Sosok wanita yang baru saja turun dari mobil berwarna merah, terlihat memakai long dress berwarna hitam dengan tas jinjing yang berada di tangan kirinya. Setelah menutup pintu mobil dan mengunci otomatis mobil miliknya, wanita dengan tubuh seksi itu kini berjalan ke arah lobi hotel dan langsung menuju ke arah lift yang akan membawanya menuju ke lantai 5. Di mana kamar pria yang disuruhnya untuk memata-matai Zaara ada di sana.
"Kali ini, aku akan membuat anak sialan itu membayar mahal kesalahannya, karena membuatku hidup menderita selama 3 tahun ini. Aku akan menghabisimu, karena tidak ada yang boleh memiliki Arkan. Hanya aku yang berhak atas Arkan!" Rini mengepalkan kedua tangannya dan wajahnya terlihat penuh kemurkaan.
Begitu pintu lift terbuka, kaki jenjangnya melangkah keluar dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling pintu kamar hotel untuk mencari nomor 521. Begitu menemukan kamar yang dicarinya, ia langsung mengetuk pintu berwarna c
Suasana pagi hari dengan udara yang lebih dingin dari hari-hari sebelumnya, membuat bulu kuduk Zaara meremang saat terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia yang tadinya memeluk malaikat kecilnya di bawah selimut tebal berwarna pink. Dengan kelopak mata yang baru saja terbuka, Zaara memandang ke arah langit-langit kamar dan pikirannya kini tengah mengingat kejadian semalam.Di mana Willy membawa ponselnya dan sudah bisa dipastikan bahwa hubungannya dengan secret daddy-nya telah ketahuan. "Nanti, aku menunggu abang Willy yang membuka suara atau aku langsung mengaku padanya mengenai siapa sebenarnya daddy Arkan, ya?"Masih menimbang-nimbang keputusannya, Zaara belum juga berniat bangkit dari ranjang atau pun keluar dari kamar. Tentu saja saat ini, detak jantungnya berdebar kencang saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin akan dialaminya hari ini. Dengan mencoba mengambil napas teratur, Zaara berusaha untuk menormalkan pera
Willy mengerutkan keningnya saat melihat sosok wanita yang sama sekali tidak dikenalnya. Namun merasa aneh saat wanita dewasa yang memiliki paras lumayan cantik dan memilki badan bak gitar spanyol itu menatapnya. Willy merasa tidak suka, karena melihat sosok wanita memakai dress ketat selutut yang jelas menampilkan lekuk tubuhnya, tengah tersenyum begitu melihatnya."Anda siapa? Maaf, saya tidak bisa lama-lama di sini, karena saya harus bekerja 5 menit lagi."Rini hanya menyunggingkan senyuman tipis dan tanpa berniat memperkenalkan diri pada pria yang sangat ketus padanya. "Dasar bodoh! Apa kamu masih bisa berlagak di depanku setelah melihat istrimu mengkhianatimu," gumam Rini di dalam hati.Masih dengan tenang, Rini meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Kemudian memperlihatkan sebuah video pada pria yang terlihat sangat terkejut karena membeliakkan matanya."Kamu tidak perlu mengenalku, aku pun
Zaara saat ini menatap intens wajah tampan Arkan yang terlihat sangat jelas ada lingkaran hitam di bawah matanya. Dan menjelaskan bahwa apa yang baru saja diceritakan oleh Arkan memang benar adanya dan sama sekali tidak berbohong. Ia mengarahkan tangannya untuk meraba wajah dengan pahatan sempurna di hadapannya."Maaf, Daddy jadi seperti ini gara-gara aku. Daddy pergi meninggalkan pekerjaan di New York demi untuk menemuiku di sini. Sehingga semalam Daddy sampai kurang tidur karena bekerja semalaman. Akan tetapi, semua ini ada hikmahnya. Karena abang Willy tidak mengetahui tentang hubungan kita. Jadi, semuanya bisa baik-baik saja sampai sekarang."Arkan menahan jemari lentik yang masih berada di wajahnya dan mengecupnya dengan sangat lembut. "Seharusnya aku yang meminta maaf padamu, Sayang. Bukan malah kamu yang meminta maaf seperti ini. Aku tidak apa-apa, ini adalah hal biasa bagiku. Akan tetapi, jika kamu ingin membuatku senang, ganti serag
Zaara baru saja mengganti seragam cleaning service yang dipakainya dengan gaun berwarna biru muda yang panjangnya di bawah lutut. Kerah yang terlihat ada pita yang disimpul, serta lengan pendek yang sedikit mengembang. Sesekali ia memutar badannya di depan cermin dengan seulas senyuman terbit dari wajahnya."Jadi, selera dari daddy Arkan seperti ini. Sederhana dan tidak terbuka, tetapi sangat elegan dan membuatku terlihat sangat anggun." Zaara meraih tas miliknya yang di dalamnya ada bedak dan lipstik berwarna pink. Dengan lembut ia mengaplikasikan bedak tipis ke wajahnya dan juga memakai lipstik di bibirnya.Sesaat ia melihat riasan wajahnya yang semakin membuatnya merasa cantik. "Ini tidak menor, kan? Aku harus terlihat cantik di depan daddy Arkan, agar dia semakin mencintaiku." Menyisir rambut panjangnya yang sengaja ia biarkan tergerai sesuai dengan permintaan dari pria yang menyuruhnya untuk tidak mengikat rambutnya.
"Sebenarnya, presiden direktur di perusahaan ini adalah ayah biologis Arza." Dengan lirih, Zaara berbicara dan melihat ekspresi wajah Willy yang kini tengah mengepalkan kedua tangan dengan rahang mengeras, serta terlihat bunyi gemeretak giginya saat menahan amarah. "Abang Willy, aku akan menjelaskan semuanya padamu."Awalnya Willy menatap penuh intens wajah cantik wanita yang terlihat sangat ketakutan di depannya. Namun, begitu mendengar kalimat yang seperti petir menyambar tubuhnya, refleks ia mundur ke belakang karena merasa sangat terkejut. Dunianya seolah langsung runtuh seketika dan impiannya yang selama ini dibangunnya telah hancur berkeping-keping.Sebuah kenyataan pahit yang selama ini tidak pernah disangkanya dan semakin menghalanginya untuk mendapatkan sosok wanita yang terlihat semakin cantik karena memakai gaun indah mahal tersebut. Menegaskan bahwa kasta antara dirinya dan Zaara sangat jauh berbeda."Jadi, d
Melihat reaksi dari Zaara, Willy langsung meraih ponselnya yang telah terjatuh di lantai mengkilat berwarna putih tersebut. Karena ia merasa ada yang tidak beres hingga membuat wanita yang berstatus istrinya itu lunglai di atas lantai."Apa yang kamu katakan pada istriku, wanita ular!" teriak Willy dengan sangat murka.Suara tawa dari Rini menggema dari seberang dan menunjukkan bahwa saat ini merasa di atas angin karena berhasil menculik anak kecil berusia 2 tahun yang merupakan putra dari mantan anak tirinya."Jika kamu ingin putramu yang bernama Arza selamat, suruh dia menjauhi Arkan. Kamu harus membuatnya tidak lagi bersama dengan presiden direktur perusahaan tempatmu bekerja. Jika perlu, kamu bisa membawanya pergi jauh dari Bandung."Willy menatap ke arah Arkan yang tengah berusaha untuk menenangkan Zaara. Karena sosok wanita yang tengah bersimpuh di lantai itu kini tengah menangis tersedu-sedu s
Arkan baru saja menutup panggilannya dan berniat untuk memasukkan benda pipih tersebut ke saku celana. Namun, ada panggilan masuk dan membuatnya langsung melihat siapa yang menghubunginya. Awalnya, ia berpikir jika yang menghubungi adalah Krisna, tetapi saat melihat nomor asing, membuatnya merasa memiliki sebuah firasat buruk. Ia buru-buru menggeser tombol hijau ke atas untuk mendengar suara dari seberang.Dan seperti yang dipikirkannya, suara dari sosok wanita yang sangat dihafalnya, kini tengah berbicara di balik telepon."Arkan, apa kamu masih mengingat siapa aku?"Arkan langsung merekam suara dari Rini dengan memencet tombol rekam. Tentu saja itu akan ia gunakan sebagai bukti pada polisi. Agar memudahkannya untuk menjebloskan wanita yang pernah sangat dicintainya dahulu."Rini Andriani."Suara tawa dari seberang, bisa didengar Arkan dan ia hanya bisa m
Zaara yang sudah berjalan ke arah tempat parkir dengan berlinang bulir bening yang membasahi wajahnya, menghapus air mata yang ada di pipinya. Karena ia tidak ingin semakin larut dalam kesedihan dan ingin fokus pada putranya. "Aku harus melupakan daddy Arkan. Selama ini aku bisa hidup dengan baik tanpanya. Yang harus aku pikirkan hanyalah Arza. Sadarlah Zaara ... sadar!" Menepuk jidatnya berkali-kali untuk menyadarkan kebodohannya.Willy yang sudah tiba di parkiran, bisa melihat sosok wanita yang tengah berdiri di sebelah motornya dan sibuk memukul kepala. Ia buru-buru menahan tangan Zaara dan menatapnya tajam. "Berhenti menyalahkan dirimu, Zaara! Ini semua bukan salahmu, tetapi takdir yang telah mempermainkanmu. Jadi, jangan salahkan dirimu atas penculikan Arza. Mengerti!"Tanpa memperdulikan ancaman dari pria yang terlihat sangat murka padanya dan ia bisa melihat wajah lebam yang sudah membiru di tulang pipi itu, Zaara semakin menyalahkan
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z