Rey dan Joy kini berada di hamparan batuan terhalus nan sesekali disapa ombak, pantai landai teduh Pulau Cinta. Joy suka pasir putih. Sedari dahulu, yang ia impikan bukan pegunungan berselimut salju, atau bahkan langit biru berawan putih keperakan. Hanya ingin menjejakkan kaki di hamparan pasir putih bersih hangat yang lembut, dimana ia bisa membuat istana pasir, mencari kulit-kulit kerang yang masih utuh, bahkan mengubur diri di dalamnya, tentunya setengah badan saja.
Makanya Rey membawanya ke pulau 'in the middle of nowhere' ini, agar seminggu penuh, mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa diganggu apapun dan siapapun.
Tetap saja, dalam indahnya semua fantasi yang diwujudkan keduanya, kadang Joy malah teringat pada segala memori masa kecilnya. Dimana ia pertama kali bertemu 'pangeran tampan' di Fantasy World di karnaval Cinder Ella. Mirip dengan Rey? Mungkin, cuma pemuda ini orang berkulit putih dan seragamnya sedikit lebih meriah, kurang lebih mirip seperti di film an
Joy suka hujan. Sebelum ia menikah dengan Rey, sehari-hari bila turun hujan sore-sore ia suka duduk membaca buku atau koran di teras rumah, minum secangkir minuman hangat, entah kopi atau teh.Ia senang mendengar rintik gerimis yang menenangkan, pink noise. Tak perlu setel alat pemutar musik, alam selalu menyediakan musik alami nan paling merdu. Yang sanggup membuai tidur hingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Asal jangan sampai banjir, tentu saja.Rey muda dulu juga sering duduk-duduk di teras balkon ruang tidur di istana Evertonia yang megah. Kamarnya terletak di lantai tertinggi, bukan di menara, tapi cukup tinggi untuk melihat pemandangan negerinya yang breathtaking. Hamparan kebun bunga mawar dan lavender berpuluh atau beratus-ratus hektar. Danau luas penuh angsa. Dan di kejauhan, puncak-puncak pegunungan hijau berkabut yang seringkali memamerkan indahnya pelangi.Tapi pangeran muda itu tidaklah terlalu bahagia. Ia sering bingung, apakah ia sudah bernasib begini
Coba tanyakan kepada semua orang yang mengenal keduanya. Apakah Joy maupun Rey biasanya begini liar? Hmm.Joy tak pernah terkesan seperti cewek genit, liar, atau nakal. No, no, no. Bila saja betul-betul bisa terlihat kasat mata, mungkin sudah ada halo melingkar di atas rambut bob merah kecoklatannya. Murid alim dan anak baik-baik, seperti gadis sekolahan sejati yang dipingit, pulang pergi belajar dari sekolah atau kursus, langsung wajib masuk rumah dan tak kemana-mana lagi di malam hari. Bukan anak gaul, apalagi anak disko. Minum bir seteguk dua saja ia gampang mabuk, apalagi wine. Rokok tak pernah ia beli, hanya pernah mencoba sekali, dan spontan terbatuk-batuk hingga kapok. Sejak itu ia bersumpah, gak mau dekat atau jadian sama cowok perokok, gak perduli seberapapun tampannya.Begitu pula Rey. Si pangeran innocent yang sama sekali tak ada perawakan, tampang, maupun aroma-aroma playboy-nya. Walau punya sepeda motor, ia bukanlah biker sejati. Dan saat semua temannya yang
Deg. Deg. Deg.Pangeran Rey muda tak tahu mengapa undangan menggoda itu ia lewatkan begitu saja. Mungkin terlalu bodoh, atau sok sopan, atau sok suci. Bodoh amat apa kata orang. Aku tak ingin terjebak seperti kisah Yusuf dan istri Potifar si Wanita Penggoda. Demikian pikir Rey sambil terburu-buru pergi menelusuri lorong mansion keluarga Chelsea, setengah berlari sambil membawa kamera dan tas sekolahnya yang berat.Pengawal-pengawal dan pegawai rumah besar nan mewah itu terbengong heran dilewati Yang Mulia Pangeran Muda Rey. Tak biasanya pemuda tertinggi penghuni istana itu main ke rumah ini. Biasanya teman-teman pria Chelsea lain betah 'berlama-lama' di kamar si Nona Muda. Kok Pangeran Rey tidak? Mungkin itu bingung mereka yang dilewati, juga kok pangeran yang biasanya sopan kali ini diam saja, tak menyapa."Yang Mulia Pangeran Rey? Kok Anda tidak makan siang dulu di sini? Putri Chelsea sudah menyuruh kami menghidangkan masakan-masakan paling lezat dan minuman kopi
Kolam air hangat itu lamat-lamat mengepulkan uap tipis yang sayup-sayup beraroma sulfur alias belerang di sumber mata air alami, begitu menyegarkan. Joy heran mengapa ada tempat ini juga di pulau yang tak seberapa luas; pantai hangat, air terjun, hutan dan juga di sini, mata air hangat bagaikan di pegunungan tinggi."Padahal tak ada gunung berapi aktif di sekitar sini. Tapi kolam ini bisa terbentuk begini, hampir seperti di Onsen di film-film Zepun.""Makanya Pulau Cinta ini komplit, walau tak ada diskotik, restoran, jetski, sarana rekreasi hiburan bintang lima, atau bahkan pelayan dan pengawal. Di sini kita hanya berdua saja untuk seterusnya, dimana waktu seakan berhenti." Rey duduk berendam di kolam alami yang sama, hanya beberapa puluh sentimeter di seberang Joy."Ya, kalau saja kita tak usah kembali ke kehidupan nyata." tambahnya lagi sambil mendekat, lagi-lagi membawa Joy berdekatan hingga tubuh polos mereka beradu dan saling berpeluk. Uap yang mengepul dari a
Si gadis jelata Joy di waktu kecil, kira-kira usia SD, bukannya tak pernah sama sekali tercemar hal-hal begituan, walau dalam skala terkecil sekalipun. Meskipun ia tumbuh dalam keluarga penuh sopan santun dengan tata krama dan etika yang baik, bukan keluarga broken home, melainkan keluarga ideal berkecukupan yang bahagia dan sejahtera, tipe ideal dunia Ever. Ia masih teringat saat pertama kali diizinkan bepergian ke bioskop pada umur belum genap sepuluh tahun bersama si mbak pengasuhnya (pembantu rumah tangga) ke bioskop terdekat dari rumah, naik becak, kendaraan umum kayuh bertenaga manusia, yang masih populer di akhir tahun 80-an itu. Bukan atau belum seperti bioskop sinepleks berlogo 12, yang beberapa tahun kemudian di pertengahan 90-an muncul di gedung maupun di mal dan plaza bak jamur di musim hujan. Bukan juga layar tancap, ya. Melainkan gedung bioskop tunggal bertarif seribuan, dan sudah ber-AC juga. Tepat di sebelahnya juga ada pesaing, harga tiketnya cuma se
Pangeran Rey muda, mungkin saat masih SMP, juga bukan sepenuhnya anak ningrat nan alim seperti anggapan banyak orang. Menjadi panutan di Evertonia, secara diam-diam sang putra mahkota memiliki flaw-nya sendiri, dimana ia sebenarnya tak ingin begitu. Mungkin karena teman-temannya yang lebih berani mendahuluinya menuju padang rumput luas. Bagai domba yang selama ini terkurung di dalam kandang dan hanya diberi makan rumput hijau segar pilihan, anak-anak alim kerajaan ini pun masih lapar dan haus akan padang rumput dan air di sungai alam liar di luar sana. Rey seperti remaja lainnya, bila berkumpul tentu bukan cuma ngobrolin game, sport, mobil motor atau otomotif, komputer dan hal-hal tipikal pria lainnya. Satu hal lagi, yang tentunya kebanyakan laki-laki di seluruh dunia penasaran. Apalagi kalau bukan masalah memanjakan mata dan yang di bawah itu. Sesuatu yang kadang tak diminta pun ikut bangun, sesuatu yang ukurannya sering dipermasalahkan pemiliknya send
Bila kau baca cerita-cerita novel picisan atau bahkan film-film biru, baik yang kelas A maupun yang ala kadarnya, sepertinya bercinta itu mudah sekali. Hmm, apakah benar demikian? Tinggal masuk kamar, hempaskan ke ranjang, raba sana sini, buka, begituan, dan selesai. Tak semudah itu. Tak senaif itu. Sebab bercinta sebenarnya sangat kompleks, bukan cuma seperti yang dituliskan maupun digambarkan. Mungkin lebih mirip sebuah ritual. Atau penjelajahan, atau penemuan. Ritual, sebab melibatkan dua pihak yang memiliki perasaan dan keinginan, yang tentu tak bisa sembarangan diwujudkan. Karena itulah, maka sebelum dilakukan, sebaiknya meminta restu kepada pencipta, kepada orangtua, kepada keluarga. Sebab tali suci itu perlu terlebih dahulu dirangkaikan. Bukan diikat. Sebab bila diikat, tak selalu yang erat itu nikmat, ada kalanya malah menyiksa. Penjelajahan. Karena setiap mili, senti dan jengkal dari pasangan kita adalah sesuatu yang tidak kit
Selain peristiwa raba-meraba tonjolan misterius di kelas tiga Sekolah Dasar itu, Joy saat kecil pun mengalami masa-masa dimana ia terombang-ambing antara banyak perubahan pertumbuhan sepanjang masa sekolah dasarnya. Masa di mana para orangtua dan guru-guru sekolah belum sepenuhnya berani terbuka dan jujur memberikan informasi mengenai perubahan pada fisik dan diri masing-masing anak, dimana laki-laki dan perempuan bakal menempuh jalan berbeda. Karena adat istiadat Evernesia yang menjunjung tinggi kesusilaan, maka hal-hal yang dianggap tabu menjadi sesuatu yang ketat terselubung. Dianggap bila terungkap akan menjadi bom yang rentan meledak, momok yang menakutkan. Atau sering juga diibaratkan secara halus sebagai kisah bunga dan lebah yang sakral itu, kisah burung pengantar bayi, kisah bayi ditemukan di taman bunga yang indah, dan masih banyak lagi. Tentu saja, semua hal, apapun yang tertutup dan disembunyi-sembunyikan, malah makin mengundang tanya dan curiga.
Danau air tawar alami berair jernih dengan beberapa air terjun kecil itu masih seperti dulu. Karena dalamnya air hanya setinggi dada orang dewasa, masih sangat nyaman untuk berenang. Sesekali beberapa ikan kecil berenang lewat. Beberapa angsa putih di kejauhan berenang bebas sambil bercengkrama. Joy dan Rey datang mendekat. Joy dalam gendongan suaminya tampak gemas tak sabaran. "Sekarang giliranmu jadi Little Mermaid! Tentunya mesti seperti putri duyung aslinya ya!" "Apa 'sih maksudmu?" Tanya Joy yang memang senang berlagak bodoh. "Ya gak usah pake ditutup-tutupi cangkang kerang dobel segala, karena di laut dan di pulau ini gak ada yang bakal lihat!" Diceburkannya Joy ke air. Joy menjerit girang, air itu rasanya segar sekali di kulitnya yang gerah. "Ada yang lihat, Merman!" Balas Joy, berenang-renang sebentar di bawah, menyelam di dekat kedua kaki Rey. Lalu ide jahilnya timbul. "Merman 'sih aman karena atasnya gak perlu ditutup
Penampilan Pangeran Rey yang dahulu dan yang sekarang tak jauh berbeda, usia tak menjadikannya bertambah tua. Namun jangan salah, ia juga tak bertambah matang seperti mangga yang semakin tua semakin bonyok atau kemanisan! Ia tetap 'Si Baby Face yang innocent' seperti dulu, hanya sekarang semakin bertambah dewasa saja!Setelah menjadi seorang ayah muda, malah pesonanya semakin bertambah. Joy si Tomboy semakin heran mengapa suaminya (yang lebih sering ia sebut sebagai mantan pacar) tidak sedikitpun berbeda dengan saat mereka pertama bertemu!Adakah orang yang sungguh-sungguh bisa awet muda seakan dibekukan waktu? Mungkin bila betulan ada 'vampir hidup' Pangeran Rey bisa jadi termasuk salah satunya!Seperti saat mereka berada kembali di pulau itu, pulau yang disebut Pulau Cinta. Tempat di mana mentari selalu bersinar dan bulan selalu berpendar.Kini di tempat yang tak terjamah waktu ini mereka kembali berada. Joy selalu merasa gembira sekaligus bingung
Perhatian : Kisah ini adalah bagian mandiri tapi tak terpisahkan dari serial 'The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 3'. Apabila Anda ingin mendalami kisah dan karakter Rey dan Joy, mereka bisa ditemui di serial tersebut.Tak butuh waktu terlalu lama bagi Rey dan Joy di dalam kapal pesiar sewaan mereka menempuh perjalanan membelah laut biru Evernesia menuju pulau terpencil di tengah lautan tempat mereka mengucapkan janji suci pernikahan, merangkaikan dua hati menjadi satu.Bukan mengikatkan, karena baik Rey maupun Joy sama-sama bukan tipe pasangan yang mengekang kebebasan masing-masing, tentunya mereka masih saling setia ya. Tapi mereka memang tak suka istilah terikat alias tie the knot. Karena mengikat itu artinya bisa jadi karena khawatir akan hilang, pula tersirat ada sense of worriness di sini, ibarat hewan peliharaan berkaki empat yang diikat di sebuah tonggak karena pemiliknya takut akan kabur, hilang atau dicuri orang.Dua jam perjalanan dan
Saat Joy masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang terkenal santai tapi heboh itu, tentu saja yang namanya anak seni tak seformal anak-anak kampus seberang yang elit seperti di mal-mal. Jika anak-anak Fakultas Ekonomi terkenal necis, tukang dandan dan kostumnya cantik bin seksi-seksi, bawa mobil ke kampus dan juga hobi nongkie di sudut-sudut mal, anak-anak Fakultas Hukum terkenal tukang demo dan debat kusir, maka anak-anak FSRD terkenal... apanya ya?Mungkin yang pertama kali dicitrakan orang-orang awam adalah selalu datang terlambat di kelas, sandal jepit butut, t-shirt dan rambut gondrong. Santai abis dan tak banyak ambil pusing. Mereka bergeletakan di mana saja, kadang bahkan cuek menggambar atau menyelesaikan tugas di lantai kampus yang tak pernah dipel. Atau berkumpul di kantin rame-rame sambil merokok. Tapi Joy tak begitu suka berkumpul dengan cowok-cowok perokok itu. Ia lebih banyak main ke perpustakaan dan diam-diam menemukan banyak buku menarik. Buku impor y
Joy sejak masih muda sekali alias masih bocah ingusan juga sudah menunjukkan bakat sebagai cewek kreatif. Bukan karena gen turunan ortu, atau jenius bin hebat bagaimana, hanya karena bakat alias talenta dari sananya, dimana semua orang pasti memiliki juga, entah sama ataupun berbeda.Joy si gadis polos tipe pembelajar visual dan penikmat kata-kata tentu saja menyukai segala macam buku cerita, mulai dari dongeng-dongeng dunia, fabel, mitologi Yunani-Romawi, hingga ensiklopedi berat dan referensi apalagi Kitab Suci pun dilalapnya habis. Makanya sejak kelas 2 SD matanya jadi minus tinggi gegara sering duduk di tempat gelap sambil membaca atau sambil tiduran. Padahal belum jamannya internet, gawai dan sabak tulis digital.Joy kecil si tukang corat-coret juga sering mencoret tembok putih di sekeliling rumahnya dengan pensil, spidol, cat air maupun krayon. Semua dinding termasuk kamar tidur pun tak luput dari aksinya. Papa sudah sering mengecat ulang, tapi selalu putri kecil
"Sebuah imajinasi takkan pernah bisa seratus persen sama dengan kenyataan." Itulah pesan moral yang didapat Pangeran Muda Rey si ABG 12-an tahun saat akhirnya diam-diam berhasil pulang, atau lebih tepatnya melarikan diri, dari petualangan kecil-nya di klub mewah bersama teman-teman-nya. Melihat langsung tubuh-tubuh indah nan nyaris polos milik wanita dewasa menakutkannya. Tak perduli seberapapun cantik atau seksi. Tak ada yang ia rasa nikmat, malah muncul rasa aneh antara geli, jijik atau juga ingin memalingkan muka. Tapi sedikit terbetik pula rasa ingin tahu seorang bocah laki-laki. Seorang kanak-kanak polos yang sedang akil-balik. Mengapa dua benda membulat yang ada di bagian depan tubuh wanita itu begitu menarik? Ada belahan di depan yang tertutupi begitu hendak mencapai tengah. Membuat mata lelaki muda yang sipit itu kecewa. Kok ujungnya tak boleh kelihatan? Apakah yang membuat sebegitu rahasianya bentuk wanita di sana? Seperti kotak Pandora. Bagaikan pet
Pangeran Rey muda tak selamanya dihormati dan disanjung orang-orang di sekelilingnya, bahkan oleh teman dan kerabatnya sendiri. Ia berusaha hidup selurus dan sebaik mungkin, melakukan semua sopan-santun dan adat-istiadat yang terklasik dan ter-basic sekalipun. Bukan tipe ABG pemberontak pada awalnya. Sebab ia tahu, peraturan diciptakan bukan untuk menyiksa, melainkan menjadikan hidup lebih baik.Tapi pada praktiknya semua menjadi berbeda. Sudah jadi rahasia umum, semua anak laki-laki atau remaja di lingkungan ningrat rata-rata mesti 'memiliki satu dua pengalaman kecil yang nakal bersama seorang gadis yang menarik.' Tak mesti bagaimana-bagaimana gitu, hanya mungkin sukses menyelundup ke asrama putri kerajaan, memberanikan diri menembak alias menyatakan cinta pada gadis sekelas atau adik kelas.Nah, Rey tak paham betul masalah itu. Tak terpikir olehnya bahwa pelanggaran lucu-lucuan itu akan menjadi masalah serius atau malah hanya jadi bahan ejekan karena Rey tak ingin me
Bagi hampir semua wanita, sosok pria idaman yang paling tipikal adalah yang tinggi besar, kekar, maskulin, kalau perlu sixpack atau 8 pack bila bisa. Belum lagi yang mengidamkan sosok bule atau berbeda ras, atau bahkan yang berkulit gelap. Yang lebih kasar, dominan dan maskulin. Tapi Joy heran, ia tidak termasuk golongan itu. Ia bahkan takut pada pria yang terlalu hebat dan bombastis. Apalagi pada pria yang berotot, walau mungkin pertama-tama enak dilihat dan memberi kesan kuat, aman, hebat dan sebagainya, sebetulnya itu semua hanyalah citra semu belaka. Sebab seorang pria sejati sesungguhnya bukan dinilai dari fisiknya, melainkan dari hati, jiwa dan ketulusannya pada wanita. A gentleman is not only shown by his body, but shown by his heart. Rey yang berwajah imut, awet muda dan lembut, tubuhnya cenderung biasa saja seperti sebagian besar pria di muka bumi. Ia memang cenderung kurus langsing dan bukan olahragawan sejati. Tapi ia pandai menjaga pola makan dan menjauhi
Mari mengulik Joy, si gadis jelata. Joy tentunya bukan untuk semua pria. Bukan idola semua laki-laki. Bukan seorang dewi Yunani yang dipuja, bintang film atau sinetron yang digilai karena viral, atau model plus plus yang posternya dipajang ABG dan remaja pria di dinding kamar yang tersembunyi dari ortunya. Sama sekali bukan yang seperti disukai mayoritas lelaki itu. Joy ya hanya untuk Rey. Rey yang mengerti semua keinginan Joy, dalamnya hati dan perasaan Joy, serta baik buruk, kelebihan dan kekurangan Joy. Joy sehari-hari sungguh berpenampilan sangat sopan, tertutup dan tak suka pamer bodi. Tak bisa dibilang genit, centil, apalagi murahan. Paling tomboy sedunia! Jadi tak ada seorangpun tahu, ia sebetulnya tak se-innocent itu. Terhadap Rey saja, tentunya. Setelah mengenal Rey, bukan cuma cinta yang mereka saling beri dan terima. Tak hanya sesuatu yang dirasakan hati, rohaniah, spiritual, jiwani dan tak berwujud. Namun sesuatu yang lain juga. Karena mata manusi