Malvia menangis keras dalam pelukan Flora di kala Yuval masuk dalam IGD. Ariel berada di sana. Dokter cantik itu memilih memeluk Shawn. Ariel membiarkan Harmony yang memeriksa Yuval. Dalam hal ini, Ariel tahu pasti Malvia tidak akan membiarkannya dalam melakukan pemeriksaan pada ayahnya. Malvia terisak seraya menatap penuh kebencian Ariel. “Ini semua karenamu, Anak Haram! Kau pembawa sial! Harusnya sudah sejak dulu, aku buang kau dijalanan!”“Grandma, tenangkan dirimu.” Flora berusaha menenangkan neneknya.Malvia tak bisa menahan diri. “Diam, Flora! Grandma ingin memberikan pelajaran pada anak haram ini!”Malvia hendak ingin menjambak rambut Ariel, tapi dengan sigap Shawn menghadang. Pria tampan itu memindahkan Ariel ke belakang tubuhnya. Dia berdiri di depan Ariel bagaikan tameng besi kuat melindungi dokter cantik itu.“Jaga sikapmu, Nyonya DiLaurentis! Kau bisa masuk penjara jika kau berani melukai kekasihku!” seru Shawn penuh peringatan pada Malvia.Malvia mengepalkan tangannya de
Sepasang iris mata Shawn menajam menatap Ariel yang mengeluarkan ucapan gila.“Ariel!” seru Shawn menunjukkan jelas kemarahannya.Suasana menjadi tegang. Malvia dan Flora bungkam akibat keterkejutannya. Mereka sama sekali tidak mengira Ariel rela mengorbankan diri demi Yuval. Pun Harmony seolah menunjukkan jelas tak setuju dengan ucapan Ariel.Ariel mengalihkan pandangannya, menatap hangat Shawn. “Aku harus melakukan apa yang sudah seharusnya aku lakukan. Trust me, aku akan baik-baik saja.”“Ariel, kau tidak bisa mengambil keputusan sepihak!” Shawn memberikan peringatan tegas yang tak main-main.Ariel membelai rahang Shawn. “Kita bahas ini di rumah. Biarkan Harmony memeriksaku.”Shawn tampak tak setuju. Pria tampan itu menggenggam erat tangan Ariel, menunjukkan tak rela kekasihnya itu melakukan pemeriksaan. Namun, dia pun mengingat bahwa ini di rumah sakit. Dia tak ingin melakukan perdebatan di rumah sakitnya sendiri.“Harmony, tolong lakukan pemeriksaan,” ucap Ariel pelan.“Ariel …”
Satu botol wine habis ditenggak Shawn yang begitu frustrasi. Waktu menunjukkan pukul dua pagi, tetapi pria itu tak kunjung bisa menutup mata. Otak Shawn terisikan dengan semua kata-kata Ariel. Hal yang Shawn benci adalah kenapa harus Ariel yang cocok? Kenapa tidak Flora atau Malvia saja?Shawn tak rela Ariel menjadi pendonor, karena dia takut terjadi sesuatu hal buruk menimpa kekasihnya itu. Sebentar lagi dirinya dan Ariel akan menikah. Dia khawatir semua ini akan berpengaruh pada pernikahannya dengan Ariel yang sudah di depan mata.Suara dering ponsel berbunyi. Shawn mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nama ‘Jan’. Sangat jarang asisten pribadinya itu menghubunginya di tengah malam seperti ini. Shawn mengembuskan napas panjang. Entah laporan apa yang akan dilaporkan asistennya itu, sampai tidak mengenal waktu seperti ini. Pastinya laporan yang penting, dan tidak bisa ditunda-tunda.“Ada apa, Jan?” jawab Shawn kala panggilan sudah terhubung.“Tuan,
Hari berjalan demi hari. Belum ada satu pun pendonor yang cocok untuk Yuval DiLaurentis. Ariel mendapatkan laporan dari Harmony bahwa belum ada pendonor yang cocok selain dirinya. Dokter cantik itu belum mengambil tindakan apa pun. Sebab, dirinya masih belum mendapatkan izin dari sang kekasih.Pagi itu, Ariel baru saja menyudahi percakapan via telepon dengan Harmony. Meski belum menemukan pendonor, Harmony sama seperti Shawn yaitu tak setuju Ariel menjadi pendonor. Harmony tahu bagaimana jahatnya sifat Yuval DiLaurentis. Sebagai seorang dokter, tentu sikap Harmony salah melarang Ariel yang ingin menjadi pendonor. Namun, sebagai seorang sahabat, tindakan Harmony bukanlah sebuah kesalahan sama sekali.Ariel masih belum berkata apa pun di kala Harmony melarangnya. Sepanjang telepon itu dimulai hingga berakhir, Harmony mengatakan dengan jelas tentang ketidaksetujuannya Ariel menjadi pendonor. Tentu Ariel mengerti kenapa Harmony bersikeras seperti itu. “Nona, Tuan Shawn sudah menunggu And
Shawn menyudahi rapatnya dan segera menuju ke ruang kerjanya. Entah kenapa hatinya merasa cemas. Padahal tadi pagi semua baik-baik saja. Pun dia sudah berpesan pada sang pelayan untuk tak mengizinkan Ariel pergi.“Tuan Shawn…” Jan menerobos masuk ke dalam ruang kerja Shawn.Shawn yang baru saja tiba, menatap tegas Jan. “Ada apa kau berlari seperti itu, Jan?”Jan tampak panik. “Tuan, tadi pelayan di rumah Anda menghubungi Anda, tapi Anda tidak merespon.”Shawn mengambil ponselnya yang ada di atas meja, menatap ke layar—ada tiga panggilan tidak terjawab dari nomor rumahnya. Hati Shawn mulai cemas menunjukkan seperti ada yang tidak beres.“Ponselku tertinggal di ruanganku saat aku meeting. Ada apa, Jan?” Shawn kembali menatap Jan dengan tatapan serius.Jan gelisah. “T-Tuan, tadi pelayan menghubungi saya. Pelayan mengatakan, Nona Ariel ke rumah sakit setelah mendapatkan telepon. Pelayan sudah mencegah, tapi Nona Ariel bersikeras pergi ke rumah sakit.Raut wajah Shawn berubah mendengar lap
Sudah berjam-jam Shawn menunggu di depan ruang operasi, tapi dokter belum juga selesai. Tampak jelas raut wajah Shawn menunjukkan rasa khawatir dan ketakutan yang mendera. Pria tampan itu sangat cemas terjadi sesuatu hal buruk pada Ariel.“Dokter Harmony, kenapa proses operasi lama sekali?” Shawn menatap Harmony yang berdiri di sampingnya. Selama proses operasi berlangsung, Harmony ada di sana. Pun Harmony khawatir terjadi sesuatu pada Ariel.“Tuan Geovan, prosesnya tidak terlalu lama, karena bukan tindakan membedah. Saya yakin sebentar lagi akan selesai.” Harmony berusaha menenangkan Shawn yang sejak tadi sangatlah panik.Shawn mengembuskan napas kasar seraya mengusap wajahnya. Umpatan terus lolos dalma hati. Meskipun Harmony menjelaskan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang berbeda dengan tindakan pembedahan, tetap saja Shawn sangat takut. Pria tampan itu tidak akan pernah tenang sampai melihat Ariel membuka kedua matanya. Flora dan Malvia tidak bisa berkutik apa pun. Mere
“Nona DiLaurentis, ayah Anda sudah siuman.” Sang dokter memberi tahu Flora tentang Yuval yang sekarang sudah siuman. Tampak Flora dan Malvia terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh sang dokter.“Ayahku sudah siuman, Dok?” tanya Flora memastikan.Sang dokter mengangguk. “Benar, ayah Anda sudah siuman. Namun, sebelum menjenguk ayah Anda, ada kabar yang harus saya sampaikan pada Anda dan Nyonya DiLaurentis.”Flora dan Malvia menatap serius sang dokter. “Ada apa, Dokter?” tanyanya bersamaan.Sang dokter tersenyum. “Team dokter sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada Tuan DiLaurentis. Hasil yang kami dapatkan adalah Tuan DiLaurentis sudah bersih dari kanker. Selamat, donor sumsum tulang belakang Dokter Ariel dan Tuan DiLaurentis telah berhasil.”Flora dan Malvia meneteskan air mata mendengar apa yang dikatakan sang dokter.“Dokter, a-ayahku sudah bebas dari kanker?” tanya Flora dengan nada tercekat dan sulit memercayai.“Dokter, tolong jawab dengan benar, putraku sudah bebas
Shawn memindahkan tubuh Ariel ke kursi roda yang ada di ruang rawat. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu hal yang ada di dalam benaknya. Ayahnya ingin bertemu, tapi keraguan muncul dalam dirinya. Banyak hal yang telah dilewati Ariel. Tidak mudah untuk seolah menganggap semua yang terjadi di masa lalu, berjalan dengan baik. Ariel tetap tidak lupa, tapi dia tidak juga bisa menutup mata jika ayahnya dalam keadaan tidak baik-baik saja.Satu jam lalu, keluarga Shawn baru saja menjenguknya. Ariel tentu sangat bahagia di kala keluarga besar Shawn datang. Tidak ada satu pun keluarga Shawn yang menghakimi keputusan yang telah Ariel buat.Rencana pernikahan Shawn dan Ariel harus sedikit mundur, karena kondisinya Ariel masih berada di rumah sakit. Lagi dan lagi, Ariel bersyukur keluarga Shawn memberikan dukungan. Tadi memang Sean sempat menunjukkan rasa tak suka, tetapi Stella menenangkan dan membela.Sejatinya, apa yang dilakukan Ariel tidak bisa dikatakan salah, tidak juga bisa dik