Ailisha sama sekali tidak habis pikir jika ia akan melihat pemandangan menjijikkan sekaligus menakutkan itu dengan mata kepalanya sendiri. Gadis itu segera kembali kepada Arga yang kebetulan sudah selesai dengan pekerjaanya saat ia datang. Jadi, mereka bisa langsung pulang. Shevandra tidak menyusul gadis itu meski ia mau. Liora mencegahnya untuk pergi. Ia bilang jika Ailisha pasti perlu waktu untuk menenangkan dirinya sendiri. Pria itu setuju dengan ucapan Liora barusan.
Saat ini Ailisha dan Arga tengah berada di salah satu sudut kota. Mereka memilih untuk makan bakso terlebih dahulu di kaki lima sebelum benar-benar kembali ke rumah. Kesibukan Arga belakangan ini berhasil membuat mereka jadi jarang menghabiskan waktu seperti biasanya.
“Lo habisin dulu makanannya baru kita pulang,” ujar Arga yang kemudian diangguki oleh gadis itu.
Entah kenapa mereka selalu membawa gadis ini ke tempat makan setiap kali keluar. Tanpa disadari, itu sama saja dengan meng
Semoga saja setelah kejadian tadi Shevandra tidak menemui gadis itu. Lagi pula Ailisha sama sekali tidak berminat untuk mendengarkan penjelasan darinya. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, karena semua sudah cukup jelas.Begitu sampai di kamar kost, ia langsung menghempaskan rubuhnya ke kasur. Tas yang ia bawa dicampakkan ke sembarang arah. Hari ini ia benar-benar kelelahan. Pinggangnya terasa nyeri karena harus duduk seharian. Ia bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Padahal tadi Ailisha berencana untuk bersantai di kamar seharian. Paling tidak untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak. Tapi, kedatangan pria itu berhasil mengacaukan semua rencananya.Sekarang ia sudah tidak ada urusan lagi dengan Shevandra. Ponselnya sudah kembali. Dan yang terpenting, acara festival kampusnya yang melibatkan pria itu sudah selesai. Tidak ada alasan lagi bagi Shevandra untuk tetap berada di kota ini. Sebentar lagi ia pasti pergi. Terlebih Shevandra tengah sibuk menguruh perusahaan
Pagi ini Ailisha mendengar kabar jika Shevandra akan kembali ke Korea Selatan. Pria itu yang mengiriminya pesan. Ia berharap agar mereka bisa bertemu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi. Tapi, seperti biasa Ailisha hanya mengacuhkan pesan tersebut. Gadis itu sama sekali tidak ingin menanggapinya lebih lanjut. Bahkan sampai sekarang saja ia masih belum menyimpan nomer pria itu di ponselnya. Padahal Shevandra sudah memintanya untuk melakukan hal tersebut sejak beberapa hari yang lalu.Sepertinya Ailisha memang benar-benar ingin memutuskan hubungannya dengan pria itu. Dia tidak mau berurusan lagi dengan Shevandra. Terlebih dirinya sempat diancam oleh Liora beberapa saat yang lalu untuk menjauhi Shevandra. Gadis ini tidak mau mengambil resiko dengan membahayakan dirinya sendiri.Untuk apa ia memikirkan nasib pria itu. Sementara nasibnya saja masih tidak jelas. Shevandra juga tidak pernah memikirkan bagaiman perasaannya sejak dulu. Pria itu selalu bersi
Ailisha berhasil lolos dari pria itu meski harus memutar jalan. Padahal jarak dari gedung fakultas seni ke fakultas pertanian lumayan jauh. Tapi, akan lebih jauh lagi jika ia harus melewati pintu keluar dari fakultas hukum.“Kenapa dia belum pergi?” gumamnya.“Bukannya tadi pagi dia bilang kalau mau balik ke Korea hari ini?” lanjutnya.Seharusnya saat ini Shevandra sudah berada di bandara. Pesawatnya akan berangkat kurang dari satu jam lagi. Lantas kenapa ia masih berada di sini? Pria itu bisa ketinggalam pesawat jika masih berada di Yogyakarta pada jam segini. Perjalanan dari Yogyakarta ke hingga ke Jakarta bisa memakan waktu lebih dari tujuh jam perjalanan. Harusnya ia sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali.“Ku kira dia sudah bersiap untuk pergi tadi pagi,” ujarnya pada dirinya sendiri.Shevandra mengirimi gadis itu pesan pada pukul empat pagi tadi. Kelihatannya ia memang sengaja bangun lebih awal untuk member
Ailisha sampai di Jakarta tepat pada pukul sepuluh malam. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan gadis itu. Frans juga tahu jika anaknya pasti kelelahan selama perjalanan ke sini. Meskipun ia tidak menyetir, karena memang tidak bisa melakukan hal tersebut sama sekali.Pria itu menyuruh Ailisha untuk langsung istirahat saja di apartment milik gadis itu. Mereka akan memulai segalanya besok. Tenang saja, soal urusan kampus tidak perlu cemas. Frans telah mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Termasuk tugas-tugas yang akan ia kumpulkan besok. Berkat kekuasaannya, Frans bisa mengatur setiap hal dengan mudah.Begitu sampai di Jakarta, Ailisha langsung diantar oleh supirnya ke apartment atas perintah Frans. Ia bahkan belum sempat untuk bertemu dengan Ayah dan Ibunya. Sekarang hari sudah terlalu larut. Akan sulit untuk menemui mereka berdua, meski Ailisha memaksa.“Besok akan saya jemput lagi untuk mengantarkan nona ke kantor,” ujar supir
04.07Ailisha sudah menyibukkan dirinya sendiri dengan berbagai macam kegiatan pada jam segini. Benar. Gadis itu tidak bisa tidur semalaman. Tidak peduli seberapa keras it telah mencoba, hasilnya tetap saja nihil. Ailisha hanya terlelap dari tengah malam hingga pukul tiga pagi. Kemudian tak sengaja bangun karena desakan ingin buang air kecil. Setelahnya ia menjadi tidak bisa tidur. Ailisha terus mengubah posisinya berkali-kali selama satu jam. Pada akhirnya, gadis itu memutuskan untuk bangun saja.Ia bangun lebih awal dari pada biasanya kali ini. Bahkan Ailisha sudah membuka matanya meskipun matahari belum keluar dari sarangnya. Saat ini ia sedang menghabiskan sarapannya di meja makan. Tentu saja sendirian. Memangnya ada siapa lagi di sini selain dirinya sendiri. Lagi pula tidak masalah sama sekali. Ia sudah terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri sejak masih kecil.Tempat ini sungguh sunyi. Seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Ailisha memang sengaja
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan menuju ke rumah Frans. Pria itu membawa mobil ini melesat di jalan raya. Ia menyesuaikan kecepatannya agar gadis itu merasa nyaman selama perjalanan. Ailisha selalu duduk di bangku yang terletak persis di sampign pengemudi. Ia tidak ingin duduk sendirian di belakang.Pandangannya mengarah ke luar jendela. Jalanan masih cukup sunyi pada jam segini. Meski tidak sunyi-sunyi amat. Tapi, setidaknya jauh lebih lengang dari pada siang hari. Terutama ketika jam pulang dan pergi ke kantor. Semua orang akan sibuk pada jam segitu.Ailisha kembali mengalihkan pandangannya ke arah Jeri yang tengah sibuk mengemudi. Sebagai supir, ia harus fokus pada jalanan yang berada di depannya. Saat ini Jeri sedang membawa anak bosnya bersamanya. Sedikit kesalahan saja, bisa tamat riwayatnya.“Udah berapa lama kerja sama papa?” tanya Ailisha secara mendadak.Jeri tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia sedikit te
Sebelum pergi ke kantor Frans, mereka sekeluarga tengah menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Keduanya belum sempat memakan apa pun sejak tadi pagi. Setidaknya mereka perlu energi . untuk menghadapi sisa hari ini.Ailisha hanya ikut duduk di meja makan, tapi ia bahkan tidak mau memakan apa pun. Meskipun hanya makanan ringan saja. Alasananya selalu sama. Yaitu jika ia sudah sarapan sebelumnya. Jeri yang sudah bertugas sejak pagi-pagi sekali pun diaajak untuk makan bersama dengan keluarga Frans. Pria itu sebenarnya cukup baik dan ramah. Bahkan terhadap para bawahannya sekali pun.Saat ini mereka berempat tengah duduk di dalam satu meja yang sama. Lidya, Frans, Ailisha serta Jeri. Hanya Ailisha yang tidak makan di antara mereka semua. Gadis itu menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel. Kali ini dia tidak perlu cemas lagi dengan Shevandra. Pria itu tidak akan menghubunginya lagi. Ailisha sudah memblokir kontaknya kemarin. Selain itu, sepertinya ia sudah kemba
Sementara Frans dan Lidya sibuk menyambut para rekan kerjanya yang baru saja datang, gadis ini diajak berkeliling oleh Jeri. Pria itu juga banyak mengenalkannya kepada rekan-rekan kerja ayahnya yang sebagian besar memang sudah mengenal gadis ini sejak masih berusia tujuh tahun.Telapak sepatu hal tinggi Ailisha seolah tengah beradu dengan puluhan suara tapak sepatu yang beradu dengan lantai marmer. Hampir semua pria menggunakan sepatu pantofel dan dibalut dengan setelah jas formal. Sementara, para wanitanya menggunakan gaun dengan berbagai warna, namun tetap menunjukkan kesan formal. Berbeda dengan penampilan para pria yang didominasi oleh warna hitam. Kaum hawa malah menunjukkan sebaliknya. Sepertinya, mereka suka bermain dengan warna.“Mau kuambilkan minum?” tawar Jeri yang dibalas dengan gelengan dari gadis itu.“Aku tidak haus. Tapi, kalau kau mau silahkan,” balasnya sambil tersenyum tipis.Sebenarnya, Ailisha merasa sediki