"Apa ini sebenarnya?" Fien membolak-balik kotak kecil yang dibungkus sangat rapi dan rapat.
"Bukalah sendiri, aku tak punya urusan. Dan bagaimana juga, aku berterima kasih mendapatkan pencerahan darimu. Bye," Antonio melenggang pergi mendahului Fien Clark.
Setelah tiba di kantor, Fien Clark segera membuka bungkusan tersebut dan memasang di sebuah laptop miliknya. Ia sangat penasaran karena setelah sekian lama tiba-tiba Sherly mengirimkan sesuatu untuknya?
Fien mulai melihat rekaman yang awalnya hanya rekaman laut lepas dengan deburan ombak di sisi kapal. Akan tetapi ia terkejut dengan rekaman durasi selanjutnya yang menampilkan Alice bersama Grace.
Pemandangan ketika Grace berhadapan dengan Alice. Sayangnya hanya terlihat punggung Grace dan gerakan yang samar.
"Benarkah Grace mendorong Alice?" lirihnya sambil membelai janggutnya.
Fien Clark segera menghubungi Eddie. "Bantu aku, ada sesuatu yang harus segera kau lihat," ujarnya.
"Jika Fien Clark pulang saat ini, maka semuanya akan menjadi hancur, Peter. Kau akan menjadi orang yang dianggap melecehkan istri orang lain. Hentikan, aku telah mengatakan bahwa kita akan ke suatu tempat besok, hmm?"Kalimat Grace membuat Peter berhenti sebentar, tapi ia sudah sangat kalap karena janji yang selalu tertunda."Ini masih terlalu siang untuk Fien Clark kembali, honey. Lakukan saja dengan cepat, aku tak masalah. Kita kan mengulanginya besok," kata Peter selagi menarik kasar pakaian Grace.Tubuh Grace terpental saat hendak melawan Peter. Ia tak berdaya saat seinci demi seinci Peter berhasil menjamah tubuhnya. Grace hanya bisa menangisi dirinya saat Peter telah berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya."Pernikahanmu palsu, Grace. Kalau kau melaporkan polisi, maka aku akan memberikan rekaman video panas kita pada Fien Clark. Jadi, tepati saja untuk memesan sebuah tempat yang bagus besok malam. Ingat, jika kau mencoba membunuhku, semua rekaman
Alice menggigit bibirnya dan menatap Antonio tak percaya. Setitik air mata mulai mengembun di sudut matanya."Apakah mungkin aku wanita nakal, Antonio? Bagaimana bisa aku hamil padahal aku belum menikah? Mungkinkah aku bunuh diri karena aku hamil?"Antonio menjadi iba dengan Alice yang begitu terpukul dengan berita kehamilannya."Mana mungkin adikku seorang seperti itu, pasti ada kesalah fahaman disini, kita akan mencari tahu segera setelah ingatanmu pulih. Andaikan tidak, maka bayi ini adalah nyawa yang harus kita sayangi," ujarnya sembari memeluk Alice penuh suka cita. Ia lega telah menyampaikan kebenaran itu meskipun cukup menyakitkan."Siapa ayah anak ini, Antonio? Bagaimana mungkin aku melupakan bahkan sepenggal saja kisah hidupku yang lalu?" isaknya dalam pelukan Antonio. Sementara Sherly hanya melihatnya dengan air mata yang berlinang.'Andai aku bisa mengatakannya, kau mungkin akan lebih tersakiti, Alice,' batin Antonio dan juga Sherly.
Grace berdiri di depan pintu almari dengan rasa takut. Bagaimana ia akan berpenampilan kacau dengan tanda-tanda di tubuhnya yang menjijikkan dihadapan pria yang sangat ia cintai? Bahkan Fien Clark pasti akan semakin mencemooh dirinya dengan label murahan.Grace tak bisa memikirkan cara, ia malah menangis di pintu almari."Grace? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau malah menangis seperti itu? Kalau kau memang tak mau melayaniku, baiklah, tapi jangan menyesal kalau aku tak sudi lagi menyentuhmu. Baik, pergilah ke tempat paman Philip yang kau sayangi itu," kata Fien lalu ia melemparkan tubuhnya di atas kasur empuk milik Grace."Fien, kali ini saja aku mohon kepadamu, biarkan aku menemui paman Philip. Aku sungguh memohon kepadamu, hmm?" pinta Grace dengan berlinang air mata.Fien tak menjawab, ia hanya memejamkan matanya dan ingin tahu lebih jauh apa yang dikatakan Grace. Akan tetapi yang terjadi Grace malah terburu-buru mengenakan mantel bulu dan meningga
Eddie tak tahu harus bilang apa, secara Erick Davis memang menjadi tuannya cukup lama sebelum Fien Clark. Mereka, meskipun satu ayah memiliki sifat dan karakter yang jauh berbeda. Erick Davis berkarakter lembut, dewasa dan tidak suka mengumpat. Berbeda dengan Fien Clark yang kasar dan kekanak-kanakan."Kau tak menjawabku? Apa kau juga tak menyukai aku? Uhmm, aku sudah menduganya.""Maafkan aku, Tuan. Masalahnya untuk apa membandingkan dua orang yang sama-sama memiliki kelebihan masing-masing. Biarpun anda sedikit kasar, anda sangat murah hati dengan memberiku saham sepuluh persen," ujarnya berbisik agar yang lain tidak mendengar ucapannya."Ha ha ha, kau baru mengatakan aku kasar bukan?" Fien Clark tertawa terpingkal-pingkal dengan kejujuran Eddie. "Baiklah, aku mengakui hal itu, tapi masalah uang itu sebenarnya sesuai dengan kerja keras yang kau lakukan," ujarnya tak mau dianggap sebagai orang yang mendermakan hal itu.Dalam hati, Eddie memuji sikap rend
Dalam kekalutannya, Grace tak tahu harus berlari kemana. Ia berjalan dengan gontai menyusuri sebuah jalan setapak menuju tebing tanpa alas kaki. Waktu sudah menjelang sore, Fien Clark pastilah tak akan menemui dirinya lagi setelah mengerti tentang rekaman video itu secara jelas."Akhh!" pekiknya saat sebuah duri menancap kuat di kakinya. Ia meringis kesakitan dan luruh di tanah yang dipenuhi daun kering.Tanpa ia minta air matanya sudah mengalir deras tak bisa dibendung."Grace? Apa yang terjadi?" sebuah suara mengejutkan Grace."Peter?""Aku mencarimu, kulihat pintu belakang terbuka, jadi kupikir kau pasti sedang berjalan jalan di kebun belakang. Tapi kenapa kau berjalan tanpa alas kaki?" ujarnya dan mencoba menarik duri yang menancap di telapak kaki Grace."Aaauuw, sakit, Peter.""Hmm, pasti sakit. Ayolah aku menggendongmu ke dalam, gadis bodoh," umpatnya pelan yang masih di dengar Grace.Grace menurut. Ia merasa Peter begitu men
Pria itu sepertinya ketakutan."Ini sangat mendesak, Tuan. Hanya Anda yang bisa menolongku.""Sayangnya aku sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat. Katakan saja apa maumu.""Tidak, kau harus menemuiku."Fien bingung, seolah sesuatu yang sangat penting."Temui asistenku, hanya itu yang kubisa. Aku tak bisa kembali karena baru saja mendarat."Fien menutup telepon dan memberikan nomor Eddie kepada penelpon tersebut."Kau sangat penting rupanya. Kenapa dia sangat ingin bertemu denganmu?""Entahlah, bisa jadi orang yang membutuhkan uang atau pekerjaan. Dia tak harus menelponku karena sudah ada yang mengurus hal semacam itu," ujarnya."Lalu, apa kabar Grace yang dulunya selalu kau hindari. Aku tak menyangka akhirnya semua terwujud.""Apa menurutmu masuk akal kalau ternyata aku menikahi wanita yang telah membunuh saudara tiriku dan juga kekasihku? Bagaimana aku bisa hidup di sisi psikopat gila sepertinya?"George
Setelah jam makan siang usai, Cindy kembali ke kantornya. Ia tampak terburu-buru membuka tempat penyimpanan berkas. Cukup lama ia memeriksa rak kabinet dan juga tempat penyimpanan pribadi, tapi ia tak lagi menemukan berkas tersebut."Sial, kemana perginya berkas Alice dan juga rekaman video itu? Kenapa tak ada di sini?" Cindy semakin panik dan gelisah.Di gawang pintu, Antonio melihat bagaimana Cindy kebingungan mencari berkas Alice."Cindy, kau tak makan siang? Ayo kita ke kafe, kau pasti lapar, hmm?" Antonio memelankan suara dan mengajak Cindy makan siang di sebuah kafe seperti biasanya.Cindy membalikkan badan terkejut. Terlihat ia menganga melihat kehadiran Antonio secara tiba-tiba di kantornya."Uhmm, hari ini aku sangat sibuk, bagaimana kalau lain kali saja, Antonio? Bisakah kau makan sendirian?""Ouh, tentu. Aku kemari sekaligus mengingatkan bahwa kasus Alice sebaiknya segera diangkat. Jika kau sangat sibuk, maka aku akan meminta
Fien terus memfokuskan perhatian pada dua gadis itu.Tiba-tiba jantungnya berpacu cepat melihat senyuman yang tak pernah ia lupakan."Alice, kaukah itu?" ucapnya gemetar. Ia menoleh kebelakang dan kedepannya, tapi tak ada celah untuknya membelokkan mobilnya untuk keluar dari kemacetan.Ia menekan klakson karena frustasi yang membuat beberapa orang mengumpatnya. Saat itulah ia melihat ke arah pedagang kaki lima lagi dan kehilangan dua gadis tadi.Fien Clark tak menyadari Alice dan Sherly telah menaiki taksi yang berada tepat di belakangnya. Ia bahkan mendapatkan kesempatan untuk keluar dan memutar arah ke tempat pedagang tadi. Ia turun bergegas, mencari dua wanita yang dilihatnya."Kemana mereka pergi?" sesalnya karena terjebak kemacetan tadi. "Ah, setidaknya aku datang ke tempat yang benar, aku akan mencari Alice di kota ini," tekatnya.Sherly menggenggam Alice yang sudah kelelahan karena berjalan-jalan di keramaian. Gadis itu terlihat p