Callista yang kebingungan pun kembali tenang, suaranya terdengar sangat gembira, sunguh berbeda dari sebelumnya."Kamu belum pergi!"Jason memalingkan pandangannya ke wajah Callista yang terlihat sangat bahagia, kemudian perlahan-lahan tersenyum, "Kenapa? Kamu rindu padaku?""Ah, mana mungkin. Kamu sendiri yang mengatakan kalau kita tidak pantas melanjutkan hubungan kita."Mendengar ucapan Jason ini, membuat Callista tidak dapat melontarkan kata-kata dari mulutnya.Callista pun berkata dengan malu-malu, "Maafkan aku, Tuan Jason. Sebelumnya, aku yang tidak tahu diuntung."Jason mengeluarkan sebatang rokok dari kotak dan menaruh rokok itu di mulut, "Jadi sekarang kamu sudah mengerti?"Callista melangkah maju dan mengambil pemantik api dari tangan Jason. Callista berjalan sampai satu anak tangga lebih rendah dari posisi Jason berdiri dan langsung menyalakan rokok Jason.Postur tubuh Callista sangat jelas sedang merayu Jason. Tatapan mata Callista juga terlihat penuh perasaan."Sebelumnya,
"Aku sudah menyuruh orang secara khusus menyiapkan anggur ini. Kalau Nona Lusianti tidak meminumnya, bukankah artinya kamu sedang mempermalukan Miriam Lopez?"Lusianti melihat anggur yang ada di nampan. Belum diambil saja, Lusianti sudah bisa mencium bau alkohol yang sangat menyengat.Lusianti sudah meminum tiga gelas anggur, alkohol yang terkandung dalam tiap gelasnya semakin lama semakin banyak.Beberapa gelas anggur itu bagaikan sedang membakar perut Lusianti. Dengan segenap tenaga, Lusianti terus menahan agar tidak memuntahkan semuanya.Miriam malah ingin Lusianti minum lebih banyak lagi.Pelayan pun mendekatkan gelas anggur ke arah Lusianti. Lusianti tidak dapat menghindarinya.Lusianti memandang Miriam dan berkata, "Nona Miriam, aku benar-benar tidak bisa minum lagi."Wajah Lusianti memerah karena mabuk. Melihat tubuh Lusianti yang lemah lembut itu membuat Miriam sangat marah.Apakah mungkin dia berpenampilan seperti ini saat merayu Tuan Jason?Karena sudah diabaikan oleh Jason,
"Sunsity?"Wendry tentu pernah mendengar Sunsity. Tempat itu merupakan tempat hiburan terbesar di Kota Sakata, bagaikan surga untuk hiburan malam.Awalnya, Wendry ingin memesan hotel untuk menikmati waktu berdua. Tidak disangka, Callista malah mengajak pergi ke sana.Wendry mengerutkan keningnya, "Bukankah itu wilayah kekuasaan Tuan Jason? Kamu merupakan menantu dari Keluarga Davis, kamu tidak takut ketahuan?"Callista yang sudah menyiapkan dirinya bersandar pada Wendry, kemudian berbisik, "Bukankah itu lebih menantang?"Wendry pun terpesona dan wajahnya memerah. Wendry memeluk Callista dengan sangat erat dan mulai mencium Callista secara bertubi-tubi."Aku tidak menyangka kalau kamu begitu pandai bermain."Callista menghindari semua ciuman dari Wendry. Tatapan mata Callista menjadi dingin."Semua orang bisa berubah."Dalam perjalanan menuju Sunsity, Wendry sudah menelepon dan memesan tempat terlebih dahulu.Wendry menggunakan nama Keluarga Lopez. Wendry pun berulang kali menekankan ka
"Tsk …."Beberapa baris gantungan baju tertabrak hingga berantakan, Callista pun langsung dicengkam di lantai yang dingin.Tidak peduli seberapa keras dia berusaha melawan, ujung roknya tetap berhasil dikoyakkan."Tunggu! Kalau melakukan di sini, bisa dilihat oleh orang-orang.""Setidaknya, kita harus pindah ke ruang ganti di dalam!"Intonasi suara Callista berubah.Wendry tentu tidak memedulikannya, dia melepaskan celananya dengan buru-buru dan mulai menekan tubuh Callista.Dengan mulutnya yang najis, "Aku sudah lama ingin bercumbu denganmu, aku ingin melihat bagaimana kamu bersembunyi lagi dariku kali ini …."Perbedaan kekuatan antara mereka berdua membuat Callista tidak bisa meloloskan dirinya, seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak.Callista merasa jijik, ketakutan dan putus asa.Tiba-tiba, pintu terbuka dan ada langkah kaki yang berjalan masuk ke dalam ruangan.Seseorang berkata dengan lantang, "Kenapa gantungan baju ini berantakan sekali? Panggil pelayannya."Mendengar ada orang ya
Begitu lampu dimatikan, Wendry bergegas menuju posisi Callista berada, tetapi Wendry tidak menemukannya.Wendry pun mulai meraih secara membabi buta. Dia merasakan sentuhan rambut di punggung tangannya, tetapi terlepas sebelum dia dapat meraihnya.Karena tidak boleh mengeluarkan suara, Wendry pun menggumam di dalam tenggorokannya."Callista!"Pada saat ini, Callista sedang merangkak di lantai, lalu menuju ke belakang tempat duduk melalui rute yang sudah dia rencanakan.Mendengar suara terengah-engah dan makian di depannya, Callista pun diam-diam menuju pintu keluar yang sudah dia pantau.Namun, dia terlalu memercayai kemampuannya membaca arah. Di dalam kegelapan ini, dia tidak menuju ke arah yang dia inginkan, malah berjalan ke arah yang berlawanan.Mendengar suara bercumbu yang terus berdatangan entah dari mana membuat bulu kuduk Callista berdiri.Callista tanpa sadar melangkah mundur, punggung Callista bertabrakan dengan dada seorang pria.Di tengah kegelapan ini membuatnya merasa ti
Begitu ucapan tersebut keluar, tubuh Callista yang ada di pelukan Jason langsung menegang.Jason mengira kalau Callista akan mundur setelah mendengar penghinaan ini, tetapi tidak disangka Callista malah semakin maju.Tangan yang lembut mulai membelai dada Jason, "Apakah Tuan Jason menyukai aku yang sekarang?"Callista memang merasa malu, tetapi dibandingkan dengan rasa malu karena telah dicabuli oleh Wendry, bisa dibilang ini bukanlah apa-apa.Suasana menjadi hening selama beberapa detik.Keheningan ini membuat Callista semakin bingung.Kegelapan menghalangi penglihatannya, juga membuatnya lupa waktu.Tidak tahu sepuluh menit ini sudah berjalan berapa lama, masih tersisa berapa lama lagi.Callista hanya memikirkan kalau begitu lampu dinyalakan, dia harus menghadapi Wendry yang sudah mengawasinya, bahkan Callista harus menanggung akibat karena sudah melarikan diri.Callista merasa cemas dan gelisah.Dia takut kalau Jason akan kehilangan minat terhadapnya dan meninggalkannya.Apa yang Ca
Wendry tidak mengerti maksud dari kunjungan Jason yang mendadak ini. Wendry juga takut kalau Jason menyadari wanita yang ada di ruangan itu adalah adik ipar dari Jason.Setelah memberikan tatapan penuh peringatan pada Callista, Wendry berbalik dan tersenyum."Tuan Jason, janganlah mengolokku, aku hanya sedang beristirahat dari kesibukanku.""Benarkah?"Jason tidak memedulikan kegugupan Wendry, lalu masuk dan duduk di sofa dan mempersilakan Wendry."Silakan dilanjutkan, anggap saja aku tidak ada."Wendry benar-benar tercengang, "Aku, ini …."Jason melirik Wendry, "Keberatan?"Wendry pun tentu tidak bisa mengatakan tidak setelah tertindas seperti ini.Jangan-jangan, Tuan Jason memiliki hobi khusus, yakni suka melihat orang lain melakukan hubungan intim?Dugaan yang sangat aneh itu merupakan satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk situasi sekarang ini.Jason sudah tidak sabar menunggu, wajahnya tampak sangat marah, "Kamu tidak mengerti kataku barusan?""Ya, aku mengerti."Wendry per
"Belum mulai bermain, sudah mau pergi. Akh, sayang sekali.”Jason mengulurkan tangannya dan mengambil cambuk kulit di sofa.Melipatnya jadi dua, cambuk kulit berwarna coklat itu mengenai telapak tangannya. Suaranya tidak kuat, tetapi cukup untuk membuat Wendry gemetar ketakutan.Wendry merasakan kalau Jason tidak ingin melepaskannya begitu saja.Melihat anggur yang ada di atas meja, Wendry pun menggertakkan giginya, "Aku yang sudah merusak kesenanganmu hari ini, jadi biarkan aku menghormatimu."Minuman dengan kandungan alkohol lima puluh sampai enam puluh persen diminum oleh Wendry. Rasa terbakar muncul dari tenggorokan hingga perut, bahkan ususnya sampai keram karena tidak kuat.Begitu anggur itu habis, Jason tampak puas dan berkata dengan acuh tak acuh, "Baiklah, hari ini sampai di sini saja."Wendry menundukkan kepalanya dan pergi, begitu keluar dari kamar pribadi, Wendry bersandar di dinding dan muntah.Namun, Wendry tidak menyesalinya, setidaknya dia bisa memilih hukumannya sendir
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s