Ethan tidak mau Nadya mengetahui kejadian sebenarnya karena ia tidak mau menambah pikiran Nadya yang berakibat pada kepalanya yang mengalami gegar otak ringan. Tidak ada sahutan dari Ethan, ia hanya menatap Nadya, kedua matanya berubah serius. Nadya melirik ke arah Ethan sebentar sebelum bicara lagi.“Mita bilang padaku kalau Adel meninggalkanku di hutan monyet, Adel kembali ke resort bersama dua orang turis dari Amerika.” Nadya melirik lagi ke arah Ethan. “Apakah itu benar?” “Apa kepalamu sudah baikan?” Alih alih menjawab Ethan balik tanya.Jadi itu yang membuat Ethan tidak mau membicarakan kejadian itu. Ethan mengkhawatirkan kepalanya yang mengalami gegar otak. Pikir Nadya.“Aku sudah baikan, dan sekarang katakan kepadaku apa yang terjadi di hutan monyet.”“Bisakah kita tidak membicarakan hal itu?” Ethan mengelak lagi.“Mungkin aku harus bertanya pada Adel.”Kedua mata Ethan kembali serius. “Aku tidak mau kamu dekat dekat dengan Adel.”“Lalu katakan kepadaku apa yang terjadi di h
Ethan bergerak dalam tidurnya untuk mengubah posisi, namun tiba tiba ia terbangun dan melihat Nadya sudah tertidur pulas. Ia mengerjapkan kedua matanya untuk kembali sadar sepenuhnya, lalu ia bangun sambil memegang tangan Nadya yang masih dipegangnya. Ia sudah tertidur lama dengan posisi yang sama, Nadya pasti merasa pegal karena harus mengorbankan pahanya menjadi bantalnya. Ya ampun. Ia sangat lelah sehingga ketika kepalanya menyentuh paha Nadya langsung tertidur lelap.Ethan menurunkan kedua kakinya ke lantai dan berpaling ke arah Nadya yang tidur sambil menyandar ke sofa. Sudah berapa lama Nadya tidur seperti itu. Ia melirik jam tangannya. Jam tiga pagi. Ia menghela napasnya, tiga jam Nadya tertidur seperti itu karena dirinya. Ia bahkan tidak jadi mengatakan siapa dirinya kepada Nadya karena rasa lelah yang menguasainya. Ia tiba tiba berdecak. Dua kali ia tidak jadi mengatakan siapa dirinya kepada Nadya. Pokoknya besok aku harus mengatakannya kepada Nadya. Tegas Ethan dalam hati.
Hati Nadya berbunga bunga ketika melangkah menuju ke tempat Spa. Ia sengaja memilih berjalan dari villa ke tempat Spa karena ia ingin merasakan udara pagi disertai hati yang senang. Hatinya senang karena pergi ke tempat Spa sangat tepat sekali dilakukan hari ini mengingat ia akan bertemu dengan Ethan nanti. Memangnya apa yang akan ia lakukan dengan Ethan. Nadya tiba tiba memukul kepalanya. Sadarlah Nad, kamu harus ingat janjimu sendiri. Peringat Nadya pada dirinya sendiri. Ia berperang lagi dengan dirinya sendiri.Rasa cintanya yang besar terhadap Ethan dan rasa senang yang dirasakan hatinya sekarang mengalahkan akal sehatnya. Mungkin sejenak ia akan mengesampingkan janjinya untuk hari ini. Nadya senyum senyum sendiri. Selain itu di Bali tinggal sehari lagi. Ia ingin memanfaatkan waktu yang tinggal sedikit itu dengan Ethan. Nadya segera melangkah dengan cepat tidak sabar unuk melakukan Spa bersama teman temannya.Ketika ia memasuki tempat Spa, ia melayangkan pandangannya ke seluruh ru
Nadya berusaha menahan air matanya sekuat tenaga agar tidak menangis. “Kamu bohong,” kata Nadya, suaranya sedikit tercekat.“Aku tidak bohong, kamu bisa lihat di internet siapa Ethan.”Adel berhenti sebentar, kedua tangannya semakin dilipat di depan dadanya dan dagunya di angkat dengan angkuh. Ia ingin menunjukkan posisinya sebagai seorang Direktur di depan perempuan itu agar perempuan itu merasa dirinya bukan siapa siapa di depannya. Ok ia memang belum jadi Direktur tapi siapa perduli dengan itu perempuan itu tidak akan tahu kalau ia hanya seorang General Manager. “Sepertinya Ethan tidak memberitahumu karena kamu bukan siapa siapa baginya,” lanjut Adel, ia tersenyum sinis. “Lebih baik kamu pergi dari resort ini!” lanjutnya lagi dengan nada tajam.Nadya tidak dapat menahan air matanya lebih lama, tanpa kata ia melangkah pergi dari ruang tunggu Spa. Setelah di luar, ia berlari dengan kencang dan membiarkan air matanya turun mengalir deras. Ia terus berlari tanpa henti, ia tidak mem
Hp Ethan berkali kali berdering di sampingnya, Ethan tidak mendengar hpnya berdering karena ia mematikan volume hpnya ketika sedang mengadakan pertemuan, ia juga tidak mengubah volume hpnya ke mode getaran. Ethan sangat serius membicarakan pembangunan resort dengan para investor yang menginvestasikan uangnya untuk resort The Blue Pearl Island.Baru kali ini Ethan mengadakan pertemuan dengan semua investor resort The Blue Pearl Island. Ia mempunyai rencana untuk membangun resort lebih luas dan menambah fasilitas yang belum tersedia di resort, dan ia ingin membicarakannya dengan semua investornya mengenai rencananya. Semua setuju dengan rencana pembangunannya bahkan salah satu investornya memberikan pendapat sehingga Ethan mendengarkan dengan seksama.Hpnya kemudian berbunyi lagi memberitahu ada pesan masuk. Ethan baru melihat hpnya ketika investornya yang lain memberikan tanggapan. Ethan membuka pesan di hpnya. Salah satu pengawal yang mengawal Nadya memberitahu kepadanya kalau mereka
Adel sebal dengan temannya Ethan. Kemanapun ia pergi Panji selalu mengikutinya sehingga ia tidak bisa bergerak. Ia seolah seorang penjahat. Mungkin ia memang seorang penjahat kalau menyangkut perempuan itu. Sepertinya Panji sudah tahu perempuan itu tidak ada di resort, karena itulah ia bertingkah seperti detektif. Tiba tiba Adel mengedikkan bahunya tidak perduli. Untung saja Ethan memanggilnya sehingga ia tidak diikuti lagi oleh Panji.Adel tersenyum mengingat sekarang ia akan bertemu dengan Ethan, ia melangkah dengan anggun menuju kantor Ethan. Ia sengaja memakai baju sexy. Rok pendek dan jas yang warnanya cream dengan belahan terbuka menampakkan sedikit payudaranya yang tidak memakai bra. Ia juga memakai parfume dengan sangat banyak, ia sengaja menyemprotnya ke seluruh tubuhnya. Rambut pirangnya sengaja diikat agar memperlihatkan lehernya yang jenjang dengan jelas. Ia sedikit merubah riasannya. Riasannya tidak terlalu menor seperti biasa. Entah mengapa ia seolah tahu Ethan tidak suk
Adel tiba tiba tertawa. Tatapan Ethan semakin dingin melihat Adel tertawa. Ucapan Ethan seolah lelucon bagi Adel. Adel tampak tidak karuan, sikap anggun yang sering diperlihatkannya seakan menghilang.“Kamu tidak bisa memecatku Ethan, hanya ayahku dan ayahmu yang bisa,” kata Adel setelah menguasai diri, ia masih terkekeh menertawakan Ethan seolah dia Komisaris Besar.“Aku bisa,” kata Ethan dingin sehingga tatapan Adel kembali fokus ke arahnya namun senyum Adel masih terpampang di bibirnya seakan mengejeknya. “Aku sudah menghubungi ayahku, aku yakin ayahku sudah menghubungi ayahmu untuk memecatmu, dan aku juga sudah memberitahu ayahmu kalau kamu ada di Bali, mungkin ayahmu sudah terbang ke sini.” Seketika senyum Adel menghilang mendengar ucapan Ethan. Kemarahannya kembali muncul.“Kamu jahat Ethan!” seru Adel marah. “Kenapa kamu lakukan itu kepadaku?!”Ethan tidak menjawab, tatapan dinginnya tidak berubah, ia membiarkan Adel menjawab sendiri pertanyaannya. Seakan tahu Adel tiba tiba m
Nadya duduk di kursi belajar sambil menatap keluar jendela, jarinya memainkan gelang coklat dengan ukiran Tegalalang yang dipakai di tangan kirinya. Pandangannya tidak fokus ke arah pemandangan di luar jendela karena ia tidak berkeinginan untuk memandang apapun di depannya, ia juga tidak ingin melakukan apapun. Sejak kejadian itu, ia tidak bisa menulis seakan kemampuan menulisnya menghilang. Kerjaannya hanya melamun dan menangis. Kedua orang tuanya tentu tahu ia berubah menjadi seperti itu tapi mereka tidak tahu apa penyebab ia seperti itu dan mereka tidak bisa berbuat banyak, mereka hanya mengantarkan makanan dan minuman untuknya. Nadya tidak tahu pandangan sedih yang tampak dari wajah mereka saat melihatnya seakan tidak ingin hidup. Neneknya yang cerewet pun kali ini terdiam melihat cucunya. Neneknya sengaja membuat masakan kesukaannya tapi sia sia saja karena ia tidak memakannya bahkan tidak mencicipinya. Hari pertama sejak kejadian itu Nadya tidak nafsu makan. Namun neneknya dan k
Mita berpacu dengan kecepatan tinggi, ia melewati gerbang tinggi lalu belok dengan mulus ke arah jalan tanpa menghentikan kecepatannya. Nadya berpaling ke belakang. Gerbang tinggi rumah Ethan menutup secara otomatis. Dalam hati ia tahu ia mengingkari janjinya untuk kembali sebelum pelayan rumah Ethan datang ke kamarnya. Nadya berpaling ke arah Mita. Mita belum mengatakan sepatah katapun, ia tidak sabar ingin tahu apa yang terjadi."Apakah Ethan tahu?" tanya Nadya mengabaikan ucapan Mita tadi."Tidak," jawab Mita singkat, pandangannya tetap lurus ke depan. Dari kejauhan Mita melihat mobil yang dikendarai Kakaknya, ia segera mengurangi kecepatannya."Tapi Ethan tahu kemana Kakakku pergi."Nadya tampak terkejut, ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Namun sebelum ia bertanya, Mita lebih dulu bertanya padanya."Apa yang kamu lakukan di luar pagi pagi, Nad?" Nadya tidak langsung menjawab, ia tahu Mita pasti menanyakan soal itu, namun ia akan terus terang. Nadya berpaling ke arah jalan
Nadya terbangun jam 5 pagi, tenggorokkannya terasa kering. Ia terbatuk seraya membuka bedcover dan melangkah ke arah sofa. Ia duduk di atas sofa lalu menuangkan air mineral ke dalam gelas berkaki, bekas tadi malam ia minum bersama Ethan. Air mineral itu sangat segar melewati tenggorokkannya. Nadya meneguk air itu hingga habis, kedua matanya melirik ke arah kaca lebar yang menuju balkon. Kaca itu tidak ditutup gorden karena terbuat dari kaca riben hingga suasana malam tampak terlihat jelas dari dalam. Ethan yang memberitahu bahwa semua kaca di sini tidak memakai gorden ketika Nadya akan menutup jendela. Jam segini di Brisbane masih gelap, sama seperti di Indonesia. Waktu di Brisbane sama seperti waktu di Indonesia. Nadya tahu karena melihat jam ketika di pesawat, dan jam di samping tempat tidurnya. Nadya menaruh gelas itu kembali di atas meja, ia melihat gelas Ethan di sana. Di atas meja itu masih ada gelas Ethan dan gelasnya, juga teko bening berisi air yang sengaja ditaruh untuk keb
Nadya sudah tahu arti kata itu, jadi ia menuntut jawaban dari Ethan, tapi mungkin saja Ethan tidak tahu kalau ia sudah bisa berbahasa Inggris. Ethan menatap Nadya, seperti ketika di bandara, Ethan ingin bertanya apakah Nadya sudah bisa bahasa Inggris."Kamu mengerti ucapanku?" "Iya." Ethan terdiam seraya menatap Nadya lagi. Setahunya, kata itu belum ia berikan pada Nadya. Apa mungkin Nadya belajar sendiri. Seperti tadi di bandara, ia sengaja berbicara bahasa Inggris dengan Panji, dan Nadya seolah mengerti apa yang ia dan Panji ucapkan."Apakah ayahmu ada di sini?" tanya Nadya tiba tiba, kedua matanya terbuka lebar. Rasa gugup mulai menghampirinya, ia menengok ke kanan dan ke kiri, bahkan ke seluruh ruangan itu untuk mencari keberadaan ayah Ethan."Aku harus bersiap diri menyambut kedatangan Mr. Darren Sullivan," kata Mr. Darren menyebut namanya sendiri. Ia berdiri dan pura pura merapikan diri.Ethan mengerling ke arah ayahnya, ia menggeleng melihat ayahnya yang masih memainkan drama
Nadya melangkah dengan cepat ke arah ruangan yang tampaknya merupakan ruang bersantai dengan TV flat screen besar dan lebar yang menyala."Misteeeeer, kenapa kamu di sini?" tanya Nadya dengan nada tinggi mengalahkan suara televisi.Mr. Darren berpaling dan melihat Nadya yang tampak terkejut melihat dirinya. Nadya sangat cantik, ia mengagumi gaya berpakaian calon menantunya yang elegan."Oh Nadya, I....""Tunggu." Nadya mengangkat tangannya untuk menghentikan Mr. Darren melanjutkan ucapannya. Ia menengok ke telinga kanan dan kiri Mr. Darren."Kamu tidak memakai alat penerjemah yah?" "Well, I.....""Don't worry I can speak english little bit," ucap Nadya menyengir.Mr. Darren menganga tidak percaya mendengar Nadya bisa berbahasa Inggris, pengucapannya juga seolah Nadya sudah terbiasa berbicara bahasa Inggris."Don't gape so wide, mister, it's like you're seeing a ghost," kata Nadya, ia terkekeh."Yeah, I'm seeing a ghost," ucap Mr. Darren, seulas senyum tersungging di bibirnya. Ia sena
Nadya tidak sabar untuk segera menuju ke ruang makan. Meskipun ia tidak tahu Ethan dan ayahnya sudah datang atau belum, tapi ia berharap Ethan dan ayahnya sudah datang. Ia sudah menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan untuk bertemu dengan ayah Ethan. Celana panjang lebar warna putih berbahan chiffon dipadukan dengan blouse warna putih polos berlengan panjang, leher blouse itu membentuk V dengan beberapa lipatan rapih yang senada, blus itu juga berbahan chiffon. Nadya terlihat elegan memakai baju itu. Kali ini rambut Nadya diikat. Ia memakai softlens warna coklatnya, dan mendandani wajahnya dengan eye liner dan pelentik bulu mata. Bibirnya hanya menggunakan lip gloss yang mempertajam warna bibirnya yang pink dan membuat bibirnya basah. Ia sudah mahir bermake up namun tidak semahir Mita. Nadya melihat sekali lagi penampilannya di depan cermin. Ia mengangguk puas dengan hasil make overnya. Ia melihat alat penerjemah yang ia taruh di atas meja rias. Ia seakan menimbang untuk memakai alat
Ethan tiba di gedung Greetline news dengan waktu setengah jam dari bandara. Ia menyuruh pengawalnya untuk mengebut, tapi tetap saja pengawalnya kurang ngebut menurut Ethan. Ia memperkirakan tiba di sini seperempat jam, jika ia yang menyetir. Ia sudah menduga ayahnya pasti melarangnya membawa mobil sport sendiri pada saat situasi seperti ini. Padahal ia sengaja menyuruh pengawalnya membawa mobil sportnya agar ia cepat sampai ke kantor Greetline news. Ia tidak sabar untuk menginterogasi penjahat yang memanfaatkan pemberitaannya untuk meraup keuntungan, dan mengganggu ketenangan hidup orang lain. Tentu saja berkat ayahnya yang gerak cepat mencari laki laki itu setelah pemberitaan itu muncul. Laki laki itu pasti lupa siapa yang ia hadapi. Ia bersyukur ayahnya menangkap laki laki itu sehingga ia tidak perlu mencarinya. Laki laki itu juga yang menyebarkan kedatangannya ke Australia hari ini, sehingga bandara dan gedung Greetline news penuh wartawan dan orang orang yang penasaran. Dasar pen
Seperti yang dikatakan Ethan, para pengawal Ethan sudah berdiri berjaga di lapangan bandara. Ethan turun terlebih dahulu dan mengarahkan keluarga Nadya ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh salah satu pengawal Ethan. Lalu Ethan berbicara kepada Panji dalam bahasa Inggris untuk menghubunginya kalau sudah sampai rumah. Panji mengangguk dan mengatakan pada Ethan agar berhati hati dalam bahasa Inggris juga. Ethan dan Panji sengaja memakai bahasa Inggris agar Nadya tidak mengerti dan tidak membuat Nadya khawatir. Tapi Ethan dan Panji salah, Nadya sudah mengerti apa yang mereka ucapkan, sehingga ia berpaling ke arah Ethan, tampak kedua matanya bertanya tanya. Ethan menatap Nadya seakan ia tahu jika Nadya mengerti apa yang diucapkannya bersama Panji, namun ia tidak mau mencaritahunya di sini, nanti saja kalau ia sudah di rumah. Ethan tidak menjawab pertanyaan yang terpancar dari kedua mata Nadya, ia membuka pintu mobil untuk Nadya dan mencium pipi Nadya seraya mengucapkan I love
Ethan duduk di atas sofa di ruangan berkumpul, ia menyentuh layar iPadnya untuk membaca komen komen di bawah artikel itu. Ia bersyukur Nadya dan keluarganya sudah pergi tidur. Ia tidak mau membuat Nadya dan keluarganya khawatir dengan pemberitaan itu. Ia yakin wajahnya sekarang tampak tidak bersahabat.Tiba tiba ia mengernyit dan mendesah kesal. Ia segera keluar dari ruang berita yang memuat pemberitaan tentang dirinya dan Nadya. Bersamaan dengan itu Panji menghampiri sambil membawa dua cangkir kopi buatannya. Bukan tidak percaya dengan rasa kopi buatan pramugari Ethan tapi ia lebih senang jika soal kopi, ia yang membuatnya. Lagi pula ia tidak mau memberitahu pramugari kopi seperti apa yang ia inginkan, itu akan merepotkan mereka. Jadi lebih baik ia yang turun tangan sendiri. Ia juga yakin Ethan menyukai kopi buatannya. Untuk itulah ia membuat dua cangkir kopi. Melihat wajah Ethan tampak kesal, Panji bertanya sambil menyerahkan cangkir kopi untuk Ethan.“Ada apa, man?”“Thanks,” ucap
Nadya terpana melihat pesawat jet pribadi keluarga Sullivan, begitu juga dengan Mita, tak terkecuali keluarga Nadya. Mereka menganga dengan interior pesawat pribadi itu bergaya modern yang di cat perpaduan warna putih dan emas. Ruangannya luas dan tidak terlihat seperti di dalam pesawat, malah pesawat ini seperti layaknya hotel berbintang lima.Ruangan luas itu juga terbagi beberapa ruangan yang dipisahkan oleh dinding dinding berlapis emas. Pesawat ini terbagi dua lantai, lantai atas untuk ruang kokpit, tampak terlihat dua orang pilot sedang menaiki tangga mewah setelah mereka menyambut Ethan dan keluarga Nadya beserta Panji dan Mita. Kedua pilot itu ditemani tiga orang pramugari dan tiga orang pramugara, dan mereka tentu bukan orang Indonesia. Delapan jam perjalanan ke Australia bukanlah waktu yang sebentar, namun jika pesawatnya seperti ini tidak akan mungkin bosan bahkan tidak akan terasa berada di dalam pesawat yang sedang terbang tinggi di atas lautan biru. Nadya tersenyum di d