Ailisha berhasil lolos dari pria itu meski harus memutar jalan. Padahal jarak dari gedung fakultas seni ke fakultas pertanian lumayan jauh. Tapi, akan lebih jauh lagi jika ia harus melewati pintu keluar dari fakultas hukum.
“Kenapa dia belum pergi?” gumamnya.
“Bukannya tadi pagi dia bilang kalau mau balik ke Korea hari ini?” lanjutnya.
Seharusnya saat ini Shevandra sudah berada di bandara. Pesawatnya akan berangkat kurang dari satu jam lagi. Lantas kenapa ia masih berada di sini? Pria itu bisa ketinggalam pesawat jika masih berada di Yogyakarta pada jam segini. Perjalanan dari Yogyakarta ke hingga ke Jakarta bisa memakan waktu lebih dari tujuh jam perjalanan. Harusnya ia sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali.
“Ku kira dia sudah bersiap untuk pergi tadi pagi,” ujarnya pada dirinya sendiri.
Shevandra mengirimi gadis itu pesan pada pukul empat pagi tadi. Kelihatannya ia memang sengaja bangun lebih awal untuk member
Ailisha sampai di Jakarta tepat pada pukul sepuluh malam. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan gadis itu. Frans juga tahu jika anaknya pasti kelelahan selama perjalanan ke sini. Meskipun ia tidak menyetir, karena memang tidak bisa melakukan hal tersebut sama sekali.Pria itu menyuruh Ailisha untuk langsung istirahat saja di apartment milik gadis itu. Mereka akan memulai segalanya besok. Tenang saja, soal urusan kampus tidak perlu cemas. Frans telah mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Termasuk tugas-tugas yang akan ia kumpulkan besok. Berkat kekuasaannya, Frans bisa mengatur setiap hal dengan mudah.Begitu sampai di Jakarta, Ailisha langsung diantar oleh supirnya ke apartment atas perintah Frans. Ia bahkan belum sempat untuk bertemu dengan Ayah dan Ibunya. Sekarang hari sudah terlalu larut. Akan sulit untuk menemui mereka berdua, meski Ailisha memaksa.“Besok akan saya jemput lagi untuk mengantarkan nona ke kantor,” ujar supir
04.07Ailisha sudah menyibukkan dirinya sendiri dengan berbagai macam kegiatan pada jam segini. Benar. Gadis itu tidak bisa tidur semalaman. Tidak peduli seberapa keras it telah mencoba, hasilnya tetap saja nihil. Ailisha hanya terlelap dari tengah malam hingga pukul tiga pagi. Kemudian tak sengaja bangun karena desakan ingin buang air kecil. Setelahnya ia menjadi tidak bisa tidur. Ailisha terus mengubah posisinya berkali-kali selama satu jam. Pada akhirnya, gadis itu memutuskan untuk bangun saja.Ia bangun lebih awal dari pada biasanya kali ini. Bahkan Ailisha sudah membuka matanya meskipun matahari belum keluar dari sarangnya. Saat ini ia sedang menghabiskan sarapannya di meja makan. Tentu saja sendirian. Memangnya ada siapa lagi di sini selain dirinya sendiri. Lagi pula tidak masalah sama sekali. Ia sudah terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri sejak masih kecil.Tempat ini sungguh sunyi. Seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Ailisha memang sengaja
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju ke rumah Frans. Pria itu membawa mobil ini melesat di jalan raya. Ia menyesuaikan kecepatannya agar gadis itu merasa nyaman selama perjalanan. Ailisha selalu duduk di bangku yang terletak persis di sampign pengemudi. Ia tidak ingin duduk sendirian di belakang.Pandangannya mengarah ke luar jendela. Jalanan masih cukup sunyi pada jam segini. Meski tidak sunyi-sunyi amat. Tapi, setidaknya jauh lebih lengang dari pada siang hari. Terutama ketika jam pulang dan pergi ke kantor. Semua orang akan sibuk pada jam segitu.Ailisha kembali mengalihkan pandangannya ke arah Jeri yang tengah sibuk mengemudi. Sebagai supir, ia harus fokus pada jalanan yang berada di depannya. Saat ini Jeri sedang membawa anak bosnya bersamanya. Sedikit kesalahan saja, bisa tamat riwayatnya.“Udah berapa lama kerja sama papa?” tanya Ailisha secara mendadak.Jeri tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia sedikit te
Sebelum pergi ke kantor Frans, mereka sekeluarga tengah menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Keduanya belum sempat memakan apa pun sejak tadi pagi. Setidaknya mereka perlu energi . untuk menghadapi sisa hari ini.Ailisha hanya ikut duduk di meja makan, tapi ia bahkan tidak mau memakan apa pun. Meskipun hanya makanan ringan saja. Alasananya selalu sama. Yaitu jika ia sudah sarapan sebelumnya. Jeri yang sudah bertugas sejak pagi-pagi sekali pun diaajak untuk makan bersama dengan keluarga Frans. Pria itu sebenarnya cukup baik dan ramah. Bahkan terhadap para bawahannya sekali pun.Saat ini mereka berempat tengah duduk di dalam satu meja yang sama. Lidya, Frans, Ailisha serta Jeri. Hanya Ailisha yang tidak makan di antara mereka semua. Gadis itu menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel. Kali ini dia tidak perlu cemas lagi dengan Shevandra. Pria itu tidak akan menghubunginya lagi. Ailisha sudah memblokir kontaknya kemarin. Selain itu, sepertinya ia sudah kemba
Sementara Frans dan Lidya sibuk menyambut para rekan kerjanya yang baru saja datang, gadis ini diajak berkeliling oleh Jeri. Pria itu juga banyak mengenalkannya kepada rekan-rekan kerja ayahnya yang sebagian besar memang sudah mengenal gadis ini sejak masih berusia tujuh tahun.Telapak sepatu hal tinggi Ailisha seolah tengah beradu dengan puluhan suara tapak sepatu yang beradu dengan lantai marmer. Hampir semua pria menggunakan sepatu pantofel dan dibalut dengan setelah jas formal. Sementara, para wanitanya menggunakan gaun dengan berbagai warna, namun tetap menunjukkan kesan formal. Berbeda dengan penampilan para pria yang didominasi oleh warna hitam. Kaum hawa malah menunjukkan sebaliknya. Sepertinya, mereka suka bermain dengan warna.“Mau kuambilkan minum?” tawar Jeri yang dibalas dengan gelengan dari gadis itu.“Aku tidak haus. Tapi, kalau kau mau silahkan,” balasnya sambil tersenyum tipis.Sebenarnya, Ailisha merasa sediki
Sementara Frans dan Lidya sibuk menyambut para rekan kerjanya yang baru saja datang, gadis ini diajak berkeliling oleh Jeri. Pria itu juga banyak mengenalkannya kepada rekan-rekan kerja ayahnya yang sebagian besar memang sudah mengenal gadis ini sejak masih berusia tujuh tahun.Telapak sepatu hal tinggi Ailisha seolah tengah beradu dengan puluhan suara tapak sepatu yang beradu dengan lantai marmer. Hampir semua pria menggunakan sepatu pantofel dan dibalut dengan setelah jas formal. Sementara, para wanitanya menggunakan gaun dengan berbagai warna, namun tetap menunjukkan kesan formal. Berbeda dengan penampilan para pria yang didominasi oleh warna hitam. Kaum hawa malah menunjukkan sebaliknya. Sepertinya, mereka suka bermain dengan warna.“Mau kuambilkan minum?” tawar Jeri yang dibalas dengan gelengan dari gadis itu.“Aku tidak haus. Tapi, kalau kau mau silahkan,” balasnya sambil tersenyum tipis.Sebenarnya, Ailisha merasa sediki
Kini bisa dipastikan jika semua orang yang berada di dalam ruangan itu sekarang sudah tahu jika Ailisha merupakan anak tunggal dari keluarga ini. Tentu bukan lagi sesuatu yang mengejutkan bagi sebagian besar orang yang sudah mengenal keluarga Frans sejak lama. Namun, berbeda halnya dengan Liora. Wanita itu adalah satu-satunya orang yang merasa terkejut di sini, namun berhasil disamarkan dengan permainan ekspersinya yang begitu lihai. Dia cukup pandai dalam mengatur raut wajahnya dengan sedemikian rupa.“Jadi, anak itu bukan orang sembarangan?” gumamnya.Liora sudah menyoroti Ailisha sejak tadi dari kejauhan, tanpa sepengetahuan Ailisha sama sekali. Mengingat meja mereka berada dalam jarak yang tidak dekat. Gadis itu begitu menyita perhatian Liora saat ini.“Dia tidak bisa diremehkan,” ucapnya dengan penuh penekanan.Kali ini, Liora datang bersama beberapa pengawal pribadinya dan juga karyawan di perusahaannya. Dia tidak bersama She
06.00Hari ini Ailisha akan kembali ke Jogja. Setelah semalam ia terpaksa menunda jam tidurnya karena sibuk mempertimbangkan suatu keputusan. Tapi, gadis itu tetap tidur di bawah pukul dua belas malam. Sebenarnya bisa lebih lama lagi jika ia tidak selelah itu. Begadang bukan sesuatu yang baru lagi baginya. Ailisha sudah sering melakukan hal serupa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Namun, yang paling sering adalah karena tugas menumpuk.Karena tidur lebih awal, hari ini dia juga bangun lebih awal. Sekitar pukul enam pagi, ia telah mandi dan bersiap. Kemudian membereskan kamarnya. Meskipun hanya tinggal beberapa kali di tempat ini, dia tetap harus merapihkan semuanya sebelum kembali.“Mama sudah selesai memasak?” tanya Ailisha sembari berjalan menghampiri wanit itu ke dapur.“Baru saja selesai,” jawabnya.“Itu berarti tidak ada pekerjaan yang bisa ku lakukan lagi?” tanya gadis itu lagi.“Tentu saja
Apa yang terjadi hari ini benar-benar berada di luar ekspektasinya. Shevandra sama sekali tidak pernah mengira jika hal semacam itu akan terjadi. Mulai dari kabar Ailisha kecelakaan, hingga ia harus terpaksa tetap berada di rumah sakit sampai larut malam.Padahal sebelumnya ia berencana untuk tidak berlama-lama di sini. Sebelum matahari keluar dari sarangnya esok hari, ia harus sudah sampai di Seoul lagi. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Tidak apa-apa. Shevandra tidak akan menyalahkan Ailisha atau siapa pun itu.“Sepertinya dia datang kemari sendirian,” gumam pria itu sambil menyantap makan malamnya.Sekarang ia tengah berada di kantin rumah sakit. Shevandra tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Seperti yang sudah ia katakan beberapa saat lalu, jika dirinya akan selalu berada di sisi gadis itu. Paling tidak sampai ia sembuh dan bisa merawat dirinya sendiri.“Tapi, kenapa mendadak Ailisha datang kemari?” tanyanya.
Beruntung kondisi jalanan hari ini tidak begitu padat. Sehingga mobil pria itu bisa langsung menuju ke rumah sakit yang dimaksud dalam waktu yang lumayan cepat. Begitu sampai, Shevandra langsung menepikan mobil miliknya di parkiran rumah sakit.Dengan langkah yang tergesa-gesa, nyaris seperti berlari ia pergi ke dalam. Sementara itu Tiodora hanya bisa membuntuti langkahnya dari belakang. Bagi gadis itu akan sulit untuk menyamakan posisinya dengan Shevandra. Sebab pria itu bisa bergerak dengan begitu cepat. Langkah yang ia ciptakan panjang, berbeda dengan Tiodora.“Permisi, boleh aku tahu dimana korban kecelakaan pewasat tadi ditempatkan?” tanya Shevandra kepada salah satu perawat yang kebetula sedang lewat tepat di hadapannya.“Oh, mereka ada di bangsal sebelah kiri ini. Sisanya berada di ruang UGD karena masih belum sadarkan diri juga sampai sekarang,” jelas perawat tersebut sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.Shevandra dan Tio
Perjalanan mereka baru dimulai tepat setelah jam makan siang selesai. Kebetulan hari ini tidak ada rapat sama sekali. Selain itu pekerjaan Shevandra juga tidak banyak-banyak amat. Dia masih bisa menyelesaikannya nanti setelah urusannya di sana selesai. Pria itu sama sekali tidak berencana untuk menetap di sana selama beberapa hari ke depan. Mungkin nanti malam ia juga sudah kembali ke Seoul. Sebab, besok ada audisi tahap dua yang akan langsung ditangani olehnya.Selaku pemilik perusahaan, Shevandra berhak untuk memilih calon pekerjanya. Tentu saja hal ini berkaitan dengan kualitas serta eksistensi perusahaannya nanti. Masa depan perusahaan ini tidak hanya berada di tangan Shevandra sendiri. Juga melainkan para pekerja di depan layar.Mereka yang bekerja di belakang layar hanya memiliki potensi yang sangat kecil utuk memcemarkan nama perusahaan. Sebab, mereka tidak akan pernah disorot oleh media. Jangankan disorot. Publik saja tidak mengenal mereka. Karena memang para s
BREAKING NEWS“Sebuah pesawat dengan nomer penerbangan berikut ini telah melakukan pendaratan darurat di pesisir laut Busan. Pesawat dari Jakarta dengan tujuan Incheon tersebut terpaksa mendarat darurat karena kesalahan sistem yang masih belum diketahui sampai saat ini. Dua orang awak kabin dan satu orang penumpang dikabarkan mengalami kondisi kritis dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, penumpang lainnya hanya mengalami luka-luka biasa. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.”Shevandra masih berada di kantor saat ini. Ia bahkan sama sekali tidak berniat untuk pergi keluar dan mencari makan siang seperti yang lainnya. Padahal kalau dipikir-pikir, pekerjaannya tidak sedang menumpuk belakangan ini. Pria itu bisa saja meluangkan waktunya sebentar untuk pergi makan siang jika ia mau. Namun, pada kenyataannya Shevandra malah hanya bersantai di ruang kerjanya sembari menonton berita dari ponsel.“Sungguh ma
Turbulensi di awal penerbangan saat akan lepas landas sudah merupakan hal yang cukup biasa untuk terjadi. Meski terasa agak mengerikan pada awalnya, namun Ailisha sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Itu bukan lagi sesuatu yang baru baginya. Paling tidak, untuk sekarang Ailisha sudah mulai berhasil untuk beradaptasi.“Apa aku akan bertemu dengan Kak Shevandra di sana?” batinnya di dalam hati.Informasi terakhir yang ia dengan soal pria itu adalah kepergiannya menuju Korea Selatan. Bukan pergi. Lebih tepatnya kembali. Ada bisnis yang perlu ia urus dengan segera. Sebab sejak awal Shevandra memang sudah merintis bisnisnya di negeri ginseng itu.Yang kemarin itu hanya kunjungan bisnis. Oleh sebab itu Shevandra datang ke Indonesia. Dan kebetulan mereka bertemu. Setelah sekian tahun lamanya, Ailisha sama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari pria itu. Meskipun hanya sekedar kabar burung.“Tapi, bukankah Korea Selatan terlalu be
Butuh waktu selama kurang lebih delapan jam perjalanan jika menggunakan mobil dari Jakarta menuju Jogja. Jika Jeri baru berangkat tepat pada pukul tujuh malam tadi, maka bisa dipastikan jika pria itu sekarang pria itu sudah berhasil menempuh lebih dari setengah perjalanan.Tiga jam lagi pria itu akan sampai. Tepat pada pukul tiga dini hari. Hanya selisih satu jam saja sejak jadwal keberangkataan Ailisha dari bandara. Pria itu tidak akan tiba lebih cepat dari perkiraannya. Bahkan jika kondisi jalanan tidak ramai atau bahkan macet sama sekali.Sepertinya rencananya untuk menghindari pria itu akan berhasil kali ini. Jeri tidak akan langsung menemuinya ketika sampai. Sudah larut malam. Tentu saja ia masih memiliki etika dan sopan santun. Jeri tidak akan melakukan hal tersebut jika masih memiliki akal sehat. Lagipula ia berencana untuk langsung pergi ke hotel begitu sampai. Kemungkinan besar, besok baru Jeri akan berusaha untuk mencari Ailisha.***&
Pergerakan pria itu terlalu cepat untuk dibaca. Aaron melakukan segalanya secara tiba-tiba, tanpa ada peringatan sama sekali. Sehingga gadis itu tidak sempat melakukan apa pun untuk mencegahnya.Kedua bola mata Agatha membulat dengan sempurna, ketika ia mengetahui kalau Aaron sudah mengunci pergelangan tangannya. Mustahil untuk melarikan diri di saat seperti ini. Pria itu terlalu kuat. Dia tidak akan bisa melawannya hanya dengan tangan kosong. Agatha pasti sudah jelas akan kalah. Paling tidak ia perlu sebuah taktik sederhana di sini untuk menolong dirinya sendiri.Satu-satunya kesempatan untuk melarikan diri yang dimiliki oleh gadis ini adalah ketika Aaron lengah. Mungkin sebentar lagi. Agatha harus berhasil mengalihkan perhatian pria itu.“Apa yang kau inginkan?!” seru Agatha.Kali ini nada bicaranya terdengar jauh lebih nyaring dari pada sebelumnya.Satu detik, dua detik, tiga detik berlalu. Tidak ada jawaban sama sekali dari Aaron. B
18.00Ailisha baru saja selesai berkemas. Ia masih punya cukup banyak waktu sebelum pesawatnya berangkat pukul dua nanti. Jeri pun tampaknya belum berangkat dari Jakarta. Meskipun pada akhirnya nanti pesawat gadis itu akan transit lebih dulu di Bandara Internasioanl Soekarno-Hatta untuk bertukar pesawat, hal itu jauh lebih baik.Setidaknya jika Ailisha pergi ke Jakarta dengan jalur udara, ia tidak akan berpapasan dengan pria itu. Maka hal sebaliknya mungkin saja terjadi jika Ailisha pergi ke Jakarta melalui jalur darat. Ia tidak ingin mencari gara-gara. Pergi dari jalur darat sama saja dengan merusak rencananya sendiri. Ia tidak mau kalau sampai hal itu terjadi.Rencananya yang kali ini tidak boleh sampai gagal. Meski Ailisha sendiri merencanakannya dalam waktu yang terkesan serba mendadak. Tidak ada persiapan yang benar-benar matang. Namun meski begitu, keputusannya sudah bulat. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat. Termasuk Jeri sekali pun. Sebab, perjalanan y
Setelah punggung pria itu menghilang dari pandangannya, tepat di ujung jalanan sana, Ailisha segera berbalik badan. Awalnya ia berniat untuk segera masuk ke dalam. Tidak ada lagi alasan untuk tetap berada di sini lebih lama. Lagipula sekarang langit sudah tampak kelabu. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.Begitu sampai di dalam kamar kost, gadis itu langsung melemparkan tasnya ke sembarang arah. Tidak hanya sampai di situ saja. Ia bahkan langsung merobohkan dirinya di atas kasur, tanpa sempat mengganti pakaiannya terlebih dahulu.“Pingganggku akan patah rasanya,” keluh Ailisha.Wajar saja jika ia merasa kelelahan. Akhir-akhir ini jadwal kegiatan gadis itu memang sedang padat-padatnya. Tidak bisa dipungkiri. Lihat saja bagaimana ia harus membantu Arga dalam mempersiapkan segala keperluan acara pentas. Padahal, namanya tidak terdaftar dalam kepanitiaan sama sekali. Namun, Arga tetap memintanya secara paksa untuk berpartisipasi.Ditambah b