Fien Clark membawa Alice ke rumah pantai bersama Alex putra mereka. Tiupan angin laut pagi itu terasa lembut dan menyegarkan. Tak hentinya Fien Clark membelai rambut Alice dengan cinta."Apa yang membuatmu mencintaiku?" tanya Alice pada Fien."Karena kau adalah Alice Greyson," jawab Fien Clark singkat."Sangat banyak nama Alice Greyson, haruskah kau menyukai semuanya?""Kalaupun sama, mereka tak lupa ingatan sepertimu."Alice makin cemberut."Pasti sangat buruk kejadian masa lalu bersamamu sehingga kau bahagia aku lupakan.""Ayolah, bukan begitu. Aku tak butuh alasan pasti untuk mencintaimu, bagiku kau wanita yang menyebalkan.""Menyebalkan? Benar, aku sangat menyebalkan karena lupa ingatan, jadi kenapa kau harus sejauh ini?"Alice makin cemberut dan kesal."Tahukah kau, Alice. Kau membuat kepalaku pusing karena tak bisa memikirkan hal lain, kau melumpuhkan sendi sendiku saat menghilang begitu saja, terlalu sakit dan menyebalkan karena sangat sulit mencarimu. Sekarang, haruskah wajahmu
"Ya, kau sangat pemarah sebenarnya," celetuk Alice dan meninggalkan Fien Clark menuju rumah pantai. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi pada putranya.Di dalam rumah, Alex duduk menghadap begitu banyak mainan yang disiapkan Fien Clark untuknya."Sayang, wajahmu...kenapa jadi ada lipatan lipatan seperti itu? Sepertinya itu tidak baik...," sindir Alice. ia baru saja membilas tubuhnya dengan air hangat dan membalut tubuhnya dengan piyama handuk berwarna putih bersih.Mendengar itu, Alex segera menyentuh wajahnya. Alex ternyata sangat perduli dengan penampilan dirinya. Bahkan ia sangat perduli dengan tatanan rambutnya yang selalu disisir rapi.Alice menatap Alex yang bertingkah seolah memang terjadi sesuatu yang menakutkan di wajahnya."Dimana lipatannya, Mommy. Aku tidak merasakannya?"Alice tersenyum lebar. "Nah, setelah kau berbicara, lipatan itu sepertinya sudah mulai menghilang. Jangan cemberut lagi sehingga membuat wajahmu berkerut permanen," terangnya.Tak lama kemudian Fien
"Sejak kapan?" sekarang Alice yang keheranan dengan apa yang ia ucapkan. "Aku sungguh mengingat rumah kebun itu milikmu.""Ya, kau mengingat tentang rumah kebun dan itu adalah cerita yang selalu aku katakan ketika dahulu, kau belum menjadi wanita yang kehilangan memori. Tapi sekarang seolah kau mengingat dengan jelas.""Tapi..., aku sungguh mengingat itu... bagaimana bisa...,""Mungkinkah kau juga mengingat yang lainnya?"Alice memijit pelipisnya. Ini cukup aneh, seolah ia mengingat dengan jelas cerita tentang rumah kebun dimana Fien pernah menunjukkannya sekali waktu itu. Rumah tersebut dikelilingi kebun strawberry dan juga kebun apel. Masyarakat di sekitarnya juga ramah dan tidak terlalu berjauhan. Seolah ia tak melupakan tempat tersebut. Sepertinya sebagai memori Alice berangsur pulih."Tapi aku belum mengingat lainnya, atau bisa jadi aku teringat ketika berbicara sesuatu yang berkaitan ya....""Baiklah, tak perlu dipikirkan, dan ide itu cukup bagus.'###Antonio mengangkat Carruse
Antonio menyetir mobilnya dalam diam. Ia terlihat murung dan sesekali saja tersenyum membalas candaan Sherly.Sebenarnya Sherly sangat kecewa dengan sikap Antonio yang terlihat jelas memikirkan pertemuannya dengan Cindy.Apalagi, Antonio tak ingin bercerita dan berterus terang tentang pertemuan tersebut. Sherly justru merasa, Antonio memang masih mencintai Cindy."Antonio, tiba tiba saja kau terlihat kehilangan semangat. Adalah sesuatu yang mengganggumu?""Hmm, apa maksudmu? Kurang apalagi sekarang? Aku sudah meluangkan waktu menemanimu berbelanja, dan sekarang apa lagi salahku?"Antonio menjadi sangat sensitif, dan Sherly seolah tak mengenali suaminya ini."Tidak, tidak ada yang salah dalam hidupmu, semua ini memang salahku, Antonio. Maafkan aku," Sherly menitikkan air matanya. Ia mengatakan dengan suara bergetar sehingga membuat Antonio melihatnya. Antonio jadi bingung, kenapa Sherly malah menangis?"Hei, kenapa kau menangis? Hentikan sayang, Carrusel melihatmu, nanti dia mengira a
"Apakah kau memikirkan sesuatu? Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat ini, hmm...."ujar Sherly. Tentu saja ia berusaha tegar sekaligus ingin tahu apakah Antonio akan bercerita tentang sesuatu."Tidak ada, Sherly. Aku hanya merasa letih saat ini."Sherly menggigit bibir bawahnya, ia merasa Antonio benar benar ingin menyembunyikan segalanya tentang pertemuannya dengan Cindy."Baiklah, kalau begitu beristirahatlah dengan baik. Aku akan membuatkan menu makan siang untukmu."Sherly membalikkan badannya untuk keluar kamar tidurnya. Biarlah semua itu tidak disinggung olehnya sementara ini, ia kan melupakan apa yang ia lihat.Sherly menuju ruangan dimana Alex dan juga Carrusel berada. Sementara itu Alice dan Fien Clark sudah beranjak bersiap untuk pergi."Jika kau mengijinkan, kami akan membawa Carrusel bersama kami," Alice memohon kepada Sherly."Tapi, bukankah kalian sedang dalam kesibukan, aku khawatir akan merepotkan kalian.""Tidak, kami hanya sebentar, hanya makan siang di sebuah rest
Sherly menatap wajah mungil yang tertidur pulas di tempat tidurnya. Baginya, Carrusel adalah karunia terindah yang ia miliki saat ini. Tak perduli bagaimana Antonio telah memberikan cinta yang tak sempurna selama ini, ia telah menyadari hal itu sejak lama."Tentu saja aku adalah pemenangnya, Carrusel. Mencintai kalian berdua bukanlah kesalahan. Aku selalu bertahan untukmu, Carrusel," lirihnya kemudian.Setelah puas memandangi gadis kecilnya, Sherly beranjak keluar dan menuju ruang kerja Antonio. Pria itu sedang sibuk membersihkan ruangan tersebut dan Sherly bisa melihat tumpukan kertas tak terpakai dan juga beberapa barang berserakan di lantai.Sherly memungut sebuah lukisan kecil dan membersihkan debunya."Kenapa kau membuangnya Antonio, lukisan ini sangat cantik dan aku menyukainya.""Hmm, ganti saja dengan yang baru, Sherly. Masih banyak lukisan yang lebih bagus dari lukisan itu.""Benarkah? Tapi, kenapa banyak sekali barang barang yang kau buang? Kau juga tak minta bantuanku?" pro
Cukup lama Alice memperhatikan wanita tersebut. Ada pintasan pintasan yang berlalu di ingatannya. Ia mulai merasakan mual saat berusaha keras mengingat senyuman dari wajah yang di hadapannya.Adapun wanita yang dilihat Alice juga sangat terkejut. Ia tak menyangka akan bertemu Alice dalam keadaan menyedihkan pada akhirnya.Melihat Alice yang hanya memandanginya, iapun merasa bingung dan salah tingkah. Untuk itu ia berdiri, hendak meninggalkan tempat tersebut."Hei, mau kemana?" sapa Alice.Violet tak menoleh. Langkah kakinya terhenti, menunggu respon selanjutnya.""Aku merasa, kita saling mengenal bukan?"Violet berbalik, menunjukkan ekspresi tidak bersahabat."Tidak, aku tidak mengenalimu. Maaf, aku harus pergi."Wanita tersebut pergi, membuat Alice heran dan justru semakin penasaran."Tapi kenapa aku sangat mengenali senyuman itu?" gumamnya.Sementara itu, Fien hanya melihat mereka dalam diam di mobilnya.Ia sangat mengetahui wanita tersebut setelah proses pengadilan kasus pembunuhan
Alice tak mengerti, tapi ucapan Fien Clark justru menyadarkan dirinya akan apa yang Fien Clark maksud. Artinya, Fien tak pernah bersamanya di rumah kebun tersebut. Sangat mungkin ia bersama Erick!"Fien...aku tak bermaksud...""Aku mengerti. Toh Erick sudah tiada. Maafkan aku, aku tak bisa menahan perasaanku."##Pertemuan dengan Violet, membuat Alice semakin penasaran. Ia segera mencari tahu siapa sebenarnya Violet ini."Menurut informasi, Violet adalah sahabatmu yang menjalin hubungan dengan Erick Davis di masa lalu. Gadis itu tak mengira kau menjadi kekasih Erick Davis. Itulah sebabnya ia menerima tawaran Grace. Violet berharap untuk kembali kepada Erick Davis, tapi ternyata Erick samasekali tak memberikan harapan sedikitpun. Violet kecewa, lalu semakin panik karena Erick akan mempublikasikan hubungan kalian dalam waktu dekat," kata Eddie menjelaskan siapa sebenarnya Violet."Apakah itu mungkin? Aku bahkan tak mengingat sedikitpun tentang Violet.""Bagus.""Bagus?""Benar, itu akan
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy