Disaat kau mengawal pagi dengan amarah, maka amarah akan menguasai suasana hatimu sepanjang hari. Alicia berharap, sedikit perhatiannya dapat meredakan amarah dalam hati pria yang sedang diobatinya.Alicia duduk di sisi sofa dan dengan hati-hati ia membalut luka di punggung tangan Jade. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria yang terbaring di hadapannya, sedari tadi hanya melemparkan pandangan ke luar jendela.Usai mengobati tangan Jade, Alicia menangkup wajah Jade dengan tangan kirinya, mengarahkan kepada pandangannya. "Do you feel better?"Melihat Jade yang bergeming membuat Alicia tidak sabar mengungkapkan pikirannya yang mulai panik. "Aku mohon, lepaskan Bryan. Jangan memperlakukannya seperti Anna. Jangan menawan siapapun lagi, please.""Lupakan apa yang baru saja kau lihat dan dengar! Aku akan berangkat bekerja. See you." Jade mengecup kening Alicia sekilas dan beranjak meninggalkannya.Alicia kembali ke kamarnya. Nampaknya perhatian yang ia berikan tak cukup untuk menenangka
Alicia menarik selimutnya hingga ke batas leher. Ia baru saja kembali dari kamar utama, meninggalkan Jade yang sedang terlelap. Setelah pergulatan yang panas antara dirinya dan Jade, ia merasakan kelu pada lidahnya.Bukan! Rasa kelu pada lidahnya bukan karena ulah Jade, melainkan... ia hanya merasa sulit untuk memaknai situasi hatinya saat ini.Disaat ia merasa mulai mencintai Jade seperti dulu, nama Anna terlintas di benaknya. Disaat ia ingin menjauhi Jade, hati kecilnya seakan memberontak, kasih sayang dan perhatian Jade padanya tidak mengizinkannya melakukan hal itu.Apakah terlalu egois, bila ia menjalani hari-harinya dengan normal dan penuh cinta kepada Jade yang kini adalah suami nya, sedangkan Anna entah di mana keberadaannya, apakah ia makan dan tidur dengan baik?Berapa lama yang ia butuhkan untuk menunggu Jade memaafkan Anna. Bahkan setiap kali ia membuka mata dikala pagi, ia kembali teringat kepada Anna yang bertambah satu hari melewati hari kelamnya seorang diri, disuatu t
Jade memijat kedua pelipisnya yang terasa pening oleh suara hingar bingar komentator yang sedang menyuarakan kejadian yang sedang terjadi di arena pacuan balap kuda.Sesekali ia mengibaskan tangan di hadapan wajahnya, entah hanya perasaannya saja atau memang kenyataan, ia merasa debu-debu yang membumbung dari kaki kuda-kuda yang melintas di arena balapan itu terbang ke hadapannya.Ia tak menyangka, menonton yang dimaksud Alicia adalah duduk di area terbuka melihat kuda-kuda yang sedang beradu cepat. Lagi-lagi rengekan Alicia meruntuhkan pertahanan hatinya untuk menuju tempat menonton yang semestinya, di bioskop!Belum lagi teriakan Alicia di sampingnya saat melihat salah satu The American Quater Horse favoritnya berada digaris depan mengungguli para lawannya. Paha Jade sedari tadi menjadi sasaran pukulan Alicia atas kehebohannya."Kau puas?" tanya Jade yang sedang menyeka keringat Alicia dan menyodorkan sebotol air mineral untuknya. Ia meminta Jordan untuk menaikkan suhu pendingin mob
Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag
Gemerlap dan semarak kota New York empat hari ini menyisakan sebuah ruang keheningan disuatu tempat. Dimana tak sedikitpun sukacita dan kenikmatan dapat menyentuhnya. Alicia menatap nanar pemandangan di hadapannya.Sudah empat hari Mommy dirujuk ke rumah sakit New York atas perintah Jade dan ditangani oleh tim medis terbaik, sesuai referensi yang diberikan oleh dokter Liam. Kondisi Mommy yang kian menurun membuat Alicia sangat khawatir. Pikiran buruk berkecamuk di dalam benaknya. Mommy yang hanya bangun sesekali dalam sehari dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena pengaruh obat dengan dosis tinggi, selalu menutup percakapan pelan dan lemahnya dengan meminta agar Alicia membawa Anna datang menemuinya.Dan dengan alasan yang sama pula Alicia menjawab Mommy, bahwa Anna sedang memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat ini. Alicia telah berupaya untuk memohon kepada Jade, namun Jade tetap kepada pendiriannya dengan mengeraskan hati untuk tidak membiarkan Anna menemu
Tangis Alicia pecah ketika mendengar penuturan Jade, bahwa... Mommy baru saja menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu. Marah? Tentu saja! Namun, tubuhnya tak cukup kuat lagi untuk mengamuk kepada Jade, bahkan sisa tenaga akibat shock tak cukup kuat untuk menopang tubuhnya saat ini.Kini ia duduk di samping tubuh Mommy yang terbujur kaku di ruangan yang dingin, sedingin jemari Mommy yang ia pegang erat saat ini. Sesekali ia mengguncang-guncang tubuh Mommy dan berteriak memanggil Mommy. Pemandangan yang sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya."Mommy, jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak memiliki siapapun selain Mommy! Bangunlah... bangunlah, aku mohon bangunlah...!" Alicia kembali mengguncang tubuh Mommy dengan derai air mata yang membanjiri pipinya, mengabaikan Jade yang sedari tadi berupaya menenangkannya.Ia hanyut dalam tangis tergugu dan sesekali meracau dalam sisa kesadarannya, hingga semuanya terasa... gelap dan terdengar suara seorang pria yang meneriakk
Jade meremas kertas yang mendatangkan malapetaka untuknya dengan penuh amarah dan melemparkannya ke tong sampah. Ia berjalan menuju ruangan gym dan melayangkan tinjunya berulang kali pada punchbag, berniat mengalihkan pikiran kacaunya. Peluh yang membasahi sekujur tubuhnya tak cukup untuk menenangkannya. Berbagai olahraga berat satu persatu ia lakukan, tak kunjung meredakan pikiran yang begitu berkecamuk.Pukul dua dini hari, Alicia masih terjaga dalam kesedihan mendalam, menyendiri dalam keheningan di kamar. Bagaimana sekarang? Ia berpikir keras atas langkah yang harus ia ambil saat ini.Tidak! Mommy selalu berpesan padanya untuk tidak mengambil keputusan apapun disaat emosi menguasai diri, karena keputusan itu selalu cenderung salah! Dengan susah payah ia memaksakan diri untuk dapat terlelap.Malam yang berat baru saja berlalu, Alicia mengusap mata sembabnya. Akhirnya, kegelapan malam telah undur dari langit kota New York berganti sinar mentari cerah dan indah, tapi tidak dengan ha
Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu
Matahari kian naik dengan panas teriknya. Angin yang sesekali menerpa tubuh lemah Alicia menemaninya yang sedang duduk menangis tergugu. Tak banyak kata yang terucap sedari awal ia menginjakkan kaki di hadapan makam Anna selain ucapan maaf dan rindu.Dua jam berlalu begitu saja dalam keheningan saat Alicia tak dapat lagi mengutarakan isi hatinya, karena yamg tersisa hanyalah penyesalan. Tak seharusnya ia menunggu dan menunggu kelembutan hati Jade untuk dapat membebaskan Anna. Seharusnya ia lebih memaksa, seharusnya ia lebih histeris meneriaki Jade untuk melepaskan Anna dari hukuman itu, seharusnya ia lebih berani dan agresif dalam meminta Jade melepaskan Anna bagaimanapun caranya! Namun... semua sudah terlambat...Beberapa saat berlalu, Alicia pun menyerah kepada Jordan yang bersikeras mengajaknya pergi untuk mengisi perut. Jordan mengatakan ia telah menulis karangan bebas sedari pagi dalam membalas pesan Tuannya yang memastikan bahwa Alicia sudah makan tepat waktu. Baiklah, Alicia t
"Nyonya... Nyonya... Nyonya... kau baik-baik saja?" tanya Jordan dengan nada khawatir. Ia mendapatkan Nyonyanya terduduk diam seperti seorang ketakutan sambil memejamkan mata.Alicia yang berjingkat kaget segera membuka mata dan kembali menyeka keringat yang membasahi kening dengan ujung blazernya. Dengan langkah kaki perlahan ia mengikuti langkah kaki Jordan. Ia meremas sisi blazernya ketika suara histeris yang sesekali menggelegar semakin terdengar jelas, begitu pilu dan menyayat hati. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan pasien-pasien itu.Alicia kini menuruni sebuah tangga yang tampak remang dari pencahayaan lampu usang yang sudah lama. Tembok yang cukup tebal meredupkan suara-suara bising dari lantai atas, yang akan kau dengarkan di tempat ini hanyalah suara derap langkah dan nafasmu."Nyonya, maaf, aku lupa membawakan senter, apakah kau mau mengikutku naik atau...""Aku akan tunggu di sini!" Sela Alicia dengan mengabaikan Jordan dan meraih handle pintu. Jordan segera berlari
"Morning, Baby..." ucap Jade saat menuruni tangga dengan pakaian tidurnya. Ia memeluk Alicia erat serta mengecup puncak kepala istrinya. Ia mengeryitkan dahi sesaat melihat Alicia yang sudah rapi dengan nuansa hitam tampak elegant serta wangi."Sepertinya kau sangat antusias berpergian hari ini, where are you going by the way?" tanya Jade sambil menyesap sisa lemon hangat yang baru saja diletakkan Alicia di atas meja. Jade kembali meraih punggung Alicia dan melingkarkan lengan kekarnya di dada Alicia dan memeluknya erat, ia semakin candu dengan wangi tubuh sang istri. "Ahh... been a while..." Gumam Jade dalam hati. Ia menyandarkan wajahnya pada sisi kepala Alicia dan mengecupnya. "Kau tidak ingin menjawabku, hemm? Kau sudah sarapan? Kau tidak boleh berangkat dengan perut kosong, duduklah aku akan menyiapkan buah potong untukmu." "Tidak perlu, aku akan sarapan di luar." Jawab Alicia cepat seraya memutar tubuhnya menghadap Jade. Sial! Ia merutuk dirinya yang seketika menjadi canggung
Alicia menghela napas kasar usai mendengar konfirmasi yang diceritakan sekilas oleh Jordan. Pendar cahaya jalanan tampak buram dalam tatapannya saat ia melemparkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Ia menyeka sudut matanya dengan jemari tak kuasa menahan haru.Jordan mengatakan bahwa Anna telah dikubur dengan layak disuatu tempat. Jordan bahkan memperlihatkan beberapa foto Anna sebelum penutupan peti dan ya... selain wajah pucat karena kekurangan darah, Anna tetap cantik pada pandangan Alicia.Sesaat kemudian, tangis Alicia pecah ketika Jordan kembali melajukan mobil setelah lampu lalu lintas menjadi hijau. Ia melihat sebuah video yang memperlihatkan Anna tewas terkulai di ranjang dengan beberapa sayatan di pergelangan tangannya. Ia terhenyak oleh apa yang ia saksikan pada video yang baru saja diputar.CittttttSuara ban mobil berdecit seketika saat Jordan mendengar suara Nyonyanya yang sedang terisak. Jordan segera menghentikan laju mobil pada pinggir trotoar. "Maaf Nyonya, sehar
Grandma yang bersikeras meminta Alicia dan Jade pulang akhirnya tiba di Penthouse. Keduanya terlihat lelah dengan raut wajah yang tak dapat dibaca. Bersama keheningan malam mereka menapaki tangga menuju kamar... masing-masing."Jangan pernah melakukan hal kekanak-kanakkan seperti ini lagi! Tidak semua hal dapat kau ceritakan kepada orang tua tanpa mempertimbangkan akibatnya!" Ucap Jade menghentikan langkah Alicia.Alicia mendengus tawa dan berbalik menatap Jade. "Kekanak-kanakkan? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah semua ini tidak terjadi jika kau tidak memelihara dendam gilamu itu? Kau pikir dengan mengurung Anna di rumah sakit jiwa dalam kamar gelap adalah perbuatan dewasa? Sepertinya kau sangat puas sekarang, karena dendammu sudah terbalaskan oleh kematiannya!"Rahang tegas itu mengetat dan lengan kekar itu tampak mengepal kuat dalam kegelapan. Jade mencekal kepergian Alicia dengan menarik tangannya."Ikut aku!" Alicia berjalan dan setengah berlari mengikuti langkah lebar Jade menu
Jade meremas kertas yang mendatangkan malapetaka untuknya dengan penuh amarah dan melemparkannya ke tong sampah. Ia berjalan menuju ruangan gym dan melayangkan tinjunya berulang kali pada punchbag, berniat mengalihkan pikiran kacaunya. Peluh yang membasahi sekujur tubuhnya tak cukup untuk menenangkannya. Berbagai olahraga berat satu persatu ia lakukan, tak kunjung meredakan pikiran yang begitu berkecamuk.Pukul dua dini hari, Alicia masih terjaga dalam kesedihan mendalam, menyendiri dalam keheningan di kamar. Bagaimana sekarang? Ia berpikir keras atas langkah yang harus ia ambil saat ini.Tidak! Mommy selalu berpesan padanya untuk tidak mengambil keputusan apapun disaat emosi menguasai diri, karena keputusan itu selalu cenderung salah! Dengan susah payah ia memaksakan diri untuk dapat terlelap.Malam yang berat baru saja berlalu, Alicia mengusap mata sembabnya. Akhirnya, kegelapan malam telah undur dari langit kota New York berganti sinar mentari cerah dan indah, tapi tidak dengan ha
Tangis Alicia pecah ketika mendengar penuturan Jade, bahwa... Mommy baru saja menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu. Marah? Tentu saja! Namun, tubuhnya tak cukup kuat lagi untuk mengamuk kepada Jade, bahkan sisa tenaga akibat shock tak cukup kuat untuk menopang tubuhnya saat ini.Kini ia duduk di samping tubuh Mommy yang terbujur kaku di ruangan yang dingin, sedingin jemari Mommy yang ia pegang erat saat ini. Sesekali ia mengguncang-guncang tubuh Mommy dan berteriak memanggil Mommy. Pemandangan yang sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya."Mommy, jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak memiliki siapapun selain Mommy! Bangunlah... bangunlah, aku mohon bangunlah...!" Alicia kembali mengguncang tubuh Mommy dengan derai air mata yang membanjiri pipinya, mengabaikan Jade yang sedari tadi berupaya menenangkannya.Ia hanyut dalam tangis tergugu dan sesekali meracau dalam sisa kesadarannya, hingga semuanya terasa... gelap dan terdengar suara seorang pria yang meneriakk
Gemerlap dan semarak kota New York empat hari ini menyisakan sebuah ruang keheningan disuatu tempat. Dimana tak sedikitpun sukacita dan kenikmatan dapat menyentuhnya. Alicia menatap nanar pemandangan di hadapannya.Sudah empat hari Mommy dirujuk ke rumah sakit New York atas perintah Jade dan ditangani oleh tim medis terbaik, sesuai referensi yang diberikan oleh dokter Liam. Kondisi Mommy yang kian menurun membuat Alicia sangat khawatir. Pikiran buruk berkecamuk di dalam benaknya. Mommy yang hanya bangun sesekali dalam sehari dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur karena pengaruh obat dengan dosis tinggi, selalu menutup percakapan pelan dan lemahnya dengan meminta agar Alicia membawa Anna datang menemuinya.Dan dengan alasan yang sama pula Alicia menjawab Mommy, bahwa Anna sedang memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat ini. Alicia telah berupaya untuk memohon kepada Jade, namun Jade tetap kepada pendiriannya dengan mengeraskan hati untuk tidak membiarkan Anna menemu
Jade membekap mulut Alicia dengan tangannya dari belakang dan merengkuhnya erat."Tunjukkan padaku, jurus apa yang akan kau lakukan bila berada dalam situasi ini, huh?" Alicia bergumam kesal di dalam hatinya. Jade benar-benar membuatnya kesal bermain-main dalam kegelapan seperti ini. Baiklah, sepertinya Alicia harus memberinya sedikit pelajaran.Alicia membuka mulutnya dan menggigit jemari Jade dengan sekuat tenaga, ia menyikut perut Jade dan melepaskan diri dengan gerakan cepat kala pria itu meringis kesakitan oleh gigitannya, kemudian melompati meja di hadapannya dan kini posisi mereka saling berseberangan."Stop!" seru Alicia saat Jade hendak melompati meja dan mendekatinya. Namun seruannya diabaikan Jade yang sekarang menindihnya di atas sofa dan mengunci pergerakannya."Aku akan membantu Mommy untuk menghukum kenakalan masa lalumu, agar kau tidak akan pernah berani melakukannya lagi sama sekali pada masa ini.""Itu hanya masa lalu, aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lag