Alana tak percaya mendengar perkataan Reynar. Bagaimana mungkin pria tersebut mengatakan kalau menyukainya. Masa baru mengenal hampir 2 minggu malah mengatakan menyukainya? Apakah laki - laki ini waras?
“Kenapa wajahmu seperti itu? Ga usah bingung dengan perkataanku."
Alana mengerjapkan matanya. “Tentu saja aku bingung, apa kamu menculikku karena menyukaiku? Apa kamu waras? Atau belum minum obat gitu?”
"Tentu saja aku waras tanpa perlu obat.”
 
Cahaya kemerah-merahan di langit menjelang fajar menyingsing. Sinar mentari masuk di sela-sela tirai jendela kamar Alana. Secara perlahan ia membuka matanya mencari seseorang yang semalam bersamanya.Namun, ia kecewa. Lelaki yang diharapkannya sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia tersenyum teringat tadi malam kalau Reynar mengatakan kalau menyukainya. Mereka tidur di atas tempat tidur dengan saling berpelukan. Rasanya indah sekali mengingat kejadian tadi malam.“Kenapa kamu pergi sih? Kalau kamu ada sama aku kan jadi beda,” ucapnya dengan suara kecewa.Alana menghela napasnya. Ia tidak seharusnya memiliki harapan t
Tangan Reynar masih terus menyentuh kedua gunung kembar Alana dengan lembut, mengecup lembut curuk lehernya membuat ia bergidik geli. Entah keberanian dari mana saat tangan Reynar turun bagian bawahnya, ia memegang tangan pria itu agar tidak menyentuh bagian sensitifnya."Tolong jangan lakukan ini," tolak Alana.Reynar hanya diam, ia menaikkan tangannya dan memeluk pinggang Alana."Tidurlah," uca
Reynar masih mendekat Alana dalam pelukannya. Mencium bibir Alana sampai menjelajahi rongga-rongga mulutnya. Membelai dan melumatnya dengan sangat mesra. Alana membalas setiap lumatan demi lumatan diberikan oleh bibir Reynar.Tanpa sadar tangan Alana menggantung di leher Reynar. Menutup matanya dan sedikit menjijitkan kakinya berusaha menyamai tinggi badan Reynar yang menjulang tinggi melebihi dirinya. Reynar mengerti kalau Alana pasti kesulitan untuk berciuman secara berdiri. Ia pun mengangkat kaki kanan Alana secara reflek Alana menggantungkan kedua kakinya di pinggul Reynar.Reynar membawa Alana dalam gendongannya sambil bibir mereka tetap saling berciuman. Tanpa ia sadari kalau secara perlahan handuk yang membalut pingguln
Wildan membelalakan matanya. Ia sangat terkejut melihat yang seharusnya tidak dilihatnya di dalam kamar tersebut. Dengan cepat ia langsung menutup mata dan membalikkan badannya.Begitu juga dengan Reynar. Ia langsung memeluk tubuh Alana agar tidak terlihat oleh Wildan, tak rela jika tubuh wanitanya dilihat oleh pria lain. Ia menjadi sangat kesal dan marah Wildan langsung saja masuk dan melihat kegiatannya yang sedang berburu gairah. Makin bertambah emosinya malah ia akan menuju puncaknya malah Wildan masuk dan berujung gagal."Keluaaaar!" bentak Reynar
Reynar bergegas ke bandara bersama Wildan. Ia sudah ada janji untuk bertemu dengan Elton yang merupakan CEO PT. Karya Perkasa yang akan bekerjasama dengan Adiwangsa Grup. PT. Karya Perkasa merupakan kontraktor untuk perumahan mewah, apartemen, kondominium, hotel serta mall yang akan dibangunnya di Bali.“Selamat siang, Pak Adiwangsa. Senang bertemu dengan Anda,” ucap Elton mengulurkan tangannya.“Selamat siang, Pak Turambi. Saya juga senang bertemu dengan Anda.” Reynar membalas uluran tangan Elton.Reynar dan Elton membicarakan tentang proyek kerjasama mereka di Bali. Reynat berniat mena
Dengan penuh keraguan Hary memutuskan untuk tidak memberitahukan kedatangan Yudi ke Villa Rose. Ia harus mencari aman untuk dirinya sendiri daripada nanti malah jadi masalah. Namun, kelegaannya hanya bersifat sementara. Tiba-tiba saja telepon genggamnya berdering. Wajah menjadi pucat saat di layar ponsel tertera nama Pak Wildan. Dengan gugup Hary menjawab telepon dari Wildan."Selamat siang Pak," sapa Hary."Bagaimana keadaan Alana? Hair stylist sudah datang?" tanya Wildan."Keadaan Nona Alana baik-baik saja Pak tidak ada masalah apapun dan ha
Dengan melawan rasa takutnya, Alana nekat pergi bersama Yudi. Namun, ia lupa kalau Anita, mamanya berada di Semarang. Bukan tempat yang dekat jika harus ke sana dan membutuhkan waktu beberapa jam sampai di sana.“Jangan khawatir aku yang mengurusi semuanya,” ucap Yudi mencoba menyakinkan Alana.“Tapi ga dekat Yudi Puncak ke Semarang,” ujar Alana ragu-ragu.“Kalau kita berangkat sore ini sampai Semarang paling jam 1 dini hari. Masih ada kesempatan untuk kamu bertemu Mamamu.”“Tapi, a
Alana berada di kamarnya tidak tenang sendiri. Ia ingin ikut bersama Yudi, tapi bagaimana dengan statusnya sendiri. Reynar sudah membuatnya seakan-akan mati.“Apa aku kabur sekalian aja ya,” ucapnya bimbang.Dalam perasaan bimbang terselip rasa kecewa dengan kelakuan Reynar. Kenapa laki-laki itu bisa melakukan perbuatan seperti itu padanya? Membuatnya seolah-olah mati.“Kalau dia cinta sama aku ga mungkin buat hidupku jadi seperti ini,” ucapnya dengan kebingungan.Dari pada terus menerus bingung ia memutusk
Pernikahan yang sudah dinantikan keluarga Adiwangsa pun akan terlaksana. Meskipun, Reynar dan Alana sudah menikah dan sudah tercatat di pemerintah, tapi baru hari inilah pesta pernikahan mereka terlaksana. Alana menatap wajahnya di depan cermin. Gaun putih gading yang dikenakannya dengan kerah sabrina yang memperlihatkan pundaknya semakin membuatnya tampak begitu cantik dan anggun. Make up nya yang bernuansa warm natural dengan polesan warna nude di bibirnya semakin membuatnya tampak mempesona. Sekarang ia bisa menunjukan dirinya di depan semua orang tanpa rasa malu lagi. “Aku harus bahagia demi anak dalam kandunganku,” ucapnya memberikan dirinya sendiri semangat. Venna dan Anita masuk ke dalam ruang make up bersama - sama. Sang mempelai wanita sudah tampil cantik dengan balutan gaun pengantin yang indah melekat di tubuhnya. "Aku sangat senang ternyata anak sahabatku menjadi menantuku," ucap Venna melirik Anita. "Aku juga bahagia, anak kita bisa bersanding di dalam ikatan cinta y
1 hari sebelum pernikahan Alana berjalan mondar mandir resah dan gelisah sendiri. Ia akan melaksanakan pesta pernikahan besok, tapi tak ada orang yang paling penting dalam hidupnya yaitu, Anita, Ibunya. Reynar yang mengambil cuti dari segala kepenatan pekerjaan kantornya sedang menikmati waktu santai, tapi istrinya yang bolak - balik di hadapannya membuatnya merasa terganggu. “Kamu kok mondar - mandir begitu. Kamu kenapa Sayang?” tanya Reynar. “Aku gelisah besok kita mau nikah,” ucal Alana. “Loh, kita kan memang sudah menikah Sayang. Besok itu baru pestanya.” “Eh, iya itu maksudku.” “Kamu bohong yaa. Ayo ngomong kamu ada apa?” Alana meremas - remas tangannya. Ia bingung harus mengatakan apa pada suaminya. “Aku kangen sama Mama,” ucapnya sedih. “Sudahlah santai - santai dulu masih siang ini,” ucap Reynar. Alana menatap Reynar tidak percaya. Kenapa suaminya sangat santai saat ia mengatakan rindu pada orang tuanya. Apakah keluarganya memang tidak berarti bagi Reynar sampai suami
Pagi ini Reynar dan Alana datang ke rumah keluarga Adiwangsa. Reynar memperhatikan Alana yang berada di sampingnya yang terlihat jelas istrinya gelisah. “Kamu kenapa?” tanya Reynar. “Aku… aku ga apa - apa kok,” jawab Alana menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. “Kamu gelisah ya.” Alana menatap Reynar. “Aku takut.” “Takut kenapa?” “Takut Papa dan Mamamu ga bisa menerimaku.” “Bukannya kamu sudah bicara di telepon sama Mama.” “Sudah sih, tapi ketemu langsung seperti ini kan beda. Hmm, Mama suka perempuan yang gimana? Apa kalem, lemah lembut, lucu, cerewet, atau apa?” Reynar menggenggam tangan Alana. “Jangan khawatirkan apapun. Kamu jadilah dirimu sendiri bukan orang lain.” “Tapi kalau jadi diri sendiri aku itu judes, cerewet, ga lemah lembut malah kadang bisa bar - bar, dan egois sih.” “Nah, itulah kamu. Kamu memang seperti itu mau gimana lagi. Yang penting bagi aku yaa jadi diri kamu sendiri. Aku aja bisa jatuh cinta sama kamu yang sudah begini.” “Iya Sayang.” Tak lama
Yudi segera kembali ke kantornya untuk mencari tahu tentang Frans dan kebetulan Joe sudah tiba di Jakarta. Selama beberapa hari ini Joe menyelidiki siapa Julia dan sekarang sudah selesai mencari tahu tentang Julia. Joe memberitahukan kalau yang semua Julia katakan adalah kebohongan. Di salah satu desa di Semarang tidak satupun orang mengenal Julia, bahkan tak pernah tahu siapa Julia. “Jadi gadis itu menipuku,” ucap Yudi sangat kesal. “Iya Tuan. Kayaknya Julia bukan gadis biasa deh meskipun penampilannya biasa saja,” ujar Joe. “Apa jangan - jangan ini ulah Benny?” Yudi langsung terikat pada Papanya. “Iya ya Tuan. Kan aneh kalau wanita incaran Tuan Benny ga dicari kalau menghilang. Bukannya Tuan bilang si Julia mau jadi istri kesekiannya Tuan Benny.” “Eh, tumben otakmu encer Joe.” “Hehehe… Tuan inilah yang dinamakan efek dari holiday. Kalau kerja sambil jalan - jalan itu semua terasa santai dan menyenangkan loh, Tuan. Coba deh sekali - sekali healing - healing biar ga spaneng Tuan
Reynar bersama dengan Yudi secepat mungkin datang ke apartemen Aira. Tadi ia diberi kabar oleh Rendi kalau Venna datang ke apartemen Aira dan Chester juga mengatakan kalau ada orang jahat ke tempat mereka. Reynar mencoba menghubungi telepon genggam Alana, tapi tidak ada jawaban. “Cepetan Wil, aku khawatir sama Mama dan Alana nih,” ucap Reynar gelisah. “Tenang Rey. Jangan terlalu tergesa - gesa,” ujar Yudi mencoba menenangkan Reynar. Tak membutuhkan waktu lama mereka tiba di apartemen Aira yang kebetulan pintunya terbuka dan mereka langsung masuk begitu saja. Reynar hanya dapat melihat Alana yang terlihat begitu tertekan. “Sayang, kamu baik - baik saja?” tanya Reynar langsung membawa Alana ke dalam dekapannya. Alana merasakan sangat lega saat kehadiran Reynar. Sudah sedari tadi ia merasa sangat tertekan pada Aira dan juga Venna. “Rey…” Venna memanggil Reynar. Reynar menoleh mendengar suara Venna. “Mama kenapa Mama di sini?” tanyanya heran. “Kamu ada hubungan apa sama Alana?” tan
Aira sama sekali tidak menyangka kalau Alana berani melawannya. Dikiranya Alana akan seperti wanita - wanita di sinetron ikan terbang menangis dan ketakutan saat diancam. Meninggalkan suaminya lalu dirinya lah yang akan menang dan berkuasa. “Biasa aja kali Aira melihat aku. Aku bukan setan atau iblis, toh kamu sudah menyerupai itu,” ucap Alana mengejek Aira. Aira sangat kesal dengan ucapan Alana. Mereka terus menerus saling beradu pendapat dan Frans yang ada di sana sama sekali tidak pernah menyangka kalau Alana bisa seperti itu. Ia seperti tidak mengenal Alana yang selalu saja lemah dan tak berdaya. Ia menatap Alana dengan kesal. Rasa cintanya berubah menjadi marah ditambah lagi Alana malah terus menerus membela Reynar. Reynar laki - laki yang sangat dibencinya malah wanita yang dicintainya menjadi buta dan tetap membela Reynar yang sudah terang - terangan memiliki anak dari wanita lain. Rencananya gagal total membuat Alana membenci Reynar dan meninggalkan pria saingannya. “Lana,
Alana sudah tidak memperdulikan apapun lagi. Ia harus segera ke unit apartemen Aira. Ia yakin semuanya hanyalah kebohongan. Reynar sangat mencintainya dan tak mungkin mengkhianatinya. Frans sangat kesal Alana akan mendatangi Aira. Ia khawatir nanti Aira malah mengatakan hal yang sebaliknya jadi memutuskan untuk mengikuti wanita yang dicintainya. Dengan penuh emosi Alana menekan bel pintu apartemen Aira. Aira yang sedang merapikan baju - baju ke koper sangat terkejut bel pintunya dibunyikan berkali - kali. Padahal ia sedang sibuk membereskan semua keperluannya untuk pergi dari keluarga Adiwangsa. “Siapa sih pencet - pencet bel berkali - kali kayak orang kesurupan begitu,” ucap Aira kesal. “Mama itu siapa?” Chester ikutan bertanya karena bunyi bel yang berkali - kali tanpa henti. “Kamu tunggu di sini ya Nak. Di dalam kamar aja ga usah keluar - keluar.” “Apa itu orang jahat Ma? Kok masih bunyi terus jadinya berisik Ma.” “Kayaknya itu orang jahat. Ini telepon genggam Mama, kalau nan
Reynar menghubungi Yudi meminta sahabatnya tersebut untuk datang ke kantornya. Meskipun, Yudi merasa heran namun ia tetap menuruti Reynar agar ia datang ke perusahaan Adiwangsa tanpa ada seorangpun yang menemaninya. “Kenapa Rey? Wajahmu kok serius amat,” ucap Yudi yang baru tiba di kantor Reynar. “Ada seseorang mengancam Aira,” ujar Reynar dengan mimik wajah serius. “Sejak kapan kamu peduli sama Aira? Biarkan saja tuh perempuan diancam malah bisa jadi kesempatanmu ‘kan.” “Bukan itu masalahnya. Kita kan sudah tau kalau anaknya Aira itu bukan anakku, tapi ternyata ada orang lain yang tau tentang si Chester. Dan dia melakukan itu semua karena suruhan orang lain.” Reynar menunjukan pesan Aira Yudi. Yudi membaca pesannya dengan serius, ia jadi yakin ada seseorang dibelakang Aira, tapi apa tujuannya?“Jadi semua yang dilakukan Aira itu ada dalangnya.” Yudi mengangguk - anggukan kepalanya. “Memang sih Aira itu pintar dan licik hampir mirip - miriplah sama Reva, tapi bukan psikopat kayak
Pagi ini bukan pagi yang menyenangkan bagi Aira. Ia gelisah sendiri harus melakukan apa. Apakah ia harus menuruti perkataan pria bertopi hitam itu atau memilih untuk pergi saja dari semuanya. Di tambah lagi sekarang Venna malah sudah berbeda tidak seperti sebelumnya. Di saat ia gelisah telepon genggamnya berdering. Nama Rendi tertera di layar membuatnya terkejut. “Ngapain si kakek tua itu telepon aku pagi - pagi begini?” ucapnya bingung. Aira bimbang harus mengangkat telepon dari Rendi atau tidak. “Angkat ga ya.” Ia terdiam sejenak lalu memutuskan untuk tidak mengangkatnya. “Biarin ajalah. Lebih baik ga angkat telepon, nanti kalau ditanya bilang aja lagi sibuk ngurus Chester,” ucapnya mencoba menenangkan dirinya sendiri. Baru sebentar saja Aira merasa lega. Telepon genggamnya kembali berdering kali ini bukan Rendi, tapi pria bertopi hitam itu kembali menghubunginya. “Waduh, mati aku. Kenapa nih orang telepon aku lagi sih,” ucapnya kesal. Aira memutuskan tidak mengangkat telepon