Beranda / Romansa / I'am Not Cinderella / Sepatu Dan Segala Masalahnya

Share

Sepatu Dan Segala Masalahnya

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-05 16:59:36

"Ti-tidak Pak, demi Tuhan saya tidak bermaksud membentak bapak." Julea menangkupkan tangannya di depan dada bermaksud meminta maaf atas kesalahannya. 

Mulutnya ini memang tidak bisa diajak kompromi, Julea memang kesal pada Andrew tapi dia tidak berniat untuk membentaknya. 

Sebab dia tahu apa akibatnya jika dia melakukan itu. 

Andrew hendak marah dan mengomeli gadis itu sampai puas akan tetapi dering ponsel IOS miliknya memaksa dia berhenti.

Dengan cepat dia merogoh ponsel itu dari dalam saku celananya, dia menggeser tombol hijau. 

Merasa mendapat keselamatan untuk kabur Julea hendak pergi secara diam-diam. 

"Tetap diam di sana Julea!" Perintah Andrew lagi-lagi mutlak.

Julea mendecik ingin sekali rasanya dia mencekik leher pria itu sekarang juga. Kalau saja dia tidak hidup di negara yang menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia pasti sudah lama dia melakukan itu. 

Julea tetap berdiri di tempatnya menunggu Andrew yang tengah mengangkat telfon. Pria itu berjalan mendekat ke arah jendela besar yang menyuguhkan pemandangan indah kota Jakarta di siang hari. 

"Iya aku tahu," ucapnya dengan seseorang di balik telfon. 

Suaranya cenderung lebih santai dan juga sopan sangat berbanding terbalik ketika dia tengah berbicara dengan para bawahannya yang ada di perusahaan itu. 

"Apa? aku tidak mau melakukan hal bodoh itu lagi!" Suara Andrew melengking tinggi di ruangan itu. 

Dan seperti biasa itu juga membuat Julea kaget. Ingat ini sudah ke empat kalinya Julea senam jantung selama di perusahaan ini. 

"Mungkin setelah ini aku perlu datang ke dokternya jantung untuk memeriksakan organ penting ini apakah dia baik-baik saja," ucap Julea yang menundukkan kepalanya dan memandang ke dadanya seolah-olah dia bisa berbicara dengan jantungnya sendiri.

Andrew yang mulai frustasi dengan pembicaraannya di telfon mulai melirik Julea yang tengah asik bermain-main dengan jari tangannya. 

Kemudian dia mendapatkan ide yang cemerlang ketika orang di balik sambungan telepon itu terus saja mendesaknya. Apalagi dia juga mendengar gumaman Julea yang menggemaskan. 

"Ya ya aku pasti akan melakukannya nanti malam." Andrew menjawabnya tegas lalu dia buru-buru menutup sambungan telepon itu sepihak bahkan tanpa mendengarkan dulu respon dari lawan bicaranya. 

Dia berjalan ke arah Julea yang masih berdiri di tempatnya tadi. 

"Julea," panggilnya.

"Hmm iya Pak?" Julea mendongak menatapnya. 

Jujur saja tinggi Julea yang tidak seberapa itu harus tersiksa jika berbicara dengan Andrew ketika berdiri. Tubuh pria itu menjulang tinggi seperti patung Liberty. 

"Saya punya penawaran menarik untukmu," ucapnya sambil menaik-turunkan sebelah alisnya dan tersenyum manis. 

Baru kali ini Julea melihat CEO dingin itu tersenyum. 

"Apa?" Julea yang memang suka penasaran dan gampang tergiur itu langsung bersemangat.

"Jadi begini, saya akan bantu kamu mencari keberadaan sebelah sepatu mu yang hilang itu atau bahkan membelikannya yang baru dan sama persis jika kamu mau membantu saya," ucapnya cepat. 

"Ck kok sama sih pak, kalau bapak mau ganti itu sepatu mending yang lebih mahal. Bapak tidak malu kalau beli harga murah?" Julea mengejek. 

"Enak saja kamu! Masih mending saya beri kamu penawaran yang menguntungkan malah ngelunjak. Mau tidak?" Andrew cemberut. 

"Iya-iya pak, tapi janji ya bapak bakal bantu saya cari sepatu yang sebelah itu?" Julea mengacungkan jari kelingkingnya di depan Andrew.

Pria itu melihatnya tidak mengerti, simbol apa lagi yang digunakan bawahnya sekarang. 

Andrew menghela nafasnya berat. "Masih mau cari sebelah sepatumu Julea?"

"Tentu saja Pak, kan sayang kalau tidak ketemu. Yang sebelahnya masih ada di saya dan itu masih baru pak belum juga satu minggu saya pakai," kelasnya menggebu-gebu. 

"Ya sudah ayo kita cari!" Andrew berjalan lebih dulu meninggalkan Julea. 

Pria itu berjalan dengan langkah yang lebar-lebar dan membuta Julea tertinggal. Meski ruangannya dan meeting room itu bersebelahan tapi sebenarnya cukup jauh. 

Di lantai tiga gedung perkantoran tersebut punya ruangan yang cukup luas. Hampir empat kali lipat lebar kamar Julea. 

"Ya Tuhan Pak tunggu saya!" Julea lari untuk bisa berjalan sejajar dengan Andrew.

Baru saja gadis itu meleng beberapa saat saja tapi pria itu sudah berjalan cukup jauh. 

"Pak Andrew sebenarnya keturunan apa sih jalannya cepet banget," gumamnya yang berusaha mengejar ketertinggalan.

Sampai di depan pintu meeting room Andrew berhenti. Dia menoleh ke arah Julea yang masih berjalan dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kamu pakai sneakers saja masih tidak bisa kejar saya apalagi kalau pakai heels," cibirnya saat Julea baru saja sampai di belakangnya dan tengah mengatur nafas. 

Julea memajukan bibirnya lima senti dan menggerutu dalam hati. Dia lalu mengekor di belakang Andrew masuk ke meeting room. 

"Di mana kamu terkahir duduk?" Andrew memperhatikan sekeliling, rasanya sangat mustahil jika ada sepatu yang tertinggal di sini. 

Meeting room selalu dibersihkan oleh office boy dan tidak pernah digunakan kecuali saat ada rapat penting dengan pimpinan dan tentunya saat dia yang menggunakannya. 

"Di sini pak, terkahir kali saya masuk ke ruangan ini dan pakai heels." Julea berjalan dan menunjuk kursi paling ujung yang ada di ruangan itu. 

Andrew ikut memperhatikan kemana arah yang ditunjukkan olehnya. Dua lalu menoleh ke bawah meja dan mencari sepatu itu. 

"Tapi tidak ada apa-apa di sana Julea," jawabnya setelah memeriksa bawah meja dan sekitarnya.

Julea yang tidak percaya langsung ikut memeriksa, dan benar saja tidak ada apa-apa di sana. 

Lantai ruangan itu bersih tanpa ada satu barang pun yang tertinggal, bahkan kertas kecil saja tidak ada. 

"Kantor ini selalu dibersihkan oleh office boy Julea mustahil jika ada barang yang tertinggal." Andrew mencoba berbicara dengan nada yang pelan. 

Julea menarik nafasnya dalam-dalam dan mengembuskan berat. Dia akhirnya menarik kursi dan duduk di sana sambil meratapi nasibnya yang sial karena haris kehilangan sepatu baru. 

"Ya sudahlah pak mungkin belum rezeki saya," ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca. 

Andrew sebenarnya iba melihat itu namun dia berusaha menutupinya. Tentu untuk menjaga image sebagai seorang CEO yang berwibawa. 

Tapi mendadak ada yang janggal, kenapa sebuah sepatu bisa hilang sebelah jika sedang digunakan?

"Tunggu Julea, bagaimana bisa sepatu kamu hilang kalau sedang di pakai?" Tanya Andrew yang penasaran. 

Wajah Julea memanas mendengarnya, menjawab pertanyaan dari Andrew sama saja dengan bunuh diri. 

Karena saat meeting itu berlangsung Julea sempat tertidur, bahkan dia harus bertanya dengan beberapa ketua devisi lainnya karena tertinggal materi rapat. 

Karena waktu itu dia masih tidak bisa memakai heels terlalu lama maka Julea melepasnya dan tidak merasa jika sepatunya itu tinggal sebelah. Kalau Julea menjawabnya jujur seperti itu maka terlihat sudah bagaimana bodohnya dia di depan Andrew.

"Saya ..." Julea bingung dia mengetuk-ngetuk meja kaca itu dengan jarinya, berharap dengan itu dia bisa menemukan jawaban terbaik. 

"Apa Julea, jangan bilang saat meeting itu kamu malah tidur?" Andrew menebaknya tepat. 

Hal itu tidak bisa membuat Julea berkilah lagi, dia hanya mengangguk kecil dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. 

"Ya Tuhan Julea!" Andrew kesal, dia mengacak-acak rambutnya frustrasi. 

"Tapi saya juga tidak tahu pak bagaimana bisa sepatu saya hilang, walaupun saya tidur seharusnya sepatu itu masih ada. Benarkan?" Julea lagi-lagi mencari pembelaan. 

Andrew diam melihat wajah tanpa dosa milik Julea yang terpampang sangat percaya diri. 

"Lagi pula bapak juga harus ingat kesepakatan yang bapak buat, kalau bapak akan membantu saya mencari sepatu itu atau menggantinya."

Bab terkait

  • I'am Not Cinderella    Tawaran CEO Dingin

    Andrew hanya bisa geleng-geleng kepala mengetahui bagaimana sifat dari bawahnya yang bodoh bin ceroboh itu. Kalau saja dia tidak punya misi khusus, maka Andrew tidak akan Sudi berurusan lebih lama dengannya. Jika kalian pikir sikap Andrew ini karena dia peduli maka itu salah besarAndrew hanya memikirkan dirinya sendiri."Hm ya ya, baiklah karena sepatumu tidak ditemukan maka ayo kita beli." Andrew berbalik dan pergiLagi-lagi Julea selalu ditinggal olehnya dengan langkah yang terburu-buru dia akhirnya bisa mengikuti sang bosAndrew berjalan melewati ruangan lara karyawan dengan dari masing-masing devisi dengan tenang karena itu merupakan jalan utama yang biasa dia lewati."Pak kenapa kita tidak pakai lift saja sih? Kan malu pak dilihat banyak orang," Keluh Julea sambil menatap orang-orang canggungAndrew tiba-tiba berhenti begitu saja membuat Julea tidak sengaja menubruk punggung kekar miliknya. Hal itu juga terjadi tepat di depan karyawan devisi perencanaanSontak semua mata tertuj

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • I'am Not Cinderella    Tuduhan Tiba-tiba

    Julea menggeleng-geleng pelan, dia masih sangat sayang dengan gajinya. Dia juga tidak mau kehilangan mereka dengan mudah setelah bekerja sangat keras.Mendapatkan jawaban yang memuaskan Andrew akhirnya tersenyum puas dan melepaskan mulut Julea yang tadi dia bekap."Bagus itu adalah jawaban yang tepat Julea," ucapnya lengkap dengan senyum manis.Julea hanya mengangguk lesu dia merutuki kebodohannya sendiri yang mau saja tergiur tawaran dari Andrew. Kalau sudah begini akan repot lagi urusannya. "Tapi Pak kenapa harus saya?" Julea menoleh hendak protes tapi Andrew sudah tidak ada lagi di sampingnya. Julea menoleh ke sana-sini untuk mencari pria yang telah membawanya, akan tetapi dia tidak menemukannya di atas metromini ini. Atau jangan-jangan dia sengaja mengerjainya dan ditinggal begitu saja?"Mbak cari pacarnya ya?" Tanya seorang kondektur yang melihat wajah kebingungan Julea. "Ah itu bukan pacar saya pak dia–""Dia sudah turun mbak, itu sedang menunggu mbak di pinggir jalan," tunj

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • I'am Not Cinderella    Pembelaan Pak CEO

    Julea masih mengerjapkan matanya untuk kembali fokus dengan apa yang dia dengar barusan. Perempuan tadi mengatakan bahwa dia telah merebut Andrew, sedangkan kabar yang santer terdengar dari pria itu adalah dia merupakan pria lajang. "Saya tidak tahu apa yang anda katakan, tapi yang jelas saya tidak bersalah jadi berhenti memanggil saya dengan sebutan perempuan murahan!" Julea memandang perempuan itu sama sengitnya. Julea membenarkan posisi jas kerja yang dia kenakan dan mengalihkan berkas proposal yang di bawa dari tangan kiri ke tangan kanannya. "Hah! Perempuan seperti kamu memang pantas di sebut seperti itu. Memangnya sebutan apa lagui yang pantas untuk perempuan perusak hubungan orang?" Perempuan itu menunjuk wajah Julea dengan jarinya yang lentik lengkap dengan kukunya yang berkuteks.Dari penilaian Julea dia bisa tahu kalau lawan bicaranya bukan orang sembarangan. Perempuan itu bukanlah karyawan biasa seperti dirinya, dilihat dari cara berpakaiannya dan juga barang-barang yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • I'am Not Cinderella    Kencan Buta Part 1

    Marsha tertegun dia tidak bisa menjawab apapun perkataan Julea. Memang benar bahwa tidak ada alasan khusus agar bisa menjadi objek asal tuduh dari perempuan arogan seperti Pricilla. "Aku tidak tahu bagaimana bisa Pricilla tahu kalau aku pergi dengan Pak CEO," ucap Julea lirih. Marsha manggut-manggut tangannya dia letakkan untuk menopang dagunya memperhatikan Julea. Mereka berdua diam sama-sama hanyut dalam pikiran masing-masing. "Ah aku tahu!" Marsha berseru sambil memukul ringan paha Julea hingga gadis itu nengaduh mengusap-usap bekas pukulan dari sahabatnya. "Apa?" Tanya Julea masih dengan meringis menahan sakit. "Mungkin saja ada karyawan yang iri padamu Julea, dan dia memanfaatkan kejadian tadi untuk mempermalukan kamu di depan penghuni kantor ini dengan mengimpori Nona Pricilla," jelas Marsha memberikan alasan yang paling logis.Julea mengangguk mengiyakan. "Itu benar juga, tapi siapa?" Marsha menggedikan bahunya, dia tidak bisa memberikan jawaban. "Kita harus cari itu Jule

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • I'am Not Cinderella    Tindakan Tak Terduga

    Julea mengangguk mengiyakan dia menghela nafas panjang. Kemudian menarik tasnya dan juga mengambil ponsel yang teronggok di atas meja. "Aku pergi dulu Marsha, dan kau harus ingat satu hal. Jangan pernah menceritakan hal ini pada siapapun!" Jule memperingatkan sambil menunjuk wajah Marsha. Gadis itu mengangguk-angguk patuh. Sedetik kemudian Julea berbalik dan pergi meninggalkan kantor. Saat melihat kepergian Julea banyak karyawan yang langsung menoleh pada Marsha untuk meminta penjelasan. "Kenapa Bu Wakil Katua Devisi pulang cepat, bukannya masih ada setengah jam lagi untuk bekerja. Dia juga terbiasanya lembur kan?" Tanya salah satu karyawan yang seperti juru bicara karyawan lain. Marsha memijit pelipisnya perlahan, pusing juga menghadapi sikap pada karyawan lain yang suka sekali kepo. Ingin tahu urusan orang lain dengan detail. Bahkan mereka bertanya seperti seorang wartawan saja."Aku tidak tahu, Julea hanya mengatakan kalau dia akan pergi untuk urusan penting." Marsha memberika

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • I'am Not Cinderella    Kencan Buta Part 2

    Andrew menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti. Kenapa Julea tiba-tiba mengehentikan aktifitas mereka yang tanggung sekali untuk dihentikan. Kalau orang bilang, Andrew itu sudah terlanjur masuk tapi tidak ditawari duduk. Sedikit waktu lagi Andrew bisa memuaskan keinginannya mencicipi bibir manis milik Julea. "Ada apa?" Andrew bertanya pelan, dia memegang pundak Julea. Julea tampak gelisah dia menundukkan kepalanya dalam. "Saya mau ke toilet Pak," ujarnya diselingi senyum kecut. Plak! Andrew memukul jidatnya sendiri. Bisa-bisanya Julea memotong adegan romantis mereka hanya karena kebelet. "Ya sudah sana, nanti kamu malah ngompol di sini. Kan tidak lucu juga!" Andrew beralih untuk duduk di kursinya dan memasang wajah kesal. Sementara Julea langsung berlari kecil menuju toilet yang paling dekat dari tempat yang sudah Andrew pesan. Buru-buru Julea menutup pintu dan berjalan ke arah wastafel. Dia menatap pantulan dirinya di cermin, wajahnya bersemu merah. "Pak Andrew sialan! Mana

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • I'am Not Cinderella    Anda Yang Memintanya Pak!

    Julea mematung dia memegangi lehernya yang pasti ada jejak sialan di sana. Sementara itu Andrew yang menjadi pelaku atas bekas merah-merah itu malah menatapnya santai. "Jul kenapa malah berdiri di situ?" Andrew melambaikan tangannya agar Julea mendekat ke arahnya. Dan apa tadi yang dia katakan? Andrew memanggilnya dengan sebutan 'Jul'. Julea yang mendengarnya malah melotot tajam. Dia tidak suka di panggil seperti itu!Karena kesal Julea akhirnya mendekati Andrew dan sengaja menginjak kaki pria itu cukup keras. Andrew mengaduh karenanya dan menatap tajam wajah Julea. "Maaf nggak sengaja Pak," ucap Julea disertai senyuman mengejek. Andrew ingin sekali marah-marah padanya akan tetapi di sana masih ada pelayan dan dia juga melihat ada seorang mata-mata ayahnya yang bersembunyi di sudut ruangan itu.Dengan terpaksa Andrew akhirnya menyunggingkan senyum manis yang amat sangat dia paksakan. Tangannya justru menarik Julea yang hendak duduk. Hingga gadis itu jatuh ke pangkuannya, Julea lan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • I'am Not Cinderella    Mendadak Jadi Istri

    Merasa kalau Andrew mulai terbuai dengan apa yang dia lakukan Julea justru berhenti dan langsung berdiri. Dia tersenyum penuh arti pada pria yang sangat dia jauhi sebelumnya. "Sudah Andrew, aku sudah melakukan apa yang kamu minta." Julea mengatakannya santai dia juga sengaja mengarahkan pandangannya ke arah di mana sang mata-mata berada. Julea sudah melihat ada yang mengawasi mereka saat melakukan sedikit permainan panas dengan Andrew. Sedangkan pria itu justru sedang mengatur nafasnya yang sempat tersengal karena ulah Julea. "Julea kamu ini kalau melakukan apa-apa suka yang setengah-setengah, ini belum tuntas malah udahan!" Andrew menggerutu dan mengatakan uneg-unegnya dengan jujur. Padahal dia tipe orang yang punya gengsi besar. Tapi kali ini tidak di temukan sifat yang seperti itu dalam dirinya. "Loh memangnya kamu mintanya bagaimana?" Julea mencondongkan tubuhnya ke arah Andrew yang masih duduk, keringat bercucuran di keningnya hingga membasahi pelipisnya. Andrew diam k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19

Bab terbaru

  • I'am Not Cinderella    When you were gone, I died Julea

    Lagi-lagi dia menatap tak percaya. Dengan tatapannya yang bergerak-gerak gelisah dan bibir yang mengatup rapat menahan tangis. Dipandanginya lagi wajah itu dengan seksama. Tak ada lagi senyum manis atau seringainya yang dulu dia benci, muram dan tak lagi bercahaya seperti biasanya. Sungguh! Biar pun kali ini dia harus melihat hal-hal yang tidak dia sukai dari sosok didepannya. Akan dia terima dengan senang hati, asalkan sosok itu kembali. Lama bertarung pada pikirannya sendiri, dia sentuh wajah itu dengan tangan yang gemetaran. Berulang kali tak sempat jarinya menyentuh kulit yang telah memucat itu. Dia tak sanggup! Atau bahkan masih tak percaya. Dia tak percaya pada suratan takdir, tapi inilah kenyataannya. Dengan perasaan terguncang, dia coba lagi memegang wajah manis yang pernah memerintahkannya pergi. Dan kali ini tangisnya benar-benar pecah. Tangisnya meraung-raung disamping tubuh yang telah terbujur kaku itu. Dia peluk erat-erat tubuh itu, dia usap lagi pundak kecil yang

  • I'am Not Cinderella    Julea, why are you leaving?

    Julea masih tetap merengek, dia menampilkan ekspresi paling memelas untuk menyakinkan Andrew. "Ayolah Andrew aku mohon, sebentar saja." Julea berkata lirih, dia masih berusaha membujuk Andrew. Sedangkan Andrew hanya melihat datar ke arah Julea, entah kenapa hari ini Julea sangat menguji kesabarannya. padahal sebelumnya perempuan itu tak akan melawan jika Andrew berkata tidak. "Jule, kau bisa ke taman dan melihat bintang kapan saja. Karena masih ada banyak waktu lain, untuk malam ini kau tidur saja ya. Besok kau haris operasi," ucap Andrew berusaha memberikan pengertian. Tapi Julea adalah Julea, dia tidak akan berhenti begitu saja hanya karena ucapan Andrew. Perempuan itu malah mendecik sebal, dia menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Andrew yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar, menghadapi Julea yang tengah marah memang membutuhkan kesabaran yang lebih. "Julea, ku mohon dengarkan aku ya... ini semua juga demi kebaikan mu," Ucapnya lagi. kali ini dengan mengusap l

  • I'am Not Cinderella    What should I do?

    Herfiza mengusap punggung putranya dengan lembut, dia merangkulnya penuh kasih sayang dan kehangatan. "Nak, apa yang terjadi di dunia ini tidak bisa selalu sama seperti apa yang kita inginkan. Tuhan selalu punya rencana yang indah dibalik ujian ini, yakinlah." Herfiza mengatakannya dengan tenang, meskipun dia masih khawatir dan kalut akan kesehatan Julea. Andrew menoleh, dia mengerutkan keningnya. "Tapi apa ini ujian yang baik untuk ku? Aku terlalu banyak menimbulkan masalah di hidup Julea sehingga berimbas pada kesehatannya. ini bukan sekedar takdir Tuhan mam, ini salahku." Herfiza menarik diri, dia menggenggam tangan Andrew erat-erat. "Sekali lagi berhenti menyalahkan dirimu sendiri, jika pun kau merasa bersalah seharusnya tidak seperti ini caranya!""Lalu apa yang bisa aku lakukan?" tanya Andrew dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Herfiza menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Bangkit, berikan kekuatan pada Julea agar dia bisa segera sembuh. K

  • I'am Not Cinderella    Lolos Dari Maut

    Hampir satu jam lamanya Jukea berada di dalam UGD, sedangkan keluarganya sduah harap-harap cemas menunggu kabar baik dari dokter yang menanganinya. Andreas sendiri yang masih tercengang dengan fakta penyakit sang kakak ipar masih terdiam menenangkan diri. Sedangkan Andrew sudah hilir mudik di depan pintu UGD. "Apa tadi semuanya lancar Andreas?" Tanya Marsha dengan lirih, dia juga menepuk pundak Andreas perlahan. Pria itu menoleh, dia mengangguk samar. Mereka berbincang dengan nada yang rendah, tak ingin menganggu anggota keluarga yang lain. Marsha juga tidak mau dianggap tak tahu situasi dan kondisi di saat yang genting seperti ini malah membicarakan hal yang lain. "Semuanya berjalan lancar, Pricilla juga sudah diamankan polisi tadi. Semua orang tak ada yang menentang pembelaan dari kami, bahkan Tuan Gardian yang ayah Pricilla juga diam. Dia tertunduk malu atas sikap putrinya itu," jelas Andreas sembari menunduk. Marsha manggut-manggut paham, dia lega setidaknya usaha Julea untuk

  • I'am Not Cinderella    Kambuh

    Setelah melihat Pricilla yang digandeng polisi untuk diamankan, Julea merasakan sakit kepala yang luar biasa. sebenarnya dia telah merasa kepalanya berat sejak dua jam lalu, tapi dengan sekuat tenaga dua bertahan. "Aka, apa kau baik-baik saja?" tanya Andreas yang melihat Julea meringis menahan sakit. Julea menoleh dan menggeleng, dia hanya memegangi kepalanya dan mulai berjalan menjauh dari tempat pesta. "Tidak Andreas, aku baik-baik saja. Jadi ayo pulang," ajaknya. tak mau membuat Julea kesakitan, Andreas mulai berjalan cepat. Dia lekas mengeluarkan mobilnya dan membawa Julea pergi dari mansion mewah keluarga Pricilla. Ditengah jalan tiba-tiba Julea menyemburkan isi perutnya dengan tidak sengaja. 'Hoek!'Sontak itu membuat Andreas panik, apalagi saat melihat wajah Julea yang pucat. "kak kau kenapa, apa tadi kau sempat minum? apa kau mabuk kak?" cecarnya yang khawatir. "Engh! Tidak, aku tidak ingat." Julea menjawabnya lemas, dia sebenarnya tak minum alkohol. Tapi entah bagaiman

  • I'am Not Cinderella    Pembelaan Perdananya

    Mata semua orang terbelalak tak percaya, tak sedikit dari mereka bahkan menutup mulutnya dengan tangan. Apa yang disampaikan Andreas malam ini adalah kejutan yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Pengakuan Andreas itu juga membuat Pricilla kaget bukan main. Pasalnya, dia telah menggoda pria yang salah. "Pantas saja respon yang diberikannya berbeda, ternyata dia bukan Andrew." Pricilla membatin, dia tertunduk malu. Gardian memalingkan wajahnya, malu atas apa yang dilakukan sang putri. Lalu dengan cepat dia menarik tangan Pricilla dan mendorongnya hingga jatuh terjerembab di taman yang berumput. "Argh! Papa sakit," cicit Pricilla dengan mata yang berkaca-kaca. "Kau memang pantas mendapatkannya Pricilla, bahkan seharusnya kau mendapatkan hukuman yang jauh lebih besar daripada ini! Aku malu telah menjadi ayahmu!" Gardian berkata marah, deru nafasnya memburu seiring dengan darahnya yang mendidih. Di saat yang bersamaan, ada sorotan proyektor yang menampilkan apa saja yang sudah dila

  • I'am Not Cinderella    Mempermalukan Putri Sang Kolega

    Temaram lampu taman menyinari tubuh Pricilla yang terpantul di air kolam renang yang jernih. Perempuan berambut panjang itu menoleh saat mendengar langkah kaki Andreas yang mendekat ke arahnya. Senyuman tipis terbit diwajahnya yang terpoles apik dengan make up bold. "Akhirnya kau datang juga Andrew," ucapnya senang. Andreas tak menanggapi, dia hanya tersenyum sekilas saat mendengar Pricilla menyebut nama sang kakak. Beruntung jika perempuan yang menjadi rivalnya malam ini tak mengenali dirinya. "Si jalang itu tertipu juga, sama seperti sang ayah!" Andreas membatin, dia merasa satu langkah lebih dekat menuju kemenangan. Pricilla melangkahkan kakinya mendekat saat Andreas memilih untuk berhenti. Dia lekas mengalungkan tangannya ke leher Andreas dengan tanpa malu. "Aku senang kau mau datang ke sini dan mengabaikan Julea," ucap Pricilla dan menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Andreas. Pria itu merasa jijik atas sikap agresif dari perempuan yang nyaris menjadi kakak iparnya. Tapi A

  • I'am Not Cinderella    Memberinya Pelajaran Part 2

    Andreas sempat menoleh pada Julea sebelum mereka turun dari mobil. Andreas cemas, karena mau bagaimana pun kalau dia gagal malam ini maka masalahnya akan bertambah besar. "Kak," cicitnya. Julea menoleh dan mengangguk serta mengepalkan tangannya, bermaksud memberinya kekuatan. "Kau pasti bisa Andreas, yakin lah!" Perintahnya. Lalu Andreas menghela nafas kasar beberapa kali, setelahnya dia turun dari mobil terlebih dahulu. Pintu mobil dibukakan oleh Andreas untuk membantu Julea, tangan kanannya juga dengan sigap terulur untuk memberikan kesan yang kuat kalau dia adalah Andrew. Di halaman mansion mewah milik keluarga Pricilla, ada banyak orang yang sudah datang dan menjadi tamu di sana. Hari ini adalah hari ulang tahun Pricilla, dan keluarga Nugraha memang mendapatkan undangan, khususnya Andrew. Pria itu memang diundang secara personal oleh Pricilla. Ah tidak-tidak! Lebih tepatnya Andrew diancam. Jika dia tidak datang malam ini, maka Pricilla akan melakukan hal yang lebih gila lagi

  • I'am Not Cinderella    Memperagakan Saudara mu

    Andrew rupanya menemui sang adik, Andreas secara diam-diam. Tidak ada yang tahu kalau keduanya tengah bertemu sekarang. Keduanya kini berada di salah satu restoran Chinese yang cukup jauh dari pusat kota. "Jadi, apa yang kau rencanakan sebenarnya Andreas? Kali ini apa yang kau inginkan dariku?" Cecar Andrew dengan tatapan yang nyalang pada sang adik yang duduk di depannya. Terhalang oleh meja berbentuk persegi panjang, Andrew dan Andreas saling perang dingin dengan memberikan tatapan tajam ke arah masing-masing. Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Andreas menghela nafasnya kasar, dia kemudian bersidekap dengan tenang. "Aku tidak menginginkan apapun, toh apa yang bisa kau berikan padaku?" Andreas malah memberikan jawaban yang terkesan meremehkan. Padahal sebenarnya tidak demikian. "Hah! Rupanya kau masih sama saja, sama-sama sombong seperti biasanya!" Andrew mendecik, dia menyeringai. "Sama seperti dengan mu juga, kita sama-sama sombong. Bedanya, aku menyadari dan mengakuinya seda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status