Pagi ini Ailisha mendengar kabar jika Shevandra akan kembali ke Korea Selatan. Pria itu yang mengiriminya pesan. Ia berharap agar mereka bisa bertemu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi. Tapi, seperti biasa Ailisha hanya mengacuhkan pesan tersebut. Gadis itu sama sekali tidak ingin menanggapinya lebih lanjut. Bahkan sampai sekarang saja ia masih belum menyimpan nomer pria itu di ponselnya. Padahal Shevandra sudah memintanya untuk melakukan hal tersebut sejak beberapa hari yang lalu.
Sepertinya Ailisha memang benar-benar ingin memutuskan hubungannya dengan pria itu. Dia tidak mau berurusan lagi dengan Shevandra. Terlebih dirinya sempat diancam oleh Liora beberapa saat yang lalu untuk menjauhi Shevandra. Gadis ini tidak mau mengambil resiko dengan membahayakan dirinya sendiri.
Untuk apa ia memikirkan nasib pria itu. Sementara nasibnya saja masih tidak jelas. Shevandra juga tidak pernah memikirkan bagaiman perasaannya sejak dulu. Pria itu selalu bersi
Ailisha berhasil lolos dari pria itu meski harus memutar jalan. Padahal jarak dari gedung fakultas seni ke fakultas pertanian lumayan jauh. Tapi, akan lebih jauh lagi jika ia harus melewati pintu keluar dari fakultas hukum.“Kenapa dia belum pergi?” gumamnya.“Bukannya tadi pagi dia bilang kalau mau balik ke Korea hari ini?” lanjutnya.Seharusnya saat ini Shevandra sudah berada di bandara. Pesawatnya akan berangkat kurang dari satu jam lagi. Lantas kenapa ia masih berada di sini? Pria itu bisa ketinggalam pesawat jika masih berada di Yogyakarta pada jam segini. Perjalanan dari Yogyakarta ke hingga ke Jakarta bisa memakan waktu lebih dari tujuh jam perjalanan. Harusnya ia sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali.“Ku kira dia sudah bersiap untuk pergi tadi pagi,” ujarnya pada dirinya sendiri.Shevandra mengirimi gadis itu pesan pada pukul empat pagi tadi. Kelihatannya ia memang sengaja bangun lebih awal untuk member
Ailisha sampai di Jakarta tepat pada pukul sepuluh malam. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan gadis itu. Frans juga tahu jika anaknya pasti kelelahan selama perjalanan ke sini. Meskipun ia tidak menyetir, karena memang tidak bisa melakukan hal tersebut sama sekali.Pria itu menyuruh Ailisha untuk langsung istirahat saja di apartment milik gadis itu. Mereka akan memulai segalanya besok. Tenang saja, soal urusan kampus tidak perlu cemas. Frans telah mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Termasuk tugas-tugas yang akan ia kumpulkan besok. Berkat kekuasaannya, Frans bisa mengatur setiap hal dengan mudah.Begitu sampai di Jakarta, Ailisha langsung diantar oleh supirnya ke apartment atas perintah Frans. Ia bahkan belum sempat untuk bertemu dengan Ayah dan Ibunya. Sekarang hari sudah terlalu larut. Akan sulit untuk menemui mereka berdua, meski Ailisha memaksa.“Besok akan saya jemput lagi untuk mengantarkan nona ke kantor,” ujar supir
04.07Ailisha sudah menyibukkan dirinya sendiri dengan berbagai macam kegiatan pada jam segini. Benar. Gadis itu tidak bisa tidur semalaman. Tidak peduli seberapa keras it telah mencoba, hasilnya tetap saja nihil. Ailisha hanya terlelap dari tengah malam hingga pukul tiga pagi. Kemudian tak sengaja bangun karena desakan ingin buang air kecil. Setelahnya ia menjadi tidak bisa tidur. Ailisha terus mengubah posisinya berkali-kali selama satu jam. Pada akhirnya, gadis itu memutuskan untuk bangun saja.Ia bangun lebih awal dari pada biasanya kali ini. Bahkan Ailisha sudah membuka matanya meskipun matahari belum keluar dari sarangnya. Saat ini ia sedang menghabiskan sarapannya di meja makan. Tentu saja sendirian. Memangnya ada siapa lagi di sini selain dirinya sendiri. Lagi pula tidak masalah sama sekali. Ia sudah terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri sejak masih kecil.Tempat ini sungguh sunyi. Seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Ailisha memang sengaja
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju ke rumah Frans. Pria itu membawa mobil ini melesat di jalan raya. Ia menyesuaikan kecepatannya agar gadis itu merasa nyaman selama perjalanan. Ailisha selalu duduk di bangku yang terletak persis di sampign pengemudi. Ia tidak ingin duduk sendirian di belakang.Pandangannya mengarah ke luar jendela. Jalanan masih cukup sunyi pada jam segini. Meski tidak sunyi-sunyi amat. Tapi, setidaknya jauh lebih lengang dari pada siang hari. Terutama ketika jam pulang dan pergi ke kantor. Semua orang akan sibuk pada jam segitu.Ailisha kembali mengalihkan pandangannya ke arah Jeri yang tengah sibuk mengemudi. Sebagai supir, ia harus fokus pada jalanan yang berada di depannya. Saat ini Jeri sedang membawa anak bosnya bersamanya. Sedikit kesalahan saja, bisa tamat riwayatnya.“Udah berapa lama kerja sama papa?” tanya Ailisha secara mendadak.Jeri tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia sedikit te
Sebelum pergi ke kantor Frans, mereka sekeluarga tengah menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Keduanya belum sempat memakan apa pun sejak tadi pagi. Setidaknya mereka perlu energi . untuk menghadapi sisa hari ini.Ailisha hanya ikut duduk di meja makan, tapi ia bahkan tidak mau memakan apa pun. Meskipun hanya makanan ringan saja. Alasananya selalu sama. Yaitu jika ia sudah sarapan sebelumnya. Jeri yang sudah bertugas sejak pagi-pagi sekali pun diaajak untuk makan bersama dengan keluarga Frans. Pria itu sebenarnya cukup baik dan ramah. Bahkan terhadap para bawahannya sekali pun.Saat ini mereka berempat tengah duduk di dalam satu meja yang sama. Lidya, Frans, Ailisha serta Jeri. Hanya Ailisha yang tidak makan di antara mereka semua. Gadis itu menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel. Kali ini dia tidak perlu cemas lagi dengan Shevandra. Pria itu tidak akan menghubunginya lagi. Ailisha sudah memblokir kontaknya kemarin. Selain itu, sepertinya ia sudah kemba
Sementara Frans dan Lidya sibuk menyambut para rekan kerjanya yang baru saja datang, gadis ini diajak berkeliling oleh Jeri. Pria itu juga banyak mengenalkannya kepada rekan-rekan kerja ayahnya yang sebagian besar memang sudah mengenal gadis ini sejak masih berusia tujuh tahun.Telapak sepatu hal tinggi Ailisha seolah tengah beradu dengan puluhan suara tapak sepatu yang beradu dengan lantai marmer. Hampir semua pria menggunakan sepatu pantofel dan dibalut dengan setelah jas formal. Sementara, para wanitanya menggunakan gaun dengan berbagai warna, namun tetap menunjukkan kesan formal. Berbeda dengan penampilan para pria yang didominasi oleh warna hitam. Kaum hawa malah menunjukkan sebaliknya. Sepertinya, mereka suka bermain dengan warna.“Mau kuambilkan minum?” tawar Jeri yang dibalas dengan gelengan dari gadis itu.“Aku tidak haus. Tapi, kalau kau mau silahkan,” balasnya sambil tersenyum tipis.Sebenarnya, Ailisha merasa sediki
Sementara Frans dan Lidya sibuk menyambut para rekan kerjanya yang baru saja datang, gadis ini diajak berkeliling oleh Jeri. Pria itu juga banyak mengenalkannya kepada rekan-rekan kerja ayahnya yang sebagian besar memang sudah mengenal gadis ini sejak masih berusia tujuh tahun.Telapak sepatu hal tinggi Ailisha seolah tengah beradu dengan puluhan suara tapak sepatu yang beradu dengan lantai marmer. Hampir semua pria menggunakan sepatu pantofel dan dibalut dengan setelah jas formal. Sementara, para wanitanya menggunakan gaun dengan berbagai warna, namun tetap menunjukkan kesan formal. Berbeda dengan penampilan para pria yang didominasi oleh warna hitam. Kaum hawa malah menunjukkan sebaliknya. Sepertinya, mereka suka bermain dengan warna.“Mau kuambilkan minum?” tawar Jeri yang dibalas dengan gelengan dari gadis itu.“Aku tidak haus. Tapi, kalau kau mau silahkan,” balasnya sambil tersenyum tipis.Sebenarnya, Ailisha merasa sediki
Kini bisa dipastikan jika semua orang yang berada di dalam ruangan itu sekarang sudah tahu jika Ailisha merupakan anak tunggal dari keluarga ini. Tentu bukan lagi sesuatu yang mengejutkan bagi sebagian besar orang yang sudah mengenal keluarga Frans sejak lama. Namun, berbeda halnya dengan Liora. Wanita itu adalah satu-satunya orang yang merasa terkejut di sini, namun berhasil disamarkan dengan permainan ekspersinya yang begitu lihai. Dia cukup pandai dalam mengatur raut wajahnya dengan sedemikian rupa.“Jadi, anak itu bukan orang sembarangan?” gumamnya.Liora sudah menyoroti Ailisha sejak tadi dari kejauhan, tanpa sepengetahuan Ailisha sama sekali. Mengingat meja mereka berada dalam jarak yang tidak dekat. Gadis itu begitu menyita perhatian Liora saat ini.“Dia tidak bisa diremehkan,” ucapnya dengan penuh penekanan.Kali ini, Liora datang bersama beberapa pengawal pribadinya dan juga karyawan di perusahaannya. Dia tidak bersama She