Jason sempat mengalami lupa daratan sesaat. Ketika menyadarinya, dia telah tenggelam dalam hasrat dan gairah yang begitu menggelora.Padahal jelas sekali, hanya seorang wanita biasa yang lembut, tetapi Jason malah tidak bisa melepaskannya apalagi berhenti.Sebuah perasaan yang tidak terlalu menyenangkan.Jason seharusnya menjadi seorang pengamat berdarah dingin, dia merasa yakin dirinya itu cukup tenang dan tidak tertipu dalam permainan apa pun.Siapa yang sangka Callista terlalu licik, membuat Jason tidak waspada akan hal ini dan terbawa oleh perkataan Callista yang tidak sepenuhnya benar dan hanya merupakan kebohongan semata.Satu sentuhan yang membangkitkan hasrat yang luar biasa. Bagaimanapun, Jason harus menghukum Callista yang telah membuatnya kehilangan kontrol.Callista tidak tahu kenapa Jason mendadak menjadi begitu bergairah, dia memohon dengan suaranya yang lirih sampai tidak bisa membendungnya dan berakhir pingsan dalam pelukan Jason.Ketika kesadaran Callista belum sepenu
Keesokan harinya, tepat pada siang hari.Callista pergi ke kedai kopi yang dipilih oleh Wendry.Lokasi di sini terpencil dan kamar pribadi di dalamnya juga tertutup. Ketika Callista masuk, dia melihat Wendry masih mengenakan topi dan masker.Callista meletakkan tasnya, "Tuan Wendry, kamu bekerja sebagai paparazi akhir-akhir ini?" Wendry menata sedikit letak maskernya dan berkata dengan marah, "Kalau kamu mendengar informasiku yang selanjutnya, aku yakin kamu tidak mampu bercanda tawa lagi." Callista berhenti, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Apa yang ingin kamu katakan, apakah mengenai dia akan datang ke Kota Sakata?" Wendry tertegun, "Bagaimana kamu tahu?""Tuan Jason memberitahumu?" lanjut Wendry penasaran.Callista tidak menjawab, meskipun dia dan Wendry sekarang berada di situasi yang sama, Callista tidak begitu bodoh untuk mengatakan semuanya.Kalau tidak, Callista akan dengan mudah dipegang oleh Wendry.Jadi, Callista berpura-pura menyesap kopi dalam-dalam dan bertanya lagi
Ketika Wendry mendengar ini, senyumnya langsung berubah menjadi sombong"Ya, di Keluarga Lopez, semua orang tahu Nona Susan adalah tunangan Tuan Jason."Di bawah meja, tangan Callista yang berada di lutut mengepal."Mereka memiliki hubungan yang baik?" tanya Callista langsung."Sebagai orang luar, aku kurang tahu," ucap Wendry. "Namun, Tuan Jason akan pergi ke Kota Guno setiap musim dingin untuk tinggal selama sebulan penuh. Tidak ada yang bisa mengguncang keberadaannya di sana," tambah Wendry. Satu bulan.Kedengarannya tidak lama, tetapi pekerjaan Jason seharusnya ada di Kota Sakata. Tentu saja, tidak perlu dikatakan lagi betapa sukarnya untuk bekerja saat berada di Kota Guno selama sebulan.Namun meski begitu, Jason tetap pergi.Jadi, hubungan mereka baik.Akhirnya, setelah mendapat jawabannya, Callista tidak sedikit pun merasa santai di hatinya.Wendry melihat ekspresi Callista dan berkata dengan nakal, "Jadi, begitu Tuan Jason tahu kamu adalah putri David. Akhir hidupmu, juga tid
"Keluar!"Lengan besar pria itu masuk melalui jendela yang hancur.Callista tidak bisa mengelak, dia dicengkeram pada bahunya dan ditarik keluar.Callista tertarik keluar dari mobil tempatnya berlindung dan terlempar ke tanah dengan keras."Sialan! Apa kamu pikir tidak turun, kamu masih bisa melarikan diri?"Callista berdiri dari tanah, sikunya terkelupas kulit dan darah ada di mana-mana.Beberapa orang di hadapannya ini jelas bukanlah orang yang baik. Terutama yang berdiri di depannya ini, adalah orang yang menyuruhnya untuk berputar balik.Pada saat ini, topi kerja di kepalanya telah dilepas dan memperlihatkan kepala botak mengkilatnya.Callista memaksa dirinya untuk tenang dan berkata, "Kalau kamu menginginkan uang, aku bisa memberikannya kepadamu." Pria botak itu langsung tertawa, "Nona Callista, mengira kami ini datang untuk merampok?"Nona Callista.Mendengar panggilan itu, Callista merasa sedikit lega. Karena berarti mereka mengenalnya, jadi seharusnya tidak akan menyakitinya u
Pandangan benar-benar gelap gulita.Mata tertutup oleh kain hitam dan mulut juga diselotip beberapa kali dengan lakban. Sama sekali tidak dapat melihat atau berbicara.Ketika kain hitam itu robek, Callista berusaha untuk menyesuaikan matanya yang tersengat oleh cahaya.Di tempat yang seperti gudang, tidak ada jendela dan hanya ada sebuah lampu pijar di kepala yang terasa menyilaukan."Kak Stanley, ini orangnya sudah kubawa ke sini," kata pria botak yang membawa Callista ke sini sebelumnya kepada pria kurus di ruangan itu.Nama ini mengkonfirmasi dugaan Callista sebelumnya. Orang-orang ini memang anak buahnya Kak Christian.Stanley melambaikan tangannya dan pria botak itu mundur ke samping.Stanley memandangi Callista dan berkata, "Apakah kamu tahu kenapa aku membawamu ke sini?" Suara Stanley terdengar sangat berat di gedung pabrik yang kosong ini, "Kak Chirstian yang kamu celakai sekarang menjadi cacat. Bagaimana kami semua bisa menerimanya. Hari ini, kamu harus membayarnya!"Callista
"Tuan Jason, ada di tempat ini," sahut seorang wanita yang memimpin jalan menunjuk ke gedung pabrik di depannya."Ok," ucap Jason.Jason terus berjalan dan berujar, "Terima kasih untuk hari ini, kamu pulanglah dulu." "Tuan Jason."Ellen berusaha menghentikannya dan berkata, "Hari ini kamu menolongnya, tapi akan sangat sulit menjamin anak buah Kak Christian tidak akan lagi menggunakan taktik yang sama untuk memerasmu di kemudian hari. Apakah kamu yakin ingin masuk?"Jason tersenyum, "Ya, kamu benar.""Kalau berita hari ini tersebar, orang-orang di luar pasti akan belajar taktik yang sama lagi dan berulang kembali.""Karena itulah," dengan suara yang serius dan mengandung sedikit kegembiraan, Jason berujar "Tidak ada orang di sini yang bisa keluar hari ini!" Ellen hanya mampu menarik napas berat.Padahal jelas, Ellen sedang tertawa, tetapi seluruh tubuhnya malah merasa dingin."Begitu banyak orang, kamu harus ...."Jason menghela napas dan berkata, "Jangan berpikir terlalu banyak! Aku
Mendadak keheningan menimpa seluruh gudang itu, para berandalan merasakan sebuah aura dingin yang menusuk. Tidak ada yang bisa menjelaskan hawa apa yang mereka rasakan ini.Terutama Fatso yang baru saja memukul Callista, nyalinya langsung menciut."Ah!"Jason tiba-tiba tersenyum, "Apakah ini sudah dipermainkan?""Tidak!"Tidak peduli apa latar belakang Jason, Stanley tidak berani berdebat terlalu lama dengan Jason saat ini, jadi dia dengan cepat menjelaskan."Tadi anak-anak tidak mengetahui siapa dia, lalu terjadi keributan, tapi setelah mengenalinya, mereka tidak menyentuhnya lagi."Stanley memandang Callista, "Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Nona Callista." Setelah terbebas dari bahaya, Callista juga merasa dirinya menjadi lebih baik. Dia menata dirinya kembali dan orang-orang yang membantunya tadi, segera melepaskannya.Callista berjalan ke sisi Jason, dia sudah tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain dan berdiri merangkul lengan Jason.Hanya dengan cara ini, Callista
Callista berjalan melewati tumpukan orang yang telah tergeletak tak bergerak di tanah dan menuju ke sisi Jason.Saat berjalan, Callista juga melewati Fatso itu. Kedua tangannya terikat ke belakang dan posenya terlihat menakutkan. Melihat pemandangan seperti ini, walau hati Callista merasa senang karena tak lagi terancam, tetapi ada rasa takut yang tak terlukiskan.Ketika hampir mendekati, Callista langsung ditarik oleh Jason dan sambil memeluk, Jason mencubit dagunya."Kenapa begitu lamban? Kakimu masih lemas?" sahut Jason.Setiap kali Jason menggerakkan tangannya, ada semacam gejolak panas dalam dirinya yang belum padam. Seperti serigala yang haus akan darah.Pada saat ini, tangan besar yang sedang merangkul pinggang Callista terasa cukup bertenaga. Kekuatan ini hampir meremukkan pinggangnya.Namun Callista tahu saat ini, tidak dapat menolak pelukannya. Dia khawatir kalau menolak akan berakibat buruk, tetapi kekuatan ini terasa menyesakkan dan Callista akhirnya hanya menggeliat halus
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s