacau, beruntung perawat yang mengantar Maha dan Olla tadi belum terlalu jauh pergi. Embun buru-buru memanggilnya kembali.Sabrina seperti ketakutan, dia berusaha bernapas dengan mulut hingga tanpa sadar mengejan. Sabrina memasukkan tangan ke balik baju pasien yang dikenakan dan manarik pantiesnya ke bawah.“Ibu, kepala bayiku,” pekik Sabrina setelah sadar ada yang keluar dari jalan lahir.“Hah! kepala?”Mirna dan Felisya kalang kabut, mereka berteriak memanggil dokter atau pun perawat. Beruntung Perawat tadi langsung berjongkok di dekat Sabrina. Tanganya mengadah di antara dua kaki Sabrina. Ia memberikan instruksi agar Sabrina mendorong lagi. Sabrina membuka lebar k

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 94 : Kontraksi

    Lima bulan kemudianGama bingung dan cemas, sejak tadi dia mondar-mandir kamar inap Sabrina. Istrinya itu sedang kesakitan menahan gelombang cinta dahsyat yang diberikan bayi mereka. Di sela kontraksi yang mendera tubuh, Sabrina dibuat pusing dengan kelakuan Gama.“Duduk lah, apa kamu tidak capek?” tanya Sabrina sambil berusaha mencari posisi yang nyaman, ini sudah delapan belas jam, dan bayi berjenis kelamin laki-laki buah cintanya dan Gama masih sibuk mencari jalan lahir.“Sab, aku panggil dokter ya, kita lakukan operasi saja,” kata Gama. Mungkin sudah yang ke sembilan kali dia mengatakan hal ini, tapi jawaban Sabrina tetap sama.“Tidak mau, aku sudah merasakan sakitnya berjam-jam, aku bisa menahannya lebih lama.”“Jangan berbohong! kamu kesakitan Sab. Lihat apa yang kamu tinggalkan di lenganku!” kata Gama sambil menunjuk bagian tubuhnya itu. Sabrina malah tertawa mengamati bekas lecet yang dia buat, lengan Gama beberapa kali dijadikannya pegangan saat kontraksi terjadi, hingga kuk

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 93 : Putusan Pengadilan

    Diwakili oleh pengacaranya, Bagaskara hari itu harus menelan rasa kecewa karena hakim pengadilan memutuskan bahwa hak asuh Maha jatuh ke tangan Gama. Menimbang segala bukti dan dikuatkan dengan surat permohonan Naura, membuat hakim yakin jika anak itu lebih baik berada di bawah pengasuhan Gama. "Maha, bilang terima kasih ke Pak hakim!" perintah Gama ke Maha yang hari itu ikut ke pengadilan bersamanya. Gurat bahagia terpatri jelas di wajah Gama juga Sabrina, akhirnya perjuangan untuk mendapatkan dokumen legal sebagai orangtua Maha sudah ada di tangan mereka. "Terima kasih," ucap Maha sambil memberikan hormat, kepalanya mengangguk kecil dan berhasil membuat hakim tersenyum. Hakim ketua mengusap kepala anak itu lembut, dia tahu Naura sudah meninggal. Agak teriris batinnya membayangkan anak sepolos Maha kehilangan ibu kandung dan bahkan tidak tahu siapa ayah kandungnya. Tak jauh dari tempat Sabrina dan Gama berdiri, Rudi berbincang dengan pengacara Bagaskara. Wajah pengacara itu

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 92 : Jujur Tentang Masa Lalu

    Duka masih menyelimuti hati Gama dan Sabrina, perasaan benci yang berubah menjadi simpati membuat ke duanya merasa sangat kehilangan Naura. Masih tak mereka sangka Naura harus pergi di saat hati Maha mulai terbuka, di saat semua orang bisa menerima kehadirannya dan memaafkan kesalahannya.Gama dan Sabrina menatap Maha yang terlelap tidur di ranjang mereka, belakangan anak itu seolah tahu bahwa wanita yang melahirkannya telah tiada, banyak yang Maha tanyakan salah satunya kenapa Naura pergi, ke mana dan akankah mereka bisa bertemu dengan wanita itu lagi suatu saat nanti.Awalnya Sabrina kebingungan. Menjelaskan secara rinci ke Maha jelas tidak mungkin dia lakukan, hingga sebuah kalimat paling mudah dia ucapkan. Bahwa Naura sakit, tapi kini sudah sembuh dan pergi ke surga bertemu dengan orang yang paling dikasihi.“Kemungkinan keputusan pengadilan akan dipercepat,” bisik Gama, dia peluk Sabrina dari belakang dan mengusap lengan istrinya yang terus menatap Maha.“Itu menjadi kabar baik d

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 91 : Perpisahan

    Acara liburan di pantai menjadi hari terakhir Adam mendengar Naura bicara dan tersenyum. Setelah itu kondisi sang istri terus saja melemah hingga terbaring koma. Adam seorang diri menjaga Naura, bagaimana tidak? bahkan saat dikabari, Bagaskara acuh kepada kondisi putri kandungnya.“Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi, setidaknya sebelum koma dia bahagia karena Maha mau berinteraksi dengannya, meski anak itu belum mau memanggilnya Mama.”Gama duduk bersisian dengan Adam. Mendengarkan setiap curahan hati pria itu. Gama tahu Adam pasti sangat hancur, baru saja dia menemani pria itu mendengar penjelasan dokter yang bertanggungjawab pada kondisi Naura. Gelang pasien di pergelangan tangan kiri Naura sudah diganti menjadi warna ungu yang artinya harapan hidup pasien sangat kecil. Jika semua alat penunjang kehidupan Naura dilepas, maka wanita itu akan pergi untuk selamanya.“Aku tidak ingin menyetujui saran dokter, jika harus pergi biarlah dia pergi saat jiwanya sudah ikhlas,” lirih

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 90 : Pantai dan Kenangan

    “Kamu memang anak tidak bisa diandalkan!”Kalimat kejam itu meluncur dari bibir Bagaskara, dia meminta Naura datang menemuinya dan hanya makian yang diperdengarkan. Ia sama sekali tidak menanyakan kondisi putrinya yang nampak begitu pucat.“Papa tidak akan bisa mengambil Maha dari Gama, dia akan menjadi putra Gama dan Sabrina selamanya,” kata Naura tanpa memandang Bagaskara.Tangan pria tua itu mengepal karena bantahan sang putri. Ia pun melempar vas bunga di dekatnya sampai hancur berkeping-keping.“Terserah! Lakukan sesukamu, aku bahkan tidak peduli kalau kamu mati sekalipun.”Bagaskara pergi meninggalkan Naura dan Adam di ruang tamu. Buliran kristal bening mengalir membasahi pipi Naura. Ia sangat menyesal karena sudah mengambil langkah yang keliru. Seharusnya dia tidak perlu datang ke Bagaskara karena meski bergelimang harta jiwanya terasa begitu hampa.Naura menoleh Adam, masih dengan air mata berlinang dan suara yang berat, dia mengajak suaminya pulang. Dari pada memikirkan tenta

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 89 : Toko Es Krim

    Butuh penjelasan yang agak memakan waktu saat Sabrina dan Gama menjemput Maha. Anak itu benar-benar takut mendengar nama Naura. Maha sampai memeluk erat Sabrina. Awalnya Maha senang karena akan diajak makan es krim bersama, tapi berubah takut kala Gama menyebut di sana sudah ada Naura yang menunggu.“Nggak mau, Maha nggak suka es krim,” ucap Maha. “Mau pulang aja.”Kebetulan di sana ada Embun yang juga menjemput Olla. Ia pun berusaha membantu Sabrina dan Gama dengan berkata, “Apa Olla mau ikut makan es krim? Nanti biar Mami jemput di rumah Maha.”Sabrina dan Gama menoleh Olla, harapannya kini bertumpu pada gadis kecil itu. Mereka merapal doa, berharap Olla mengangguk dan berkata iya.“Oke, aku mau ikut!”Embun tersenyum, dia menoleh ke Sabrina dan Gama yang nampak lega. Sabrina lantas bertanya lagi, jadi Maha mau ikut atau tidak.“Tenang saja Maha, ada aku!” kalimat menenangkan dari Olla seperti mantra bagi Maha. Bocah itu melepaskan pelukannya ke Sabrina dan berganti meraih tangan Ol

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 88 : Persidangan

    Duduk di dalam ruang sidang dan mendengarkan pihak lawan berbicara jelas sangat tidak mengenakkkan. Gama sudah ingin membantah semua ucapan dari pihak Bagaskara, sedangkan Sabrina beberapa kali menoleh ke arah pintu berharap Naura akan segera tiba. Wanita itu adalah satu-satunya kunci untuk membuat persidangan ini tak berlarut-larut. Persidangan kasus hak asuh seperti ini biasanya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan sekitar sembilan sampai dua belas kali hingga putusan.Rudi Tabuti berkata, jika Naura sebagai ibu kandung langsung berkata tidak ingin memperebutkan Maha, maka jalan bagi Gama untuk memenangkan hak asuh sudah berada di depan mata.Pihak pengacara Bagaskara sudah selesai dengan gugatan, dan kini giliran Rudi untuk membela kliennya. Rudi menyampaikan semua bukti sejak awal, baik dari mulai Naura berbohong dan memberikan Maha ke Gama, sampai wanita itu yang berkata tidak ingin memperebutkan sang anak, karena tahu Maha akan jauh lebih bahagia bersama Gama dan Sabrina.“Ini a

  • Papaku Masih Perjaka   Bab 87 : Memberi Penjelasan

    “Ibu nggak sayang aku,” raung Maha.Bocah itu terduduk sambil menangis. Sontak saja Sabrina semakin kalut. Bik Mun yang ikut menyusul ke lantai atas pun heran dengan tingkah Maha.“Maha, kenapa? nggak sayang gimana?” tanya Sabrina lagi, dia saling pandang dengan bik Mun. Wanita itu mengedikkan bahu tanda tidak tahu juga, kenapa anak sang majikan seperti itu.“Aku tidak mau punya adik!”Sabrina tercengang, sepertinya baru kemarin Maha berkata sayang, tak sabar melihat adiknya lahir, tapi kenapa hari ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Sabrina memilih berjongkok, tapi Maha malah berdiri. Tanpa sengaja bocah itu menyenggolnya hingga dia jatuh dan pantatnya mendarat kasar ke lantai.“Mas Maha!” pekik bik Mun yang langsung mendekat ke Sabrina. Membantu wanita itu untuk berdiri. “Mas Maha, Ibu Sabsab sedang hamil, nggak boleh ka …. “Sabrina mencegah bik Mun melanjutkan kalimatnya dengan cara meremas tangan wanita itu. Ia menatap Maha yang duduk di kursi belajar dengan raut

DMCA.com Protection Status