"Masakanmu memang sangat enak, Alice. Suatu saat kau harus mengajariku untuk memasak. Kau tahu sendirilah, aku selalu mengandalkan koki untuk mendapatkan masakan yang enak," kata Grace memuji masakan Alice yang lezat. Dia memang sungguh mengatakan yang sebenarnya.
Sementara Fien Clark hanya terdiam sambil menikmati hidangannya. Menikmati senyuman basa-basi kedua wanita di hadapannya.
"Oh ya, kau harus meminum obat setelah makan," kata Alice lalu beranjak mengambil obat untuk Fien Clark. Iapun membuka kemasan blister dan menyiapkan butiran obat untuk Fien Clark.
"Terima kasih, Alice," balas Fien.
"Kau sakit, Fien? Apa yang kau derita? Benarkah luka yang dulu belum pulih?"
Fien Clark hanya mengangguk sebentar, lalu ia menghabiskan segelas air putih.
"Bagaimana mungkin? Dokter macam apa yang memberikan obat sembarangan? Seharusnya luka itu sudah sembuh sejak lama. Bahkan kuburan Erick bedebah itu sudah kering sejak lama," gerutunya kesal.
<Fien Clark mengambil kartu ucapan kecil tersebut dan mulai membaca tulisan yang sedikit memudar."Alya dan Erick? Kenapa dengan nama ini?" Pikiran Fien Clark mulai mengingat pertemuan dengan dokter Patrick."Tak mungkin," gumamnya. Ia melempar kartu ucapan tersebut diantara rerumputan yang ada di sekitarnya. Ia lalu pergi dari tempat itu dan mengesampingkan pikirannya.Akan tetapi, sebenarnya Fien Clark semakin gelisah karenanya. Semakin ia menyangkal, semakin terasa menyesak di dalam hatinya."Benarkah Alya adalah Alice?" gumamnya dengan dada bergemuruh. Ia mulai menyetir dengan serampangan karena kehilangan konsentrasi."Sial!" Fien Clark menghantam kemudinya karena kesal dan tak percaya. Ia sadar bahwa sangat sedikit nama Alya di sekitarnya kecuali sesuatu yang asing ini, ia yakin bukanlah hanya sekedar kebetulan. Ia telah berhenti di bawah sebuah pohon besar yang rindang, ia mencoba menenangkan diri dan perasaannya."Kalau ini buka
Alice mulai menangis saat Fien menarik pakaiannya dengan kasar dan beringas. Seolah Fien dalam keadaan tak terkendali lagi.Ia meronta, tapi Fien lebih kokoh dan perkasa. Bahkan tarikan keras pada rambutnya membuat kepalanya berdenyut sakit."Fien, tidakkah kau tahu apa yang kau lakukan sekarang ini?" Alice terisak dan mengucapkan dengan rasa menyesal.Fien Clark tak lagi menggubris ucapan Alice yang memohon. Ia hanya ingin menuntaskan kemarahan pada Alice yang telah menipunya. Ya, Fien telah mengetahui dari Eddie dan juga dokter Patrick atas desakannya."Alice, menangislah selagi bisa. Aku bahkan akan selalu membuatmu menangis setelah malam ini," erang Fien di puncak kepuasannya.Alice bisa mendengar dengan jelas ucapan Fien Clark yang mengancamnya. Sekarang ia tahu, bahwa kedoknya telah terbongkar di hadapan Fien Clark. Ia telah hancur bahkan tubuh dan perasaannya.Haruskah ia menjadi marah? Apakah ia berhak untuk marah?Alice merau
Fien berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa Alice layak untuk mendapatkan hukuman darinya. Hatinya sangat sakit dan terluka. Tak ada bedanya dengan wanita-wanita yang dibencinya, Alice adalah salah satu yang berani mengecewakan perasaannya.Ia merasa dibodohi, sebab Alice berpura-pura tidak mengenal Erick Davis samasekali. Sementara ia sudah sepenuh hati untuk percaya dengan cinta gadis itu. Nyatanya? Alice seolah mengejar sesuatu darinya tetapi bukan mencintai dirinya.Wanita itu jelas membela Erick sepenuhnya dan mencurigai dirinya sebagai pembunuh Erick. Itu sudah jelas.Fien Clark lalu meminta Eddie untuk mengantar Alice ke swalayan untuk membeli beberapa perlengkapan rumah. Padahal, Fien tahu kalau Alice dalam keadaan kacau dan kesakitan."Belilah beberapa perabot ini, dan perintahkan Alice untuk membelinya," titah Fien Clark."Baik Tuan," kata Eddie lalu bergegas.Eddie menemui Alice dan mengatakan permintaan Fien Clark untuk me
Fien Clark hanya berceloteh, tapi tak perduli dimana Alice berada. Karena sangat letih dan mengantuk, Fien segera berganti pakaian. Ia juga menyempatkan diri untuk melihat pakaian Alice apakah masih pada tempatnya."Terserah, yang penting aku mau istrirahat," ujarnya dan menarik selimut miliknya. Tak lama kemudian, ia mulai mendengkur dan tertidur sangat pulas.Fien Clark bangun dan meregangkan otot lehernya. Ia merasa lelah, tapi setidaknya ia memiliki tidur yang cukup karena ia bahkan bangun kesiangan. Ia merasa tak masalah karena memang hari libur.Akan tetapi ia sangat terkejut dengan kondisi rumah yang masih sangat berantakan."Kemana perempuan sialan itu? Apa dia benar-benar minggat?" gerutunya dan mencarinya ke dapur hingga di kolong mejanya.Lalu Fien Clark teringat dengan gudang penyimpanan barang Erick di sudut ruangan di sisi kamar mandi.Alice sedang menggigil kedinginan karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi. Ia mer
Fien Clark menuju sebuah perusahaan untuk mengajukan tawaran menjalin kerjasama dengan perusahaan yang kini ia kelola. Ia telah melakukan perombakan nama dari Good Corporation menjadi Hip Hip Corporation. Ia juga telah mengubah management sedemikian rupa sehingga terlepas dari campur tangan ayahnya, Tuan Fernandez.Kali ini, ua menemui Tuan Barenzki Rudolf. Dia adalah pemilik perusahaan besar infrastruktur pertanian yang menjadi incaran Fien Clark untuk menjalin kerjasama yang lebih bergengsi. Ia akan merangkul perusahaan besar itu untuk meluncurkan sebuah produk baru yang belum pernah diproduksi sebelumnya.Tawaran itu adalah memproduksi sebuah alat multiguna yang memudahkan para petani mengolah pupuk organik secara praktis dan mudah hanya dengan limbah tumbuhan. Alat itu akan sangat praktis dan murah sehingga sangat terjangkau untuk petani skala apapun memproduksi pupuk pertanian mereka sendiri dengan aman dan ramah lingkungan.Fien Clark telah mendapatkan fil
Kedua mata Alice membola karena perintah Fien Clark yang tak masuk akal. Hanya dengan sebungkus mie instan haruskah ia menuruni lantai tiga puluh satu dan mengendarai taksi dua puluh menit untuk membeli mie instan? Lalu kembali sekitar tiga puluh menit kemudian, ini sungguh tak masuk akal."Kenapa? Aku berhak untuk mendapatkan pelayanan dari koki andalanku. Pergilah dan beli mi instan itu," katanya sembari mengeluarkan sebuah kartu untuk pembayaran."Baik, tentu saja aku akan pergi," kata Alice dengan wajah kesal dan sedikit marah.Fien tersenyum smirk melihat bagaimana Alice sewot ketika pergi. Lalu dengan santai ia duduk di kursi makan dan menyeret sepiring nasi dan lauk yang telah Alice masak untuknya. Ia makan dan menghabiskan menu itu dengan lahap."Lumayan," ujarnya dan bersendawa karena kenyang.Dalam empat puluh menit Alice tiba dengan sekantung kecil mie instan. Ia juga membeli saus tomat dan daun bawang untuk menambah rasa.Bergegas
Sayangnya, Fien masih terjebak dalam kemarahannya terhadap Alice. Ia hanya terobsesi untuk menjadi superior dan menginjak harga diri wanita yang membodohi dirinya.Setelah kejadian di ruang kerjanya, Fien kembali dingin dan tak perduli dengan Alice."Malam ini, pesta sampaign akan berlangsung. Pakailah pakaian ini sekarang." Fien menyodorkan sebuah mini dress berwarna coklat emas.Alice menerimanya, tapi pakaian itu tampak terlalu ketat dan terbuka."Fien, ini...," Alice ingin protes karena ia tak menyukai pakaian yang terlalu vulgar tersebut."Pakai saja, kau tak punya pilihan. Aku tak mengijinkan," ketusnya.Alice terpaksa menurut. Ia akhirnya mengenakan pakaian tersebut dan memoles wajahnya dengan make up sederhana.Tubuh Alice terbalut dengan sempurna. Ia melangkah menghampiri Fien yang sudah siap dengan setelan tuksedonya."Fien, aku alergi dingin. Bagaimana bisa kau membuatku berpakaian seperti ini?" Alice membuat ops
Untungnya Antonio bergerak cepat dan berhasil menyelesaikan misinya untuk menyimpan gambar-gambar Alice dengan aman."Maaf?" Antonio pura-pura bodoh dan menatap bingung pada Fien Clark.Fien Clark melangkah maju merebut ponsel Antonio. Iapun segera menghapus seluruh foto Alice di ponsel tersebut."Apa yang kau lakukan dengan foto para gadis-gadis ini?" tanya Fien Clark kemudian."Hmm, pakaian yang dikenakan sangat unik dan mengisnpirasi, jadi aku berniat untuk mengabadikan momen ini.""Lupakan, ini area pribadi kami, tak seorangpun yang boleh mengambil gambar di tempat ini.""Baiklah, maaf."Perbincangan singkat diantara mereka cukup menarik perhatian. Sementara Alice bersemu merah karena harus memakai balon kecil tersebut.Grace melihat Alice tersenyum puas karena beberapa balon kecil itu meletus di tubuhnya. Ia juga melihat pakaian Alice berada di atas meja di dekat toilet. Dengan sekali gerakan ia membuang pakaian Alice ke l
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy