Bella berdebar hebat, napasnya memburu dalam pagutan Fien Clark. Sampai pada suatu titik Fien Clark mengehentikan aksinya dan membuat gadis itu terlihat kecewa.
"Aku melakukan pelanggaran bukan? Mereka bilang, aku tak bisa menyentuh penari di sini," ujar Fien.
"Tidak, ini kesalahanku. Jangan khawatir, mereka hanya akan memberikan denda jika aku yang komplain."
Fien Clark bangkit untuk turun dari bathtub. Sebenarnya ia memang tak mau melakukan hal semacam itu sementara kepalanya masih dipenuhi Alice.
"Maaf, kita terbawa suasana tadi. Bisakah kita menyudahi ini."
Setelah mengatakan hal itu, Fien membilas tubuhnya dengan mengguyur dirinya di bawah shower dan Bella juga melakukan hal yang sama.
Bella melihat raut wajah Fien yang begitu murung sehingga ia tak mampu berkata-kata.
"Di tempat ini, banyak tempat yang indah jika kau mau. Jangan khawatir, kalau kau mau aku akan memberikan layanan itu secara gratis untukmu. Besok aku libur
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Bella saat Fien Clark mengatakan menemui dokter yang menangani pengobatannya."Aku akan membawamu ke rumah sakit pusat di kota. Dokter menyarankan pengobatan yang lebih serius agar tidak terlambat.""Tidak mungkin, biaya pengobatan di sana sangat mahal. Aku tak akan kuat menjalaninya."Bella mendengkus. Efek kemoterapi belum hilang sepenuhnya. Pada siklus kedua ini ia merasa cukup berat melakukannya. Ucapan Fien membuatnya semakin mual."Aku ingin kau mendapatkan pelayanan terbaik. Aku akan membayar semua pengobatan sampai kau sembuh total. Untuk persahabatan kita, kumohon terima saja tawaranku, oke?"Bella tak menjawab. Ia sedang memikirkan pekerjaannya, mana mungkin ia bolak balik ke kota, itu terlau jauh."Tuan, aku tak bisa menerimanya. Aku harus bekerja, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang bisa membayarku dengan harga tinggi.""Kau masih penariku, Bella. Aku yang akan membayar gajimu dengan
Fien Clark menggaruk kepalanya yang tak gatal, bukan karena permintaan Peter yang selalu berlebihan. Akan tetapi karena keterkejutan yang amat sangat tentang berita tersebut. Ia terkejut karena tiba tiba ada orang lain yang memberikan tuntutan hukum atas perilku Grace."Hanya ada satu kemungkinan, Alice pasti telah mengingat kembali kejadian itu," lirihnya.Sementara Bella yang juga mendengar percakapan tersebut diantara Peter dan Fien Clark, kembali dirundung kesedihan. Harapannya kembali pupus saat Fien Clark disibukkan dengan harapan baru untuk bertemu Alice. Ia sungguh berharap Alice tak akan muncul kembali di dalam kehidupan pria di hadapannya ini."Ini sangat menyebalkan, haruskah dia mendengar hal konyol itu?" gerutunya, bibirnya mengerucut dan matanya menyiratkan kekecewaan."Kau seperti marah, Bella. Itu masalah yang lebih penting dari Alice sendiri. Kasus pembunuhan yang bertumpuk-tumpuk in
Pemandangan mengerikan itu menyita banyak perhatian orang orang di sekitar mereka. Fien kebingungan dengan apa yang ia lihat. Bahkan seandainya ini dikatakan sebagai suatu kebetulan, tidakkah terlalu sial baginya?Mobil yang menabrak Alice dan juga Alex adalah mobil miliknya yang dikendarai Bella. Gadis itu keluar mobil juga dipenuhi rasa sesal."Sial! Sial!" Fien Clark menghantam tanah saat ambulan membawa Alice dan juga bocah dua tahunan itu.Antonio datang mendekati Fien setelah Alice dan Alex dibawa ke rumah sakit terdekat."Setiap bertemu denganmu, Alice selalu mengalami kesialan, seharusnya kau menyadarinya sejak dulu. Sekarang, kau puas?! Kau akan menyesal Fien!!" Antonio mencengkeram kerah baju Fien Clark dengan amarah yang membara."Alice tak akan pernah mengingatmu, itu adalah yang terbaik. Kau tak pantas muncul dalam hidupnya, mengerti?!"Tubuh Fie
Antonio melangkahkan kakinya memasuki ruangan kantor polisi. Matanya mencari keberadaan Fien Clark dan juga Bella. Ia yakin melihat mobil yang Bella kendarai berada di kantor polisi tersebut.Benar saja, ada Fien Clark dan juga Bella sedang melakukan interview. Pihak polisi menginterogasi Bella sebagai pengendara, gadis itu bahkan belum memiliki kartu izin pengemudi kendaraan.Antonio mendatangi mereka dan berbicara sebentar kepada polisi yang berada di hadapan Fien Clark dan Bella.Fien Clark sudah pasrah, Antonio datang pasti untuk memperberat kasus tersebut."Nona Bella, anda beruntung hari ini, karena keluarga Nyonya Alice ternyata membebaskan dan memaafkan Anda. Kasus ini ditutup sekarang juga.""Apa? Benarkah?" Bella sangat senang dan secara spontan memeluk Fien Clark erat erat dan menangis haru. Begitu juga Fien yang menatap Antonio heran."Ikutlah denganku, Alice membutuhkan mu," kata Antonio dan menjauh meninggalkan ruanga
Fien Clark terkesiap, ditatapnya wanita yang berwajah pucat itu penuh tanda tanya. Bagaimana mungkin dia tak mengenalnya, dan haruskah Alice melupakan kisah mereka? Disaat yang sama, dilema menghantui pikirannya, siapa sebenarnya Antonio bagi Alice saat ini?Lalu langkahnya mendekati Alice perlahan."Ya, kita saling mengenal, Alice. Aku sudah mengatakan kepadamu berkali kali bahwa kita saling mengenal," lirihnya namun tentu saja semua mendengar ucapannya.Alice memijat pelipisnya. Kepalanya seketika pusing luar biasa. Ia meringis kesakitan dan memegangi tangan ayahnya.Barenzki Rudolf melihat ke arah Fien Clark dan membuat antara dirinya dengan Fien Clark beradu pandangan."Barenzki Rudolf? Anda ...," Fien Clark tercengang menyaksikan ada seorang Barenzki Rudolf di sisi Alice sedang tadi Alice menyebutnya Ayah, benarkah Barenzki Rudolf sang pengusaha perusahaan raksasa itu adalah ayah Alice, dan Antonio Rudolf? Bagaimana ia tak mengira ba
Alice tersengal, bukan karena ciuman Fien Clark di bibirnya. Hanya saja ia mulai kehabisan oksigen karena mengingat dengan keras kejadian kejadian yang melintas di kepalanya. Fien Clark kebingungan karena Alice mulai sesak napas seperti orang tercekik. Gadis itu terlihat menggemaskan dengan meraih menggapai gapai udara kosong.Dengan segera Fien Clark menekan tombol darurat untuk meminta pertolongan. Semua hadir berdatangan satu persatu, Barenzki Rudolf ayahnya terlihat panik dan juga Antonio yang terkejut dengan kejadian tak terduga tersebut.Fien Clark terduduk lesu dengan apa yang dilihatnya. Ia menangis seperti anak kecil di sudut ruangan rumah sakit tersebut."Alice ku, kenapa kau begitu menderita," lirihnya.Membayangkan keadaan Alice hatinya sangat terluka."Apa yang harus kulakukan, Alice. Katakan padaku," gumamnya dengan suara yang bergetar.Dokter mengatakan bahwa
Antonio terpaku dalam pertanyaan Alice, ia belum siap mengatakan yang sebenarnya. Sementara Fien Clark menatap Antonio heran. Seharusnya ia bisa mengatakan perkataan yang menenangkan, bukan malah tegang begitu."Alice, putramu pasti baik baik saja. Sama sepertimu, dia juga butuh istirahat.""Seharusnya aku bisa menemani Alex, bukan? Dia pasti menangis karena mencariku. Aku ibunya, dia pasti sangat ingin bertemu denganku. Ayolah antar aku ke ruangannya, aku harus bertemu dengannya," katanya dan bergegas turun dari tempat tidur."Tidak Alice, kau tak boleh turun dari tempat tidur ini. Aku takut kau sesak napas lagi seperti tadi, ayolah, Alex sedang dalam perawatan dokter ...," ucap Antonio."Perawatan dokter? Apakah terjadi sesuatu yang parah pada putraku?"Situasi semakin kacau saat Alice justru menangis hanya mendengar perawatan dokter."Alice, tenangka
Fien yang memang sudah memendam kemarahan tentu saja merasa tersulut emosinya. Ia bahkan tak perduli dengan kekhawatiran Alice lagi karena setidaknya Alice sudah bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Akan tetapi Alex sangat mungkin adalah putranya."Kau! Kau sudah merasa benar dengan memperlakukan Alice seperti orang yang pantas melupakan segalanya, terutama aku bukan?" katanya seraya memegang lengan Antonio. 'Kau merenggut kebahagiaan putraku dengan sangat kejam. Bisakah kau mengerti bagaimana dia menjalani hidupnya dengan seorang ibunya yang linglung dan ayahnya yang tak bertanggung jawab?!" katanya dengan sorot mata yang tajam. "Kau bahkan mencariku karena dia hampir mati, tidakkah ini sangat menyakitkan?"Antonio tersenyum mencibir. Perdebatan yang tak akan ada akhirnya jika Fien Clark merasa paling benar. Tak ada yang perlu dikatakan lagi, setelah semua mengerti siapa Alex sebenarnya."Jika dia anakmu, kau hanya pe
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy