Fien Clark menggenggam Alice karena melihat Alice khawatir.
"Jangan takut, Grace hanya bermain-main dengan Lucy karena Lucy juga sedikit keterlaluan kepadanya. Mereka terkadang saling menarik rambut," terang Fien."Hei, Grace adalah sesuatu, jangan pernah lengah," kata Lucy kemudian.
"Terimakasih Lucy, menurutku kau harus lebih menahan diri darinya daripada mengalami sesuatu yang membahayakan seperti ini," nasehat Alice pada wanita itu.
Lucy malah terkekeh mendengarnya. Baginya Grace pantas mendapatkan ucapan kasar, mendengar ucapan Alice, Lucy yakin Alice tak tahu kalau Grace bisa membahayakan gadis itu.
"Baiklah, aku akan banyak menahan diri. Tapi, sebaiknya kau juga berhati-hati Alice, Fien Clark adalah segalanya bagi Grace, apa kau tak cemburu?" Lucy mulai memrovokasi Alice."Alice, Grace hanya mantan tunanganku, kau tak perlu takut dan kuatir. Lagipula Grace tak bertengkar denganmu," Fien Clark menenangkan Alice dan tersenyum pada mereka be
Hari hari berlalu penuh warna dalam kehidupan Fien dan Alice. Mereka menikmati masa-masa berkencan dengan manis. Tak terasa satu bulan berlalu dalam hitungan waktu yang semanis madu.Pagi ini Fien Clark membawanya menyusuri pantai dengan Maybach berwarna kuning cemerlang. Ia sengaja membiarkan kap atas terbuka sehingga hawa pantai menerpa mereka.Lalu berhenti pada sebuah pekarangan rumah yang berpasir putih."Apa ini?" Fien membawanya pada sebuah rumah pantai bergaya vintage. Tak terlalu besar, tapi Alice benar-benar takjub melihatnya."Ini adalah rumah kita, Alice. Kita akan sering menghabiskan waktu bersama di rumah ini," terangnya, lalu membuka pintu kayu berwarna coklat kemerahan di sisi depan.Alice berputar-putar mengelilingi rumah tersebut dan menyentuh ornamen unik yang menjadi interior menakjubkan di rumah tersebut."Kau punya selera yang unik dan penuh dengan seni. Kurasa kau memiliki bakat dalam menata ruangan," puji Alice dengan t
"Kenapa kau selalu berpikir tentang harga diri? Kau adalah budak Fernandez yang selalu menurut seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Apa yang salah dengan menjual kapal besi tua itu?!" Fien Clark tak kalah sengitnya.Saat itu ada sebilah pisau buah di atas meja, Erick sudah geram karena mendengar celotehan Fien Clark sehingga dengan wajah merah padam, Erick menghunus pisau tersebut."Coba saja kalau kau berani. Kau kira aku tak bisa membunuhmu?""Brengsek! Kau benar-benar mau mati?" Erick Davis menyerang Fien Clark dengan emosi yang meledak-ledak.Bagaimanapun Fien Clark sangat tahu bahwa kapal pesiar itu adalah pemberian kakeknya. Sayangnya kakeknya juga mewasiatkan pernikahan antara Erick Davis dengan salah seorang putri bangsawan bernama Laura. Untuk itu Erick tak bersedia menerima kapal tersebut dan memilih memberikan saja kapal pesiar tersebut kepada Laura.Sebelum mencapai kesepakatan, Fien Clark dengan isengnya menjual kapal tersebut. H
Dokter Patrick tercekat menghadapi situasi di hadapannya. Bagaimanapun ia adalah orang yang tahu siapa Alice Greyson. Ia adalah Alya, wanita dengan panggilan yang spesial dari Erick Davis, saudara tiri Fien Clark. Sementara Erick Davis adalah pria yang selalu banyak berterus terang tentang masalah pribadinya. Bisa dianggap, dokter Patrick adalah tempat curhat seorang Erick Davis."Alice," Alice menegaskan."Apakah kalian saling mengenal?"Alice memberikan isyarat pada Dokter tersebut untuk tidak menceritakan yang ia ketahui."Ehmm, tidak. Kurasa aku salah mengura dengan seseorang yang mirip.""Hmm, benar. Wajahku memang cukup pasaran ya," kata Alice menimpali.Fien Clark sedikit aneh dengan sikap kedua orang di hadapannya tapi ia menerima alasan yang dilontarkan kedua orang tersebut."Dia adalah Alice, kekasihku saat ini. Seperti kau katakan tadi, dia memang cantik dan spesial bukan?"Dokter muda itu berusaha menghilangkan keca
"Masakanmu memang sangat enak, Alice. Suatu saat kau harus mengajariku untuk memasak. Kau tahu sendirilah, aku selalu mengandalkan koki untuk mendapatkan masakan yang enak," kata Grace memuji masakan Alice yang lezat. Dia memang sungguh mengatakan yang sebenarnya.Sementara Fien Clark hanya terdiam sambil menikmati hidangannya. Menikmati senyuman basa-basi kedua wanita di hadapannya."Oh ya, kau harus meminum obat setelah makan," kata Alice lalu beranjak mengambil obat untuk Fien Clark. Iapun membuka kemasan blister dan menyiapkan butiran obat untuk Fien Clark."Terima kasih, Alice," balas Fien."Kau sakit, Fien? Apa yang kau derita? Benarkah luka yang dulu belum pulih?"Fien Clark hanya mengangguk sebentar, lalu ia menghabiskan segelas air putih."Bagaimana mungkin? Dokter macam apa yang memberikan obat sembarangan? Seharusnya luka itu sudah sembuh sejak lama. Bahkan kuburan Erick bedebah itu sudah kering sejak lama," gerutunya kesal.
Fien Clark mengambil kartu ucapan kecil tersebut dan mulai membaca tulisan yang sedikit memudar."Alya dan Erick? Kenapa dengan nama ini?" Pikiran Fien Clark mulai mengingat pertemuan dengan dokter Patrick."Tak mungkin," gumamnya. Ia melempar kartu ucapan tersebut diantara rerumputan yang ada di sekitarnya. Ia lalu pergi dari tempat itu dan mengesampingkan pikirannya.Akan tetapi, sebenarnya Fien Clark semakin gelisah karenanya. Semakin ia menyangkal, semakin terasa menyesak di dalam hatinya."Benarkah Alya adalah Alice?" gumamnya dengan dada bergemuruh. Ia mulai menyetir dengan serampangan karena kehilangan konsentrasi."Sial!" Fien Clark menghantam kemudinya karena kesal dan tak percaya. Ia sadar bahwa sangat sedikit nama Alya di sekitarnya kecuali sesuatu yang asing ini, ia yakin bukanlah hanya sekedar kebetulan. Ia telah berhenti di bawah sebuah pohon besar yang rindang, ia mencoba menenangkan diri dan perasaannya."Kalau ini buka
Alice mulai menangis saat Fien menarik pakaiannya dengan kasar dan beringas. Seolah Fien dalam keadaan tak terkendali lagi.Ia meronta, tapi Fien lebih kokoh dan perkasa. Bahkan tarikan keras pada rambutnya membuat kepalanya berdenyut sakit."Fien, tidakkah kau tahu apa yang kau lakukan sekarang ini?" Alice terisak dan mengucapkan dengan rasa menyesal.Fien Clark tak lagi menggubris ucapan Alice yang memohon. Ia hanya ingin menuntaskan kemarahan pada Alice yang telah menipunya. Ya, Fien telah mengetahui dari Eddie dan juga dokter Patrick atas desakannya."Alice, menangislah selagi bisa. Aku bahkan akan selalu membuatmu menangis setelah malam ini," erang Fien di puncak kepuasannya.Alice bisa mendengar dengan jelas ucapan Fien Clark yang mengancamnya. Sekarang ia tahu, bahwa kedoknya telah terbongkar di hadapan Fien Clark. Ia telah hancur bahkan tubuh dan perasaannya.Haruskah ia menjadi marah? Apakah ia berhak untuk marah?Alice merau
Fien berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa Alice layak untuk mendapatkan hukuman darinya. Hatinya sangat sakit dan terluka. Tak ada bedanya dengan wanita-wanita yang dibencinya, Alice adalah salah satu yang berani mengecewakan perasaannya.Ia merasa dibodohi, sebab Alice berpura-pura tidak mengenal Erick Davis samasekali. Sementara ia sudah sepenuh hati untuk percaya dengan cinta gadis itu. Nyatanya? Alice seolah mengejar sesuatu darinya tetapi bukan mencintai dirinya.Wanita itu jelas membela Erick sepenuhnya dan mencurigai dirinya sebagai pembunuh Erick. Itu sudah jelas.Fien Clark lalu meminta Eddie untuk mengantar Alice ke swalayan untuk membeli beberapa perlengkapan rumah. Padahal, Fien tahu kalau Alice dalam keadaan kacau dan kesakitan."Belilah beberapa perabot ini, dan perintahkan Alice untuk membelinya," titah Fien Clark."Baik Tuan," kata Eddie lalu bergegas.Eddie menemui Alice dan mengatakan permintaan Fien Clark untuk me
Fien Clark hanya berceloteh, tapi tak perduli dimana Alice berada. Karena sangat letih dan mengantuk, Fien segera berganti pakaian. Ia juga menyempatkan diri untuk melihat pakaian Alice apakah masih pada tempatnya."Terserah, yang penting aku mau istrirahat," ujarnya dan menarik selimut miliknya. Tak lama kemudian, ia mulai mendengkur dan tertidur sangat pulas.Fien Clark bangun dan meregangkan otot lehernya. Ia merasa lelah, tapi setidaknya ia memiliki tidur yang cukup karena ia bahkan bangun kesiangan. Ia merasa tak masalah karena memang hari libur.Akan tetapi ia sangat terkejut dengan kondisi rumah yang masih sangat berantakan."Kemana perempuan sialan itu? Apa dia benar-benar minggat?" gerutunya dan mencarinya ke dapur hingga di kolong mejanya.Lalu Fien Clark teringat dengan gudang penyimpanan barang Erick di sudut ruangan di sisi kamar mandi.Alice sedang menggigil kedinginan karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi. Ia mer
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy