Doni semakin rutin mengantar dan menjemput Naya akhir-akhir ini. Bisa dikatakan Doni terserang virus pubertas kembali dan rasa bahagianya berkali-kali lipat bertambah jika sedang bersama Naya, terlebih jika melihat senyum dan tawa lepas Naya. Rama dan Bella tak menyadari kedekatan mereka karena memang mereka selalu dekat meskipun belum menjadi sepasang kekasih.
Doni menutup diri dari hingar bingar wanita semenjak merasakan sakit karena pengkhianatan enggan membuka hatinya kembali. Fokusnya hanya ingin berkarir dan tiba-tiba saja berpikir jika jodohnya adalah Naya, Doni yang melihat binar mata Naya—bayi kecil yang dibawanya pulang dari rumah sakit bersama Rama itu seolah langsung tersihir. Doni fokus pada perkembangan Naya kecil, remaja hingga kini akan menginjak dewasa.Semua momen tak pernah Doni lewatkan, tingkah maupun gaya rajukan Naya dihapalnya diluar kepala. Semua terekam jelas di kepalanya kini, jika Rama enggan mewujudkan keinginan Naya maka Naya langsung mengadu pada Doni. Naya selalu melancarkan aksi rayu-merayu pada Doni agar keinginannya bisa terwujud.Seperti halnya saat ini ketika dia akan ikut dalam perayaan ulang tahun Yuni yang akan diadakan di restoran Doni yang ada di sekitaran Jakarta Selatan. Naya sudah berulang kali meminta izin pada Rama namun tak diizinkan, Rama memberi pengertian pada sang putri jika acara tersebut pastilah ingin dinikmati hanya dengan keluarga inti. Rama khawatir dengan adanya Naya nanti akan mengganggu acara mereka.“Ayolah Pa, boleh ya Pa. Pulangnya gak malem kok, dianterin Pak Man deh kesananya.” Rayu Naya yang tetap mendapat gelengan kepala dari Rama di ruang kerjanya. “Papa pelit!” Rajuk Naya yang keluar dengan menghentakkan kakinya. Rama tak mempan dengan bujuk rayu putrinya. Rama memiliki pandangan sendiri, Rama khawatir Naya mengganggu suasana yang akan dibangun susah payah oleh Diki nantinya, karena jika Naya dan Risma sudah digabungkan, bisa dipastikan suasana bukan lagi menjadi yang diinginkan sang pemilik acara. Melainkan pemiliki acara yang mengikuti tingkah mereka.Naya keluar dari ruang kerja Rama dengan wajah tertekuk. Reina dan Reino yang melihat kedatangan Kakaknya dari ruang kerja papanya hanya saling pandang. Mereka tak berani bertanya jika Naya sudah mode garang seperti ini, hanya Bella yang berani bertanya disela acara menonton televisinya. “Ada apa Kak?” Tanya Bella yang memang seharian ini mendengar rengekan dari Naya yang ingin ikut serta dalam acara Yuni dan keluarga.“Papa gak ijinin aku, Ma. Papa pelit hiks… hikss….” Isaknya ketika suasana hatinya tidak baik. Bella yang mendengar isakan Naya jadi panik sendiri. Bella mendekat dan membawa Naya kedalam pelukannya.“Kenapa nangis hm? Ada Adek sama Abang, Kak. Nanti mereka ngejek kamu.” Bisik Bella yang tak dihiraukan oleh Naya.“Biarin, abis Papa pelit. Aku mau telepon Om Doni aja.” Ucap Naya menggebu-gebu lalu mengambil ponselnya yang ada di saku celana.“Iya tapi jangan nangis, takutnya Mas Doni panik denger kamu nangis Kak.” Ucap Bella yang ikut menghapus air mata Naya.“Halo Om hiks…” Ucapnya ketika panggilannya diterima oleh Doni.“Loh kok nangis? Ada apa sayang? Om kesana sekarang ya.” Ucap Doni panik mendengar isakan lirih Naya.“Jangan hiks…. Jangan kesini Om.” Cegah Naya yang membuat Doni bingung.“Terus kenapa kamu nangis? Ada apa Yang?”“Aku mau ikutan diacaranya Tante Yuni, tapi sama Papa gak boleh Om huaa…” Tangis Naya kembali pecah yang membuat Bella kembali menghela napasnya dalam.“Udah dong Kak, kenapa janji sensitif banget sih. Sabar dong kamunya, nanti Mama bantuin ngomong ke Papa ya.” Bujuk Bella yang akhirnya meredakan tangisan Naya.“Acaranya kapan sih sayang? Kenapa mewek ih, nanti pergi kesana sama Om ya.” Naya akhirnya benar-benar menghentikan tangisnya setelah mendengar ucapan Doni.“Bener ya Om?” Tanya Naya memastikan.“Iya besok Om jemput abis maghrib berangkat ya.”“Jangan Om! Pulang kerja langsung ke sini aja ya.” Tawar Naya yang diiyakan oleh Doni.Panggilannya dengan Doni terpaksa diakhiri ketika melihat Rama yang berjalan mendekat ke arahnya. Naya membuang wajah kesembarang arah, merajuk adalah andalannya agar Rama luluh dan mengizinkannya. Namun Rama malah mendekati putra putri kembarnya dan asik bersenda gurau dengan mereka. Naya yang moodnya memang kurang baik langsung beranjak menuju kamarnya.“Mas…” Panggil Bella setelah Naya menaiki undakan tangga.“Hm, iya kenapa Yang?” Tanya Rama yang memisahkan diri dari si kembar.“Naya—”“Kalau masalah itu Mas gak ijinin, jangan ganggu acara keluarga orang kalau kita gak diundang Yang. Mas gak mau Naya ganggu acara yang memang udah dirancang susah payah sama Pak Diki dan Risma. Kamu tau sendiri kan Naya sama Risma kalo udah disatuin kayak apa, bisa-bisa bukannya acara kejutan malah jadi acara lawak.” Bella setuju dengan ucapan suaminya, namun dia juga merasa iba ketika melihat tangis Naya tadi.“Tapi tadi Naya nangis Mas, kasihan.” Rama menggeleng tetap tak mengizinkan.“Enggak Yang, paling nangis drama itu mah.”“Mas!” Suara Bella naik satu oktaf karena kesal, namun setelahnya menutup mulut dengan tangan karena kelepasan. Disamping itu masih ada si kembar diantara mereka. Bella akhirnya memilih tidak melanjutkan perdebatan mereka. “Dek, Bang, udah malem. Waktunya bobok, biar besok gak kesiangan sekolahnya. Yuk ke kamar sama Mama.” Ajak Bella pada dua anak kembarnya.Reina dan Reino yang sempat mendengar lengkingan suara Bella langsung menurut tanpa suara, mereka mengekor di belakang Bella. Rama masih tertinggal di ruang keluarga, masih tetap dengan pendiriannya. Enggan mengizinkan Naya apapun alasannya, tapi jika esok hari Naya dan Doni bersatu entah apa yang akan Rama katakan untuk mencegah kepergian mereka.[Don besok kita meeting sama Pak Robert mulainya jam 7 malem. Lu siapin berkasnya besok pagi atau sore ya.] Pesan Rama yang ditujukan untuk Doni, Rama hanya mengada-ngada tentang ini. Pak Robert sendiri adalah kliennya yang akan melaksanakan meeting dengan Rama pada lusa. Rama sangat tahu jika Rama sudah tidak mengizinkan, pastilah ada sosok ibu peri dari dalam diri Doni yang mewujudkan keinginan Naya.Rama akan membuat Doni sibuk seharian besok, Rama lalu menghubungi Yuda untuk memberi kabar Pak Robert jika besok malam akan diajak makan malam bersamanya dan Doni.“Baik Pak, saya akan hubungi sekretaris Pak Robert dulu. Nanti saya beri informasi lanjutannya.” Ucap Yuda sebelum panggilannya diputus oleh Rama.Setelah menunggu beberapa menit, ternyata usaha Rama kali ini harus kandas oleh pesan yang dikirimkan oleh Yuda yang mengatakan bahwa Pak Robert besok malam tidak bisa menerima undangan makan malam dari Rama.“Dunia seolah emang lagi memihak Naya sama Doni nih, gue harus puter otak biar mereka gak keluar besok malem. Kasihan Pak Diki kalo acaranya berantakan karena ulah anak gue.” Monolog Rama lalu bersandar di punggung sofa.“Mas! Mau tidur di dalem apa di luar?” Tanya Bella setelah keluar dari kamar si kembar.Teriakan melengking Bella langsung membuat Rama beranjak dan menaiki undakan tangga dengan tergesa. “Mas datang sayang…” Jawab Rama mendayu.Doni sengaja pagi-pagi sudah tiba di rumah Rama untuk meminta penjelasan perihal acara rapat dengan Pak Robert. Sedari semalam Doni tak bisa tidur karena sudah berjanji dengan Naya untuk ikut serta merayakan ulang tahun Yuni. Doni memang menuruti keinginan Naya, namun dia juga memperhitungkan banyak hal, yang ada di kepala Doni adalah mereka bisa datang kesana, memantau keadaan dari kejauhan dan jika keadaan memang bisa dimasuki oleh Naya dan Doni maka Doni akan ikut serta didalamnya. “Pagi…..” Sapa Doni riang ketika memasuki rumah Rama. “Pagi Om, kesayangan aku dateng. Pagi banget Om?” Tanya Reina langsung menghambur memeluk Doni. “Iya Om ke sini pagi-pagi karena ada perlu sama Papa.” Ucap Doni lalu menatap tajam Rama yang kini tertunduk lesu di tempatnya. “Gendong Om.” Rengek Reina dengan merentangkan tangannya untuk segera disambut oleh Doni. “Adek, Om ada perlu sama Papa.” Tegur Reino yang tidak suka jika Reina selalu bermanja dengan Doni. “Bilang aja iri. Iri bilang bos.” C
“Naya udah berangkat kayaknya Kak Risma.” Jawab Bella meredupkan senyum ceria Risma.“Kok udah berangkat Mbak? Naya marah sama aku ya?” Tanya Risma menatap sendu Bella.“Mungkin pagi ini jadwalnya si Kakak piket Kak Risma.” Ucap Bella menenangkan Risma.“Perasaan gak ada kelas pagi banget deh Mbak.” Ucap Risma yang memang mengikuti aturan rumah Rama dengan memanggil mereka dengan bahasa yang sudah terpaten. Bella sebelumnya sudah berpesan pada Risma dan Naya untuk berbahasa yang baik dan sopan ketika ada adiknya. Tidak dengan bahasa keseharian mereka yang ‘gue lu’ dan memanggil langsung nama jika sedang berada di rumah. Risma selalu memanggil Naya dengan embel-embel ‘kak’, sama halnya dengan Naya yang juga memanggil Risma dengan embel-embel ‘kak’ didepan nama Risma.“Iya kah? Maaf Mbak juga gak tau soalnya.” Bohong, Bella bohong. Karena sebenarnya Bella sangat mengetahui semua aktifitas Naya.Bella berjalan ke arah Risma untuk memberi penjelasan, agar Risma nantinya tidak berselisih
"Kamu belum jawab pertanyaan Om. Kenapa berangkatnya pagi banget?" Doni mengulang pertanyaannya dan membuat Naya menghentikan kunyahannya."Aku ada kelas pagi Om." Jawab Naya asal lalu mengalihkan pandangannya dari wajah Doni."Kelas pagi? Kalau memang ada kelas pagi, lalu si Risma mana? Biasanya kalian itu satu paket. Apapun jadwalnya selalu bareng-bareng. Kamu gak usah bohong sama Om, gak ada bakat sayang!" Naya menoleh menatap Doni yang kini terlihat serius."Om udah sarapan?" Tanya Naya mencoba mengalihkan topik pembicaraan."Sayang.... Kenapa mengalihkan pembicaraan sih?" Doni gemas lalu mengacak rambut Naya dan mencubit hidungnya."Apa sih Om? Perasaan biasa aja. Bohong apa sih aku?" Doni merotasikan bola matanya jengah. Bisa-bisanya Naya bilang biasa saja, orang serumah heboh mencarinya. Tapi dia malah asik melamun di kelas."Kamu tau gimana hebohnya keadaan rumah tadi pagi? Kamu tau gimana khawatirnya Bella saat kamu gak turun-turun dari kamar buat sarapan?" Tanya Doni lirih a
Doni kembali menuju kantornya setelah berhasil menemukan dimana Naya, dan memastikan bahwa Naya sudah sarapan pagi ini. Setibanya Doni di kantor, Rama menatapnya dengan air wajah yang tidak bisa diartikan oleh Doni.Tatapan Rama seolah ingin bertanya bagaimana keadaan Naya meskipun sudah diberitahu melalui pesan singkat yang dikirimkan oleh Doni. Disisi lain tatapan Rama seolah sengit mengintimidasinya penuh kebencian. Entahlah Doni sukar menguraikannya.Doni duduk di kursi kebesarannya tanpa mempedulikan Rama. Dia menyalakan komputernya dan memulai aktifitasnya. Tak berselang lama Yuda masuk kedalam ruangan untuk memberitahukan jadwal mereka, Rama dan Doni hari ini."Jadwal meeting sama Pak Robert?" Tanya Doni setelah Yuda selesai membacakan agenda hari itu."Pak Robert berhalangan hadir Pak. Karena beliau juga sedang ada acara keluarga nanti malam." Doni tersenyum penuh kemenangan lalu menatap Rama seolah mengolok. "Maaf Pak ada yang ditanyakan kembali perihal agenda hari ini?" Doni
Setelah perdebatan mandi bersama akhirnya mereka benar-benar mandi di kamar masing-masing. Rama dan Bella sudah rapi lebih dulu dan turun dari lantai atas menuju ruang keluarga. Doni juga terlihat rapi dengan balutan kemeja yang digulung sampai siku. Jangan lupakan rambut klimisnya."Mau kemana Don?" Pertanyaan Rama enggan dijawab oleh Doni. Rama menoleh sejenak untuk memperhatikan suasana hati istrinya. Karena setelah perdebatan mandi bersama tadi hanya Bella yang dapat melerai mereka. "Don... Mau kemana?" Tanya Rama lagi yang hanya dijawab melalui tatapan mata."Udah dong jangan mulai lagi, udah mau maghrib." Lerai Bella dengan wajah lelahnya."Kesayangan aku.... Aduh ganteng banget lagi. Makin sayang deh." Ucap Reina dengan genitnya. Reino hanya menggelengkan kepalanya, untuk reaksi Rama jangan ditanya jika anak-anak perempuannya lebih dekat dengan Doni, pastilah jiwa iri dengkinya mulai kambuh."Adek sini sama Papa." Ucap Rama sambil menepuk pahanya agar Reina mendekat dan dipangk
Naya keluar dari Musholla dengan perasaan yang mengganjal. Ingin menanyakan lebih lanjut kepada Rama, namun dia urungkan karena tak ingin merusak suasana hati papanya. Bella yang berjalan beriringan dengannya hanya melirik Naya dari sudut matanya. Dalam hati Bella hanya bisa terkekeh melihat perubahan air wajah Naya."Maafkan Mama, Nak. Ini semua ide gila Papamu." Batin Bella ketika makin lama langkah Naya makin menghentakkan kaki."Kak.... Kamu kalau mau pergi sama Mas Doni, gak apa-apa pergi aja. Nanti biar Mama yang bilang ke Papa." Ucap Bella ketika melihat Naya yang kini menatap malas 2 laki-laki yang sedang sibuk dengan mobilnya."Gak usah Ma, biar aku sama Om Doni ikut kemana Papa sama Mama pergi aja." Naya memaksakan senyumnya, Bella dapat merasakan itu. Bella tak sampai hati jika membuat putrinya sedih seperti ini. "Tapi gak boleh cemberut, oke?" Bella menoel pipi Naya."Sayang ayo naik, Om udah siap." Panggil Doni dengan melambaikan tangannya. Merasa tak ada respon, Doni ak
Mereka kembali melanjutkan acara makan malamnya. Naya tak melepaskan tatapannya pada keluarga Risma ketika mengunyah. Rama yang melihat tatapan Naya mengarah pada keluarga Risma hanya menggelengkan kepalanya. Bukan hanya Naya yang melempar tatapan, tapi Risma juga demikian. Seolah tatapan mereka sama-sama menginginkan kebersamaan."Pa..." Panggil Naya takut-takut ketika mereka bersirobok pandang."Hm" Rama membalasnya hanya dengan deheman."Aku boleh....""Selesaikan makanmu dulu Nak, baru nanti gabung ke sana." Ucap Rama memotong ucapan Naya."Oke siap." Ucap Naya dengan senyum yang terkembang. Tangannya dengan cepat mengangsurkan makanan ke dalam mulut agar segera habis."Pelan-pelan aja atau Papa tarik ijinnya." Naya langsung melambatkan tempo mengangsurkan makanannya dan kembali menatap meja keluarga Risma."Sayang...." Panggil Doni, karena sedari tadi Naya tak mengalihkan pandangan ke arah dirinya. Naya hanya meliriknya sekilas. Naya masih menyimpan banyak pertanyaan yang akan dia
"Sudah kok Pak, Alhamdulillah. Ini Bapak lagi gak sibuk atau gimana?" Tanya Diki yang tahu akan kesibukan Rama."Kebetulan sedang longgar Pak Diki, mari silakan duduk." Ucap Rama mempersilakan Diki duduk. Mereka berjalan dengan susunan Doni memimpin jalan diapit oleh Reina dan Reino, setelahnya ada Bella dan Yuni yang kini asik bersenda gurau. Untuk Naya dan Risma tepat di depan Rama dan Diki yang ada dipaling belakang. "Om Doni mukanya kok ditekuk, ada apa Nay?" Tanya Risma yang peka dengan keadaan sekitar."Gak apa-apa kok. Perasaan lu aja kali." Elak Naya dengan wajah risaunya."Gak bakat bohong, gak usah bohong!" Risma kemudian duduk tepat di samping Doni, karena Reina duduk di pangkuan Doni. "Om ada masalah?" Bisik Risma karena khawatir didengar oleh Reina yang posesifnya naudzubillah jika dengan Doni."Enggak kok, masalah apa?" Risma hanya menggelengkan kepalanya mendengar itu. Tidak Doni, tidak Naya, keduanya sama-sama tidak pandai berbohong. Mereka sama-sama terlihat risau ke
Naya yang baru pulang dari kampus langsung membanting pintu kamarnya hingga menimbulkan suara bising. Bella yang mendengar itu terjengkit kaget dan mencari sumber suara. “Suara apa itu tadi?” Si kembar yang mendengar gumaman ibunya langsung menaikkan bahu mereka. “Gak tau Ma, kita liat yok bareng-bareng.” Ajak Reino yang sudah berdiri dan menggandeng tangan Bella. “Aku takut Bang.” Ucap Reina yang memang sangat takut mendengar suara-suara yang tak seperti biasanya. “Tenang ada Abang.” Ucap Reino seolah bisa mengatasi itu semua, karena Rama selalu berpesan jika Reino sebagai laki-laki harus melindungi perempuan-perempuan yang berada di rumah. “Abang aja kecil mana bisa diandelin.” Bella menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan mereka berdua. “Udah-udah ayo kita liat bareng-bareng aja.” Lerai Bella yang disetujui oleh kedua anaknya. Mereka keluar dari kamar utama Bella dan Rama dan menatap sekeliling, Reina dan Reino menoleh ke sebelah kiri. Bella menoleh ke sebelah kanan dan
“Lu kenapa dah Nay? Perasaan abis liburan kenapa jadi manyun begitu?” Tanya Risma yang tidak mengetahui permasalahan Naya. “Lu makanya ikut kalo diajak tuh, gue pusing Ris, pusing~” ucapnya mendayu yang membuat Risma terbahak. Kemarin memang Risma tidak ikut serta ketika Naya, kakek dan neneknya pergi ke Bogor karena menemani Yuni—ibunya Risma sakit. “Pusing apa nyanyi lu? Kocak dasar. Ada apaan? Lu gak cerita.” Naya hanya memutar bola matanya jengah mendengar serentetan pertanyaan dari Risma. “Panjang ceritanya Ris, intinya gue disuruh nikah sama Akung sama Uti.” Risma langsung ternganga lebar mendengar ucapan Naya. “Yang bener aja kenapa sih Nay, jangan bercanda. Lagian Akung sama Uti kenapa jadi frontal begini? Terus lu udah bilang sama Om Doni belum?” Naya hanya mengangguk lemas mendengar pertanyaan Risma. “Terus reaksi Om Doni apa? Masa iya Om Doni diem aja.” Sungut Risma yang ikut gemas dengan kisah cinta sahabatnya itu. “Om Doni mah terserah gue katanya.” Ucap Naya yang me
“Yang penting sama kamu nikahnya Om ikhlas.” Ucap Doni sambil menaik turunkan alisnya.“Kalau aku gak mau?” Tanya Naya menggoda Doni.“Ya Om paksa, enak aja udah ditungguin sampek tua masa iya gak mau nikah sama Om.” Ucap Doni sambil mengedipkan sebelah matanya.“Ngeri amat Om maksa-maksa, mau dong dipaksa-paksa.” Ucapnya lalu terbahak heboh yang membuat Doni menggelengkan kepalanya.TokTok“Kak, udah ada Akung sama Uti tuh di luar. Kamu mau keluar kapan?” Ucap Bella setelah mengetuk pintu kamar Naya.“Iya Ma, ini mau keluar kok.” Jawab Naya lalu mulai beranjak dan mengapit lengan Doni agar keluar bersama.“Oke kalau begitu Mama tinggal ke bawah duluan ya.”“Iya Ma.” Naya lalu mendongak menatap Doni seolah meminta persetujuan untuk pergi hari ini. “Om~” Doni yang mengerti maksud Naya langsung mengangguk.&l
“Jadi Kak mau jalan-jalan sama Akungnya?” Tanya Rama ketika melihat putrinya yang sudah bersiap akan berangkat bersama kakek dan neneknya. Naya tetap berangkat ke Bogor untuk memikirkan semuanya, tak ada jawaban untuk permintaan Dimas semalam. Pikirannya sedang kalut karena penjelasan Doni lalu ditambah dengan permintaan dan restu dari kakek dan neneknya.“Jadi Pa, paling minggu pagi udah sampek rumah lagi kok. Aku sedikit pusing pengen hirup udara segar di luar dulu. Boleh kan Pa?” Tanya Naya dengan mata berembun. Rama bisa apa selain mengizinkan putrinya jika sudah begini. Toh perginya sama Akung dan Utinya batin Rama.“Tapi nanti berkabar ya kalau udah sampai lokasinya Kak. Kamu harus video call Papa, oke?” Naya mengangguk mengerti yang membuat Rama lega.“Yaudah kalau begitu aku rapi-rapi dulu Pa, mau telepon Risma juga soalnya.” Rama mengangguk lalu keluar dari kamar Naya.“Seenggaknya ada info da
Naya menuruni undakan tangga dengan tergesa karena penasaran dengan siapa yang berkunjung ke rumah nenek dan kakeknya ketika malam hari. Sesampainya di lantai bawah, Naya meluruhkan bahunya seolah lega dan sedikit kesal melihat siapa yang datang. Tanpa melihat wajahnyapun Naya sudah hafal di luar kepala dengan perawakan Doni meskipun dari belakang. Naya berjalan dengan santai cenderung malas menghampiri Doni, sedangkan Doni yang mendengar suara derap langkah langsung menoleh cepat.“Sayang~” panggil Doni ketika Naya akan berbalik arah mengurungkan niatnya untuk menghampiri Doni. Naya terpaksa menghentikan langkahnya ketika mendengar panggilan Doni. “Kenapa balik lagi?” Tanya Doni lalu beranjak dari duduknya dan menghampiri Naya.Naya menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Doni. “Gak apa-apa, emang kenapa kalau aku balik lagi? Ada masalah buat Om?” Doni menghirup udara lebih banyak untuk menetralkan emosi yang tiba-tiba saja hingg
“Mas, kamu malah di sini ngobrol sama Mas Doni. Aku dari tadi nungguin kamu biar bisa nego sama Ibu sama Ayah juga, malah asik sendiri. Itu Naya bagaimana besok~?” Tanya Bella dengan mendayu sekaligus gemas dengan suaminya yang sedari tadi ditunggunya tak kunjung tiba.“Ini Mas juga lagi usaha sayang, kamu mah sabar dulu kek. Sekarang Ayah sama Ibu udah pulang belum?” Rama menghampiri istrinya yang masih berdiri di ambang pintu kamar Doni.“Udah lah, orang nungguin kamu juga gak keluar-keluar.” Sungut Bella lalu menatap nanar ke arah Doni. “Mas Doni tolong bujuk Naya ya, dia kenapa sih Mas kok tiba-tiba mau pergi sama Ibu, Ayah, lama pula. Gak biasanya begini, Mas Doni tau gak kira-kira?” Bella berharap Doni menjawab ‘Iya Bel aku tau’ namun Doni hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.“Keluar dulu yuk Yang, kita ke kamar Naya aja. Kita tanya langsung ke anaknya.” Ajak Rama yang langsung di
Doni tampak memutar otak untuk memberi penjelasan pada Naya. Jika Naya sudah bersama Anita dan Dimas, maka bisa dipastikan semuanya tak akan baik-baik saja untuk Doni. Apalagi Dimas sudah mengatakan akan mengajak Naya pergi dan entah kemana arahnya, semakin membuat Doni sulit untuk menjelaskan tentang Sefa—anak dari Pak Ryan yang membuat huru-hara pada hari itu. Doni meraih ponselnya dan bersiap akan menuliskan pesan untuk Naya, namun setelah banyak pertimbangan Doni urungkan niatnya.Doni merasa lebih tepat sasaran jika dibicarakan langsung daripada melalui pesan, yang tak jarang malah menimbulkan permasalahan baru. Bukannya meredakan masalah, terkadang pesan yang dikirimkan malah bisa membuat masalah baru muncul karena membacanya dengan emosi. Doni merebahkan diri sejenak karena memang tubuhnya sangat lelah setelah seharian bekerja, rencananya yang akan ke Bandung-pun sudah tak dipikirkannya karena sibuk memikirkan untuk menjelaskan perkara anak Pak Ryan pada Na
TokTokTok"Kamu kenapa Kak?" Tanya Bella setelah mengetuk pintu kamar Naya. Naya dengan cepat menghapus air matanya ketika mendengar suara Bella dan ketukan pada pintu kamarnya. "Kak.... Kakak...." Panggil Bella lagi ketika tidak mendapat sahutan dari dalam."Iya Ma." Naya mencoba menetralkan napasnya dan memasang senyum manisnya ketika akan membuka pintu kamar."Kok lama banget sih?" Bella memindai Naya dari atas hingga kebawah. Tampilannya masih sama, hanya terlihat berbeda ketika menatap wajah sendu Naya yang ditutupi oleh senyumnya. Wajah Naya terlihat sembab dan memerah karena menangis. Bella membingkai wajah Naya lalu memeluknya. "Ada apa Kak?" Tanya Bella setelah mereka berpelukan agak lama."Aku gak apa-apa Ma. Mama ada apa ke sini?" Bella menguraikan pelukannya lalu menggelengkan kepalanya."Jangan bohongi Mama, kamu gak pinter bohong Kak. Ada apa?" Bella kembali menatap intens pada netra Naya."Mama sore-sore ada ap
Doni benar-benar menepati janjinya pada Naya, yaitu mengantarkannya ke toko buku agar bisa mengerjakan tugasnya nanti. Setelahnya Doni mengajak mereka untuk makan siang lebih dulu sebelum kembali melakukan aktifitasnya di kantor. Rama sebenarnya tidak mempermasalahkan Doni jika tak kembali ke kantor, karena Rama tahu kemana arah tujuan Doni, menjemput putri kecilnya yang kini mulai beranjak dewasa."Agak telat ya Ram." Ucap Doni ketika menghubungi Rama setelah menyelesaikan makan siangnya."Iya santai aja, yang penting anak-anak gak rewel." Ucap Rama yang memang merasa ketidak pergian Doni hari ini adalah hasil kerja keras Naya yang merayu Doni."Bentar ini masih pada makan, abis ini gue balik ke kantor." Rama mengiyakan ucapan Doni setelahnya panggilan berakhir.Naya dan Risma yang sudah selesai makan siang akhirnya diantar pulang oleh Doni. Naya sebenarnya tak rela jika Doni harus kembali ke kantor, namun dia juga harus segera mengerjakan tugas