Zaara yang dari tadi larut dalam bunga tidurnya, mendengar riuh suara dari para penumpang di dalam bus yang melaju tersebut. Sehingga saat ia berusaha memulihkan kesadarannya saat kelopak matanya belum terbuka, merasa aneh dengan posisi tidurnya yang seolah memeluk erat seseorang. Refleks ia langsung membuka mata untuk memastikannya dan betapa terkejut saat menyadari kebodohannya. Yakni, tidur dengan bersandar di dada bidang pria yang terlihat tengah tertidur itu. Bahkan ia menyadari tangannya yang memeluk tubuh kekar Willy tanpa menyadarinya.
Refleks Zaara memukul jidatnya berkali-kali saat menyadari kebodohannya. "Astaga, kenapa aku bisa tidur memeluknya? Memalukan sekali. Dia pasti berpikir macam-macam padaku. Atau dia tadi tertidur ya? Semoga saja begitu, jadi dia tidak tahu kalau aku tidur dengan memeluknya," lirih Zaara yang sudah menatap intens ke arah pahatan sempurna di sampingnya.
Dimulai dari hidung mancung dan bibir tebal d
Selama di dalam perjalanan menuju ke rumah mantan pelayannya, Zaara masih sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang ditakutkannya. Sehingga ia dari tadi hanya diam saja saat naik ojek online. Tanpa disadarinya, motor yang ia tumpangi sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana yang bagian depannya terlihat sangat asri karena ada banyak bunga berwarna-warni menghiasinya.Sejauh mata memandang, Zaara terlihat berbinar begitu melihat aneka bunga yang terlihat sangat indah tersebut. Bahkan ia yang sudah turun dari motor, langsung berjalan ke arah bunga berwarna-warni yang sangat disukainya. Karena dari kecil ia sangat menyukai bunga dan selalu ikut menanam bersama almarhumah ibunya. Namun, semenjak ibunya meninggal, hobi dan semua hal-hal kesukaan dan kebahagiannya seolah musnah begitu saja."Indah sekali, bunga-bunga ini," ucap Zaara yang sudah asyik menyentuh satu persatu bunga-bunga yang indah tersebut. Mulai dari bunga maw
Zaara sudah tidak mampu menopang beban tubuhnya karena efek gemetar dan seolah lemas ketika melihat hasil dari testpack yang menyatakan dirinya positif hamil ketika ada 2 garis merah di sana.Sehingga ia langsung berjongkok di sudut kamar mandi dan membenamkan wajahnya di antara kedua pahanya. Tentu saja ia langsung menangis terisak di sana. Rasa menyiksa benar-benar dirasakannya saat menangis dengan suara tertahan, agar tidak ada yang mendengar tangisannya."Kenapa hidupku selalu menderita? Apakah memang aku dilahirkan hanya untuk hidup menderita? Apa yang harus aku lakukan? Aku hamil anak dari pria yang sudah hidup berbahagia dengan wanita ular itu. Apa yang harus aku lakukan? Aku akan semakin merepotkan ibu Endang dan abang Willy. Bagaimana ini? Mungkin aku bisa menyembunyikan ini selama beberapa bulan, tetapi tidak selamanya. Karena lama-kelamaan perutku akan semakin membuncit," gumam Zaara yang masih terus terisak.
Rini mengerutkan keningnya saat melihat rasa keingintahuan dari sosok pria tampan yang sebentar lagi akan menikahinya. Rasa cemburu dirasakannya dan berhasil membangkitkan emosi yang ada di dalam jiwanya. Karena apapun yang berhubungan dengan Zaara, selalu membuatnya merasa murka dan tidak bisa membendung amarah. Tentu saja itu karena ia sangat membenci putri dari mantan suami yang tidak pernah menerima kehadirannya sebagai ibu tiri."Kenapa kamu malah menanyakan nama gadis tidak tahu diri itu, Arkan? Apa kamu merasa penasaran dengan anak tiriku?"Arkan bisa melihat kilatan amarah dari manik kecoklatan wanita yang mengarahkan tatapan kelam di depannya. "Calm down, my baby. Kenapa kamu malah marah-marah padaku? Bukankah kamu sendiri yang mulai bercerita dan membangkitkan rasa ingin tahuku? Jangan suka marah-marah, nanti kamu cepat tua."Refleks Rini yang semakin merasa kesal, langsung mengarahkan tangannya pada perut bero
Zaara menatap ke arah telapak tangan dari Willy yang ditunjukkan ke depan wajahnya. Tentu saja ia langsung merutuki kebodohannya karena membuang bekas pembungkus testpack di tempat sampah yang ada di kamar mandi."Bang Willy, itu ...."Karena merasa kebingungan untuk menjawab, membuat Zaara tidak bisa melanjutkan perkataannya. Ia merasa sangat kebingungan saat menjelaskan tentang apa yang saat ini tengah dialaminya.Willy yang pagi tadi membuang bekas alat cukur di tempat sampah, tidak sengaja indera penglihatannya melihat ke arah bungkus testpack di tempat sampah. Sehingga ia yang ingn memastikannya, meraih bungkus alat tes kehamilan tersebut dan menunggu waktu yang pas untuk berbicara dengan Zaara. Dan di saat inilah waktu yang tepat untuk membicarakannya saat Zaara sudah muntah-muntah.Willy yang daritadi menatap tajam gadis yang terlihat sangat kebingungan itu, masih ingin mendengar penjelasan da
Zaara masih terus menatap wajah tampan Willy yang terlihat tidak bermain-main dengan ucapannya. Karena terlihat sebuah keseriusan dari netra pekat dengan silinder hitam yang masih intens menatapnya. Menyadari posisinya yang sangat intim, yaitu tubuhnya masih dalam pelukan Willy, membuat Zaara refleks menjauh."Maaf Bang, aku jadi lemah seperti ini. Apa kata Abang tadi, menikahiku? Abang Willy bercanda," ujar Zaara yang sudah bangkit dari posisinya yang daritadi berjongkok dan sekarang ia sudah berdiri. Perasaannya kini tak menentu saat mendengar keputusan dari pria yang sudah dianggapnya sebagai abangnya sendiri.Willy mengikuti pergerakan dari Zaara dengan bangkit dari posisinya dan kini posisinya sejajar dengan gadis di depannya yang terlihat sangat gelisah tersebut. "Hanya inilah jalan keluarnya, Zaara. Tidak ada cara lain karena janin yang ada dalam rahimmu butuh nama ayah. Agar tidak ada yang menyebutnya anak haram."
Willy membenarkan perkataan dari sang ibu dengan sebuah anggukan kepala dan sekilas melirik ke arah sosok gadis yang saat ini tengah meremas roknya. Tentu saja ia bisa membaca kegelisahan dari Zaara yang terlihat sangat jelas seperti seorang anak yang ketakutan setelah tertangkap basah melakukan kesalahan."Zaara, kamu tidak apa-apa?""A-aku ...."Zaara menoleh ke arah wanita paruh baya di samping kanannya, "Ibu, aku butuh waktu untuk memikirkannya. Tolong, jangan hubungi papaku dulu karena aku masih belum siap. Aku mohon, Bu," lirih Zaara yang sudah menyatukan telapak tangannya dan menampilkan sorot mata penuh permohonan.Endang langsung menurunkan tangan Zaara ke bawah dan merengkuhnya ke dalam pelukannya. "Jangan seperti ini, Zaara. Ibu bisa mengerti apa yang tengah kamu rasakan. Pasti kamu takut papamu akan marah padamu, kan? Tenang saja, biar kami yang memikirkannya."
Arkan dan Krisna tengah fokus menatap ke arah benda pipih yang menampilkan video dari seorang gadis dengan rambut panjang di bawah bahu. Tentu saja suara rintihan kesakitan bisa didengar oleh indera pendengaran mereka. Sedangkan bocah berusia 3 tahun itu terus berbicara dengan menyebutkan 'atak Sara' dengan jari telunjuk yang mengarah pada ponsel tersebut.Tentu saja Arkan kini mulai mengerti apa yang dimaksud oleh Arka dan saat ia melihat sosok gadis yang sudah diperlakukan sangat kasar oleh Rini, membuatnya benar-benar tidak bisa berpikir jernih."Zaara? Dia ... adalah anak tiri yang selalu diceritakan oleh Rini dan menjadi pelampiasannya untuk membalas dendam pada Cakra Baihaqi. Jadi, Zaara adalah putri pria yang merebut kekasihku dan aku sudah memperkosa gadis malang yang sudah tidak mempunyai ibu kandung dan selalu menangis saat mengingat almarhumah ibunya. Takdir macam apa ini? Bagaimana mungkin?" batin Arkan yang langsung menole
Zaara terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamar dengan perasaan yang tidak menentu. Tentu saja saat ini yang dipikirkannya adalah mengenai perkataan dari Endang dan Willy yang akan memberitahukan pada papanya tentang kehamilannya."Bagaimana ini? Papa tidak boleh tahu mengenai kehamilanku. Bagaimana jika papa bertanya padaku tentang siapa ayah dari janin yang aku kandung ini? Aku tidak mungkin mengatakan bahwa daddy Arkan lah yang menghamiliku. Daddy Arkan ... aku bahkan tidak bisa menghilangkan panggilan sayangku padanya setelah apa yang dia lakukan. Harusnya aku membencinya," lirih Zaara yang meremas rok panjang yang dikenakannya.Semenjak ia diperkosa, penampilannya berubah total. Karena selama ini ia lebih menyukai memakai rok mini dengan atasan lengan pendek. Namun, semua itu berubah karena sekarang ia selalu memakai rok panjang dan kaos casual dengan lengan panjang. Seolah ia saat ini benar-benar menjaga tubuhnya setelah ternoda.
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z