Ini semua terjadi begitu cepat. Masalah-masalah dalam kawanannya, dan kenyataan bahwa sahabat baiknya ternyata adalah orang yang menghancurkan hidup kekasihnya ….
Caspian masih tak percaya, bahkan saat Elora membanting pintu dan pergi dari hadapannya untuk selamanya, Caspian masih mencoba memahami semua ini. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya, Cooper bertingkah laku seperti itu. Apa yang ada di pikiran Cooper sehingga tega berlaku rendahan kepada wanita lain?
Caspian bergeming di tempat. Ia menatap kosong pada ranjang, tempat di mana Elora merebahkan diri setiap malam. Lalu, Caspian mengerling arah pintu, pecahan-pecahan vas bunga dan gelas, serta bantal dan berbagai macam benda lain yang Elora lemparkan padanya tadi, berserakan di lantai.
Sekarang, apa yang harus Caspian lakukan? Mungkin ia tak akan mengalami kerugian lain selain hatinya yang hancur berkeping-keping, jika pernikahan ini batal. Caspian hanya tinggal melanjutkan hidup, dan bersikap seo
“Tinggalkan aku sendiri.”“Tapi—“Elora memandang Javier selama beberapa detik. Tak ada minat dalam suaranya saat ia berbicara. “Aku ingin sendirian dulu.”“Setidaknya biarkan aku membantumu membereskan apartemen.”Mereka berdua menatap ke dalam apartemen. Semua masih sama seperti saat Elora meninggalkannya. Barang-barangnya berserakan di lantai, cermin pecah yang tergeletak di lorong depan kamar mandi, sofa yang tercabik. Elora menoleh ke arah pintu kaca yang menuju ke beranda, dan jantungnya tersentak ketika mengingat Caspian yang berdiri di sana seperti waktu itu. Sinar rembulan jatuh di sosoknya yang misterius.“Aku akan kembali membawa makanan,” kata Javier kemudian. Dia tahu Elora sudah tidak bisa dibujuk.“Terima kasih. Nanti malam saja kau kembali ke sini.”Javier mengangguk. Setelah meletakkan koper Elora di dekat pintu kamar, Javier pergi.E
Caspian berkendara seperti orang kesetanan setelah Elora tak kunjung menjawab panggilannya, dan ketika Caspian menelepon Javier, lelaki itu mengatakan bahwa dia meninggalkan Elora sendiri. Saat Caspian marah mendengar hal itu, Javier berkata, “Hey! Bukan aku yang berniat meninggalkannya! Dia bersikeras ingin sendiri saja!”Caspian memarkirkan mobilnya sembarangan di area parkir apartemen Elora. Ia bergegas menuju ke lantai dua dan mengetuk pintu apartemen Elora dengan terburu-buru. “Elora! Buka pintunya! Ini aku!”Tak ada jawaban. Bahkan Caspian tak mendengar ada pergerakan di dalam sana. Caspian mencoba mengetuk lagi, kali ini lebih keras. Bukannya Elora yang keluar, justru penghuni apartemen di seberang apartemen Elora yang membuka pintu. Seorang wanita tua yang berjalan menggunakan tongkat.“Dia tadi pergi bersama dengan lelaki berambut hitam,” ucapnya, setengah menggerutu. “Sebenarnya apa yang terjadi pada Elora akhi
Dingin. Gelap. Lembab. Aroma manis dan pahit yang samar.Elora membuka mata, tetapi ia tak mampu melihat apapun. Bau obat yang memabukkan masih menempel di hidungnya. Sesaat setelahnya ia baru menyadari jika seseorang telah menutup matanya dengan kain hitam.“Melihat dari caramu bergerak, sepertinya kau sudah sadar.” Suara yang familiar menyambutnya. Itu Zed. Elora bisa merasakan Zed berada di sampingnya. Napasnya menyapu pipi Elora.“Lepaskan aku,” kata Elora.Zed terkekeh. “Kenapa kau mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu? Kau pikir aku akan melepaskanmu saat kau memintanya?”Elora meronta. Mereka mengikat tubuh Elora dengan tali ke kursi. Saat Zed menelusurkan jari ke pipi Elora, Elora memberontak dan merinding jijik. “Singkirkan tanganmu dariku,” desis Elora.“Jangan membuatku kesal, El. Sebentar lagi kita akan jadi suami istri.”Elora terkesiap. “Apa kau bi
Caspian tidak tahu apakah rencana yang ia susun bersama Javier, Arapeta, Aiden, dan Hanupo bisa berjalan dengan lancar. Caspian bahkan tak yakin hal yang mereka bicarakan bersama tadi adalah sebuah rencana penyelamatan. Setelah mengetahui bahwa Zed mengkhianatinya, Caspian sudah tak bisa mengharapkan anggota kawanan Sacred Storm untuk tunduk kepadanya. Caspian tahu sebagian dari mereka menaruh simpati pada Zed.Caspian mengendarai mobil menuju ke gudang penyimpanan anggur yang sudah tidak terpakai di daerah barat. Dulu daerah itu adalah wilayah Sacred Storm, tetapi melalui negosiasi alot dengan para Alpha waktu itu, diputuskan bahwa daerah itu menjadi daerah netral sekaligus pembatas antara teritori satu kawanan dari kawanan yang lain.Caspian meninggalkan mobilnya di tepi jalan. Ia memastikan tidak ada orang di sekitar sana sebelum mengubah dirinya menjadi manusia serigala. Langit sudah mulai gelap saat Caspian menelusuri jalan di tengah hutan. Semakin lama Caspian bi
“Apa kau yakin?” tanya Cooper. Dia masih belum percaya pada teori yang Zed kemukakan. Kawanan pelindung bulan sudah lama punah, dan tak ada cukup bukti bahwa mereka memang mewarisi kekuatan Hëna. Tetapi Zed sudah melakukan banyak penelitian, menghubungkan segala kejadian, hingga dia bisa mengambil kesimpulan; masih tersisa satu manusia serigala dari kawanan itu. Dan dia adalah seorang wanita.“Tidak salah lagi,” jawab Zed.Mereka tengah duduk di balkon restoran Sacred Storm. Malam ini bulan purnama, dan karena sedang musim liburan, banyak turis yang datang ke sini, diantaranya adalah para wanita lajang. Mangsa-mangsa empuk untuk memuaskan gairah Zed. Cooper senang menemaninya karena dia mengatakan wanita itu kelihatan lucu saat sudah jatuh dalam rayuan Zed. Walaupun Cooper sering mengatakan bahwa perilaku Zed tidak bermoral, tetapi Zed tahu kalau Cooper juga menikmatinya. Melihat bagaimana para wanita tak berdaya di hadapan mereka.&
“Sisanya bisa kalian tebak,” ucap Zed. “Dia mengonfrontasiku, dan karena kami sama-sama merasa gelisah dengan rahasia kami masing-masing, kami mulai beradu mulut. Aku sengaja membawanya ke tepi hutan yang jauh dari kota. Aku merasa pembicaraan kami tidak akan berjalan lancar, jadi aku bersiap untuk kemungkinan terburuk.”“Kau—kau yang membunuh Cooper?” Caspian terkesiap.Elora tak bisa melihat Caspian saat ini, tetapi ia bisa membayangkan betapa hancurnya Caspian mengetahui satu demi satu kenyataan pahit yang terjadi di sekitarnya.Elora kira Zed akan tertawa dan mengakuinya dengan bangga. Namun, hanya ada reaksi dingin dari pertanyaan Caspian. “Apa kau tidak mendengar penjelasanku? Sahabatmu itu menjual obat-obatan!! Dan kau marah karena aku telah membunuhnya?? Kau seharusnya berterima kasih padaku!! Aku telah menyingkirkan masalah dari kawananmu!!”“Kau sudah membunuhnya! Kau membunuh Cooper da
“Hëna.”Suara Arapeta berada di ambang batas pendengaran Elora. Antara sadar dan tidak, Elora bisa melihat segala sesuatu di sekelilingnya, namun di saat bersamaan ia tak mampu merasakan kehadiran tubuhnya. Elora bagai melayang di lapisan dimensi yang lain, yang kenampakannya sama seperti dunia yang ia tahu.“Tidak,” sangkal seseorang. Napas Zed berada dekat dengan telinga Elora, membisikkan penolakan yang penuh keraguan. “Hëna tak akan sudi menemui manusia-manusia serigala rendahan seperti kalian! Dia terlalu suci untuk dipandang oleh mata yang tak tahu diri!”“Lihat siapa yang bicara,” sahut Javier. “Maksudmu, sang dewi bulan tidak sudi melihatmu kan?”Desing peluru membelah malam, dan lenguh kesakitan terlempar keluar dari bibir Javier. “Keparat.” Zed menggertakkan gigi saat tahu tembakannya hanya mengenai tepi lengan Javier.Zed kembali menarik pelatuk, tetapi pis
“Jangan bergerak,” ucap Brittany, sembari memukul dada Caspian dengan kepalan tangannya yang sekeras batu.“Aw!” Caspian mengaduh. “Brit, kau sadar kan kalau aku sedang sakit?”“Tidak. Lukamu seharusnya sudah sembuh sekarang.”“Aku masih dalam proses pemulihan.”“Omong kosong.”“Apa kau pernah ditembak dengan peluru perak??”Brittany berhenti menyanggah. Dia mengangkat bahu lalu mengerling ke arah nakas di samping ranjang Caspian. “Aku masih belum bisa menemukannya,” gumam Brittany. “Seolah dia menghilang dari dunia ini.”“Dia belum mati. Aku bisa merasakannya.”“Bagaimana kalau kau berhenti mencarinya? Ini sudah satu bulan, Cas.”“Baru satu bulan, Brit.”Brittany menghela napas panjang, lalu saat dia kembali menatap Caspian, seulas senyum tersungging di bibir merah mudany
“Apa yang sudah aku lakukan?” tanya Archer. Ia tidak terdengar takut, malah cenderung penasaran.“Tak usah pura-pura bodoh. Kami mengawasi gerak-gerikmu di North Island, dan kami tahu kedatanganmu ke sini membawa sebuah misi.”Rahang Kate terkatup rapat. Seharusnya ia mendesak Archer agar mau mengatakan yang sebenarnya tadi, sehingga Kate tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Apakah Archer tengah menyelidiki sebuah kejahatan besar yang berkaitan dengan kawanan manusia serigala?Apa mereka termasuk dalam jaringan obat-obatan terlarang yang dulu diperdagangkan oleh Cooper?Terlalu banyak kemungkinan di dalam benak Kate, hingga membuat kepalanya sakit.“Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan,” ucap Archer.Satu tembakan terdengar, disusul oleh suara sesuatu yang berat jatuh ke tanah.“Berani berboohong lagi, dan kali ini nyawa Alphamu akan melayang.”Kate mematung. Apa merek
Kate tak bisa menemukan Caspian dimanapun pagi ini. Dia tidak ada di ruang kerja, di kamar, di bagian manapun di kastil. Ia baru saja hendak menelepon Caspian, saat ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk. Itu dari Caspian.Tolong berikan dokumen yang ada di atas meja kerjaku kepada Aiden. Kau harus memberikannya pagi ini juga.Kate mengangkat satu alis dan mengerenyit. Dokumen apa yang membuat Caspian memberi perintah yang begitu mendesak? Kate pun kembali ke ruang kerja Caspian dan mengambil sebuah amplop cokelat dari atas meja kerjanya. Sebuah amplop dengan tulisan RAHASIA berwarna merah.Karena hari masih pagi dan jarak yang ditempuh tidak begitu jauh, Kate memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke tempat Aiden. Sesampainya di sana, bukannya bertemu dengan Aiden, Kate justru disambut oleh Archer di depan pintu masuk.“Aku mau bertemu Aiden.”“Ada apa?”Kate mengacungkan amplop cokelat ke hadapan Archer. “Ca
“Aku rasa aku bertemu jodohku.” Caspian melengkungkan sebelah alis mendengar kata-kata Kate. “Aku rasa?” ulang Caspian, sangsi. “Kalau kau masih ragu dan menggunakan kata ‘aku rasa’, kupikir dia bukan benar-benar jodohmu. Kau bisa langsung mengetahui jodohmu begitu kalian bertatapan mata. Seperti aku dan—“ Kate mengangkat satu tangan ke hadapan wajah Caspian, memintanya untuk berhenti. “Aku tahu.” Ia lalu menggaruk bagian belakang kepala yang tidak gatal. “Maksudku—yeah… dia jodohku.” “Tapi?” sahut Caspian. “Tapi … aku tidak tahu apakah dia merasakannya juga.” Caspian meletakkan buku yang tengah ia baca ke atas meja kerja. Dia sedang membaca jurnal peninggalan Alpha yang menyinggung soal keluarga leluhur Elora saat tiba-tiba Kate masuk ke ruang kerja dan mengatakan hal yang membuat Caspian mengernyit. “Begini saja,” kata Caspian sembari memijat pangkal hidung, “ceritakan padaku dari awal pertemuanmu dengannya.” Kate mengangkat bahu lal
Pesta tahunan manusia serigala.Menurut Amber ini adalah acara paling konyol yang diadakan oleh sekumpulan makhluk mitos terkuat di muka bumi. Sebagai keturunan langsung dari salah satu pimpinan kawanan manusia serigala terbesar di Inggris, sedari kecil ayah Amber sudah menanamkan pikiran bahwa pesta perjodohan membuat manusia serigala terlihat lemah. Romansa bukanlah hal yang cocok untuk kaum mereka.“Kau akan mengenakan pakaian seperti itu ke pesta?” Brittany menusuk Amber dengan tatapan khasnya yang sinis dan menyebalkan. “Lebih baik kau kembali ke Inggris sekarang juga dan katakan pada ibumu kalau aku tidak akan membantumu mencari pasangan.”“Kenapa aku harus punya pasangan?” protes Amber, yang lalu menoleh ke cermin panjang di sampingnya. Benda itu memantulkan sosok Amber yang pucat, dengan rambut merah keriting yang mencolok, serta sebuah sweater usang warna biru dan celana jins yang robek di bagian paha dan lutut. Oh, j
Elora bergeming saat pria yang hampir memasuki usia seratus tahun itu menjatuhkan cangkir teh dari tangannya. Itu wajar. Tidak akan ada orang yang tidak terkejut menyaksikan kehadiran tamu tak diundang di salah satu ruangan pribadi di rumah penuh penjagaan seperti ini. Lelaki ini pastilah hendak bersantai, mungkin sembari membaca buku favoritnya, menikmati masa pensiun di rumah megah yang dibangunnya dari kerja keras.“Selamat malam,” sapa Elora. Ia berusaha bersikap sopan, setidaknya mungkin itu bisa menebus kelancangannya karena sudah menerobos masuk ke rumah Alfonso. Ya, dia adalah pria kaya raya yang dulu pernah Elora kunjungi bersama Caspian dan Brittany. Secara teknis mereka belum pernah bertemu dan bercakap-cakap dengan layak, karena yang Elora temui waktu itu adalah manusia serigala yang menyamar menjadi Alfonso.Elora melepaskan diri dari dinding, setelah cukup lama bersandar di sana sembari menunggu kedatangan Alfonso.“Maaf karena ak
“Siapa kau?”“Kau tak punya hak untuk tahu.”Elora memastikan tali yang melilit seorang pria di hadapannya bersama dengan kursi yang didudukinya sudah kuat, sebelum Elora menyeret kursi pria itu melintasi ruang tamu, menuju ke luar.“Hei! Apa yang kau lakukan! Ke mana kau akan membawaku!” Pria itu berteriak, setengah marah setengah takut. “Lepaskan aku! Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan! Lepaskan aku!”Awalnya Elora tak menanggapi teriakan itu, tetapi lama kelamaan ia merasa terganggu. Walapun tak ada orang lagi dalam jarak setidaknya satu kilometer dari tempat Elora berada sekarang, dan saat ini sudah lewat tengah malam, tetap saja Elora merasa gelisah, khawatir jika ada orang yang mendengar mereka. Bagaimanapun juga, pekerjaan seperti ini tidak pernah Elora lakukan sebelumnya.Hëna lah yang menuntunnya ke rumah ini, yang berada jauh di tengah hutan, tempat di mana nyaris mustahil ada
Suasana malam di bulan Maret membawa kenangan tersendiri pada Elora. Ia memandang jernihnya langit gelap dan terangnya rembulan dari balik pepohonan lebat di hutan utara South Island. Satu tahun hampir berlalu setelah Elora berada dalam pengasingan. Hidup berpindah-pindah seperti manusia zaman dahulu. Tanpa rumah. Tanpa keluarga. Tanpa harta.Untungnya Elora sudah terbiasa. Ya, ia sempat punya keluarga, dan mendapatkan perhatian penuh dari orang yang mencintainya bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilupakan. Namun, kesendirian sudah menjadi takdir hidup Elora.Sejauh ini Hëna belum pernah menampakkan wujudnya langsung. Dia hanya muncul dalam mimpi-mimpi, di tengah tidur Elora yang selalu gelisah. Dalam dunia di bawah alam sadar itu, Elora selalu berada di tempat yang sama. Padang rumput tanpa batas, dan wanita bercahaya itu bersuara dalam bahasa yang tidak pernah Elora dengar, tetapi ia mengerti artinya.Hëna memerintahkan Elora untuk hidup layaknya pen
Sepuluh tahun kemudian ….Caspian mematut diri di depan cermin panjang yang ada di kamarnya. Hari ini merupakan hari yang sangat penting dalam hidupnya. Hari yang ia tunggu-tunggu kedatangannya selama sepuluh tahun terakhir.Caspian sengaja membuka pintu kamar, karena ia tengah menunggu kedatangan seseorang. Saat Caspian sedang membetulkan posisi jas yang melekat di tubuhnya, pintu kamar menyentak terbuka dan seseorang berlari masuk sambil berteriak.“Paman!!”“Sudah ibu bilang, panggil dia Alpha!”Satu pukulan keras terdengar, dan suara anak kecil yang berteriak kesakitan menyusul setelahnya. Caspian mengernyit, ikut merasakan sakit di kepala anak lelaki itu. “Tidak apa-apa, Kate. Dia kan keponakanku.”“Kalau aku biarkan, dia akan bersikap seenaknya padamu, Cas!”“Mama menyebalkan!” teriak Cooper, lalu dia berlari pergi meninggalkan Caspian dan Kate.Caspian te
“Elora!”Caspian berteriak memanggilnya, tetapi Elora terus berlari. Mereka memporak-porandakan salju di bawah kaki mereka, menerobos ranting-ranting kering dan menantang udara yang menggigit kulit. Elora berada dalam wujud manusia serigala, dan dia berlari lebih cepat dari pada Caspian.Caspian terus mengejarnya, tetapi yang bisa ia lihat hanyalah punggung Elora yang semakin menjauh. Sampai mereka tiba di tepi sungai yang gelap dan nyaris membeku. Elora tiba-tiba berhenti, lalu berbalik. “Jangan mendekat!” pekiknya. Caspian berhenti beberapa meter dari Elora. Paru-parunya terasa nyeri, dan lukanya berdenyut seperti jantung kedua.“Elora.” Caspian mengucapkan nama Elora dengan hati-hati, seakan namanya begitu sakral dan mengandung sihir. Satu kata itu mampu menggambarkan betapa rindu dan putus asanya Caspian. Dia berjalan mendekat, mengubah dirinya menjadi manusia lagi. Seketika, hawa dingin menyerbu Caspian, memperparah kondi