Tatapan Miriam ke arah Callista segera menjadi beradu pandang, "Apa maksudmu?" Suzy takut Miriam akan salah paham, jadi dia dengan cepat menjelaskan.Akhirnya, Suzy berkata, "Callista harus berterima kasih kepada Kak Jason dan aku juga harus berterima kasih." Dengan menangkupkan kedua tangan, Suzy berterima kasih kepada Jason, "Terima kasih, Dewa rezeki, karena telah berbaik hati membelikan hadiah untuk kami." Callista mengikuti Suzy dan berkata, "Terima kasih, Tuan Jason." Seperti terperangkap dalam badai, Callista tidak bisa bersantai sedikit pun.Karena tatapan Miriam selalu tertuju padanya, seolah ingin memeriksa apakah dia ada hubungannya dengan Jason.Untuk menghilangkan kecurigaan Miriam, Callista berpura-pura dengan tenang mengambil cangkir air dan menyesapnya."Edbert suka aku menjadi sedikit lebih polos, jadi aku biasanya tidak memakai sebanyak ini. Kalau bukan karena rekomendasi dari Kak Suzy, aku tidak akan berani memakainya." Suzy menjawab sambil tersenyum, "Untuk ap
Jason tidak berbicara dan menyematkan lagi rokok ke bibirnya dengan wajah acuh tak acuh.Hati Suzy menjadi merasa bersalah dan tidak berani lagi berbicara.Suasana tiba-tiba menjadi dingin.Namun, Miriam tetap tidak peduli, dia sepertinya tidak terlalu merisaukan persoalan Susan serta kematiannya itu. Bahkan, dia merasa jengkel setiap masalah ini terungkit lagi.Callista diam-diam mengamati reaksi Jason saat suasana hening seperti ini. Dia ingin memata-matai sikapnya terhadap Susan Lopez.Namun Jason merokok tanpa bereaksi apa pun, sehingga Callista tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan pria itu.Puntung rokok ditekan di asbak dan Jason beranjak dari tempat duduknya, "Ayo, hari ini sampai di sini saja." Jason datang bersama Suzy dan Miriam yang juga ikut bangkit dari tempat duduk.Terutama Miriam, dia mengulurkan tangan untuk menarik Jason, setelah mendapat tatapan tajam dari Jason, Miriam menyerah.Miriam berkata dengan enggan, "Aku sudah lama berada di Kota Sakata dan b
Mendengar permintaan yang tidak masuk akal, wajah Callista berubah menjadi muram.Callista gemetar setengah mati karena takut ketahuan orang lain, sebaliknya Jason malah keenakan memainkan perannya dengan baik.Diam menandakan bentuk protes."Tidak mau panggil?"Jason yang berada di dalam mobil melihat ke arah kaca depan dan berkata, "Lihat ke arah kirimu."Mobil Jason kebetulan parkir tepat di belakang pilar. Tempat itu agak tersembunyi, sekilas memang terlihat kurang jelas. Akan tetapi Callista dapat melihatnya juga. Meski mobil itu terhalang oleh rerumputan dan pepohonan.Mendengar suara pintu mobil yang terbuka, Callista telah menyadari apa yang harus dia lakukan."Sampai jumpa nanti, su ... suamiku.""Pintar."Sebenarnya Jason tidak begitu ingin mendengarkan apa yang diucapkan Callista, dia hanya suka mempermainkan Callista. Jason tahu Callista sebenarnya tidak ingin melakukannya, tetapi Jason ingin melihat wajahnya yang tidak bisa menolak dan harus pasrah pada nasib.Namun dia cu
Ketika Callista hendak mengambil anggur yang baru saja disajikan, Jason langsung mencegatnya.Jason secara pribadi menuangkan segelas anggur untuk Callista, "Cobalah."Aroma anggur yang disajikan dalam gelas wine terlihat sangat ringan.Callista menyesapnya sedikit, anggurnya terasa panas di tenggorokan, tetapi perutnya menjadi lebih hangat."Bagaimana?"Jason menatapnya sambil tertawa seolah dia telah lupa akan masalah yang sebelumnya.Callista dengan jujur berkata, "Bagus, hanya sedikit pedas.""Anggur ini harus dinikmati dengan perlahan-lahan, coba dicicip lagi."Jason menuangkan kembali anggur ke dalam gelasnya.Saat Jason sedang makan, Callista mulai meminum anggur yang diberikan Jason seteguk demi seteguk secara perlahan-lahan.Seperti kata Jason, pertama kali memang terasa pedas. Lama-lama aroma anggur yang ada di dalamnya terasa keluar, rasanya sangat lembut terkadang masih meninggalkan sisa rasa pahit.Anggur tetaplah anggur, baru minum dua gelas, dia menaruh kembali gelasnya
Jason memanfaatkan situasi ini, dia membujuk Callista yang sudah mabuk berat untuk mengatakan hal yang sebenarnya.Jason bahkan tidak merasa sungkan, itu karena Callista tidak cukup waspada terhadapnya.Anggur yang disajikan Jason untuk Callista merupakan anggur khusus, jangankan orang biasa, bahkan pria yang kuat minum sekali pun tidak akan tahan hanya dalam beberapa gelas saja.Saat ini, pipi Callista memerah, lengannya berada di pundak Jason dalam keadaan lemas. Jika Jason tidak menopang pinggang Callista dengan tangannya, mungkin Callista sudah terjatuh ke lantai.Jason seperti membujuk anak kecil, sambil mengayun-ayunkan dia berkata, "Pintar. Ayo, katakan padaku? Aku akan menyayangimu."Suara wanita yang lembut dan manis seperti buah yang sudah matang berkata, "Aku takut Keluarga Lopez karena ....""Karena apa?""Karena ... karena aku takut kamu menikah dengan Miriam."Jason tertegun, lalu dia tertawa datar, "Apa yang kamu katakan?"Callista menabrakkan kepalanya ke dada Jason sam
Jason tidak menjawab, dia mencubit dagu Callista menggunakan ujung jarinya dan mengelusnya.Callista baru saja keluar dari kamar mandi, jadi kulitnya masih terasa kenyal dan licin. Begitu ditekan, dengan mudahnya jari Jason tergelincir turun.Tatapan Jason menyapu mulut Callista yang sedikit terbuka, lalu menyisiri ke atas menuju sepasang mata Callista yang kelihatannya agak gelisah.Perlahan Jason menyunggingkan mulutnya dan berkata, "Coba tebaklah."Tatapan Callista berkedip, "Jangan-jangan aku mabuk?" "Ya," kata Jason."Kamu memelukku di jalan dan memintaku jangan melepaskan, lalu menangis sesunggukan sambil memintaku untuk tidur denganmu," tutur Jason.Callista tercengang, tidak hanya merasa malu, tetapi juga lega karena dia tidak mengatakan apa-apa dan ekspresinya terkesan dilematis.Butuh waktu lama baru Callista melontarkan kata, "Benarkah?"Senyum terpancar dari mata Jason, dia mengangguk dengan serius."Aku menjejalkanmu ke dalam mobil, tapi kamu malah ingin bermain denganku
Jason sempat mengalami lupa daratan sesaat. Ketika menyadarinya, dia telah tenggelam dalam hasrat dan gairah yang begitu menggelora.Padahal jelas sekali, hanya seorang wanita biasa yang lembut, tetapi Jason malah tidak bisa melepaskannya apalagi berhenti.Sebuah perasaan yang tidak terlalu menyenangkan.Jason seharusnya menjadi seorang pengamat berdarah dingin, dia merasa yakin dirinya itu cukup tenang dan tidak tertipu dalam permainan apa pun.Siapa yang sangka Callista terlalu licik, membuat Jason tidak waspada akan hal ini dan terbawa oleh perkataan Callista yang tidak sepenuhnya benar dan hanya merupakan kebohongan semata.Satu sentuhan yang membangkitkan hasrat yang luar biasa. Bagaimanapun, Jason harus menghukum Callista yang telah membuatnya kehilangan kontrol.Callista tidak tahu kenapa Jason mendadak menjadi begitu bergairah, dia memohon dengan suaranya yang lirih sampai tidak bisa membendungnya dan berakhir pingsan dalam pelukan Jason.Ketika kesadaran Callista belum sepenu
Keesokan harinya, tepat pada siang hari.Callista pergi ke kedai kopi yang dipilih oleh Wendry.Lokasi di sini terpencil dan kamar pribadi di dalamnya juga tertutup. Ketika Callista masuk, dia melihat Wendry masih mengenakan topi dan masker.Callista meletakkan tasnya, "Tuan Wendry, kamu bekerja sebagai paparazi akhir-akhir ini?" Wendry menata sedikit letak maskernya dan berkata dengan marah, "Kalau kamu mendengar informasiku yang selanjutnya, aku yakin kamu tidak mampu bercanda tawa lagi." Callista berhenti, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Apa yang ingin kamu katakan, apakah mengenai dia akan datang ke Kota Sakata?" Wendry tertegun, "Bagaimana kamu tahu?""Tuan Jason memberitahumu?" lanjut Wendry penasaran.Callista tidak menjawab, meskipun dia dan Wendry sekarang berada di situasi yang sama, Callista tidak begitu bodoh untuk mengatakan semuanya.Kalau tidak, Callista akan dengan mudah dipegang oleh Wendry.Jadi, Callista berpura-pura menyesap kopi dalam-dalam dan bertanya lagi
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s