Wajah yang selalu terpoles sempurna tanpa celah kini nampak pucat dan lemah. Rambut yang selalu tergerai indah dan berkilau kini hilang keanggunannya. Tubuh sempurna yang menjadi impian kaum hawa kini meringis pilu."Kau menyesal atas perbuatanmu?" Ujar seorang pria dengan tertawa mengejek di hadapan wanita yang terkulai lemah di lantai sisi ranjang. "Semudah itukah? Kau mendatangkan banyak bencana bagi keluargaku dan kau berkata menyesal? Kau gila!" Teriak pria itu, nampak amarah yang mulai memuncak. "Kami tidak berhutang padamu, tidak meminta apapun darimu, bahkan mengenalmu sekalipun tidak. Tapi kau datang seperti wanita iblis bagi kami dan menghancurkan semua yang kami miliki! " Pria itu menendang kursi kayu di hadapannya, menimbulkan dentuman kencang di kamar itu."Maafkan aku. Maaf... aku benar-benar minta maaf..." Lirih wanita itu dalam isak tangisnya yang lemah hampir tak terdengar.Sang pria berjalan menghampiri wanita lemah itu dan mengarahkan stick Golf di dagu wanita itu d
Semangat hidup terasa pupus seiring malam demi malam panjang yang berlalu dengan derai air mata. Empat hari yang terasa sama dan membosankan. Mata yang sulit bersepakat dengan intuisi alamiah untuk terlelap, terjaga sepanjang malam. Baginya, semua yang ia dengar dan alami seperti tornado yang meluluhlantakkan rencana masa depannya dan hanya meninggalkan puing-puing kenangan belaka. Anna Hilleburg, wanita anggun di mata Alicia yang berjasa dalam hidupnya, entah di mana ia sekarang. Ia merasa frustasi oleh sikap Jade yang selalu bergeming bila Alicia menanyakan hal-hal tentang Anna. Yang ia dapatkan hanyalah kilat tajam mematikan dari sorot mata Jade yang mengunci tatapannya.Alicia melemparkan pandangan kosong ke luar jendela kaca dengan tubuh tengkurap di atas ranjang. Empat hari ia mengurung diri di kamar tamu pilihannya dan enggan berbicara dengan siapapun, terutama kepada manusia stress di hadapannya saat ini."Good morning Baby. Aku membawa sarapan buah segar dan lemon hangat den
Alicia duduk termangu di dalam bathtub kering. Ia memeluk lututnya dan merunduk. Sudah tiga kali Jade mengetuk pintu kamar mandinya. Ahh, pria itu benar-benar berisik! Apakah berada di dalam kamar mandi juga harus memakai timer?"Apa yang kau lakukan? Kau lupa bagaimana caranya mandi? Kau ingin aku melakukannya untukmu?" Sindir Jade yang berjalan mendekati Alicia di Bathtub."Aku hanya kesulitan membuka gaun ini. Resleting ini---""Sudah selesai! Resleting itu tidak akan terbuka hanya dengan melamun, Nyonya Williams!" Ujar Jade yang baru saja menarik turun resleting gaun Alicia pada bagian belakang dan beranjak keluar menutup pintu.Alicia merasakan wajahnya menghangat. Entah mengapa degup jantungnya berpacu kencang seperti ini. Jika memang terlanjur membenci, apakah yang ia rasakan ini bagian dari kebencian atau...Alicia menepis pikiran kacaunya dan bergegas mencari pakaiannya. Bagaimana ia bisa ceroboh seperti ini, lupa membawa pakaian ganti saat membersihkan diri?Ia mengikat erat
Senja demi senja berlalu, begitu pula hari dan minggu keminggu yang terlewati begitu saja. Kehampaan menjadi sahabat terbaik Alicia setelah menikah dengan Jade.Pernahkah kau mendengar ungkapan, andai waktu dapat diputar kembali? Ya, hal itulah yang terbesit padanya saat ini. Dunia yang penuh warna, dikelilingi oleh orang-orang terkasih seketika sirna. Diganti dengan kehampaan dan kesunyian yang menderu di dasar hati, begitu memilukan, begitu menyesakkan.Tidakkah situasi itu sama seperti ketika kau sedang menari bahagia bersama keramaian dan tiba-tiba saja kau di tarik dan dikucilkan di atap gedung tertinggi seorang diri, di mana kau hanya menjadi penonton dan melihat semarak keindahan di bawah sana tapi tak dapat melebur di dalamnya? Menyakitkan, bukan?Baiklah, tidak akan ada yang dapat memahami kengerian dalam kehampaan jika tidak pernah berada di sana! Kepedihan hati Jade melihat wanita yang dicintainya mengurung diri seperti burung dalam sangkar, membuat hatinya tergerak untuk
Disaat kau mengawal pagi dengan amarah, maka amarah akan menguasai suasana hatimu sepanjang hari. Alicia berharap, sedikit perhatiannya dapat meredakan amarah dalam hati pria yang sedang diobatinya.Alicia duduk di sisi sofa dan dengan hati-hati ia membalut luka di punggung tangan Jade. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria yang terbaring di hadapannya, sedari tadi hanya melemparkan pandangan ke luar jendela.Usai mengobati tangan Jade, Alicia menangkup wajah Jade dengan tangan kirinya, mengarahkan kepada pandangannya. "Do you feel better?"Melihat Jade yang bergeming membuat Alicia tidak sabar mengungkapkan pikirannya yang mulai panik. "Aku mohon, lepaskan Bryan. Jangan memperlakukannya seperti Anna. Jangan menawan siapapun lagi, please.""Lupakan apa yang baru saja kau lihat dan dengar! Aku akan berangkat bekerja. See you." Jade mengecup kening Alicia sekilas dan beranjak meninggalkannya.Alicia kembali ke kamarnya. Nampaknya perhatian yang ia berikan tak cukup untuk menenangka
Alicia menarik selimutnya hingga ke batas leher. Ia baru saja kembali dari kamar utama, meninggalkan Jade yang sedang terlelap. Setelah pergulatan yang panas antara dirinya dan Jade, ia merasakan kelu pada lidahnya.Bukan! Rasa kelu pada lidahnya bukan karena ulah Jade, melainkan... ia hanya merasa sulit untuk memaknai situasi hatinya saat ini.Disaat ia merasa mulai mencintai Jade seperti dulu, nama Anna terlintas di benaknya. Disaat ia ingin menjauhi Jade, hati kecilnya seakan memberontak, kasih sayang dan perhatian Jade padanya tidak mengizinkannya melakukan hal itu.Apakah terlalu egois, bila ia menjalani hari-harinya dengan normal dan penuh cinta kepada Jade yang kini adalah suami nya, sedangkan Anna entah di mana keberadaannya, apakah ia makan dan tidur dengan baik?Berapa lama yang ia butuhkan untuk menunggu Jade memaafkan Anna. Bahkan setiap kali ia membuka mata dikala pagi, ia kembali teringat kepada Anna yang bertambah satu hari melewati hari kelamnya seorang diri, disuatu t
Jade memijat kedua pelipisnya yang terasa pening oleh suara hingar bingar komentator yang sedang menyuarakan kejadian yang sedang terjadi di arena pacuan balap kuda.Sesekali ia mengibaskan tangan di hadapan wajahnya, entah hanya perasaannya saja atau memang kenyataan, ia merasa debu-debu yang membumbung dari kaki kuda-kuda yang melintas di arena balapan itu terbang ke hadapannya.Ia tak menyangka, menonton yang dimaksud Alicia adalah duduk di area terbuka melihat kuda-kuda yang sedang beradu cepat. Lagi-lagi rengekan Alicia meruntuhkan pertahanan hatinya untuk menuju tempat menonton yang semestinya, di bioskop!Belum lagi teriakan Alicia di sampingnya saat melihat salah satu The American Quater Horse favoritnya berada digaris depan mengungguli para lawannya. Paha Jade sedari tadi menjadi sasaran pukulan Alicia atas kehebohannya."Kau puas?" tanya Jade yang sedang menyeka keringat Alicia dan menyodorkan sebotol air mineral untuknya. Ia meminta Jordan untuk menaikkan suhu pendingin mob
Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag