Share

18. Perbincangan di Kantor

Raka merasakan beban di pundaknya semakin berat setiap hari. Meski dia mencoba mengabaikan bisikan-bisikan dan tatapan sinis dari rekan-rekannya di kantor, kata-kata mereka terus menghantuinya. Saat itu, di ruang makan siang yang ramai, Raka duduk sendiri di sudut ruangan, menatap piring makanannya yang setengah kosong tanpa nafsu. Suara bising dan canda tawa dari sekelilingnya terasa samar, seolah teredam oleh kebisingan pikirannya sendiri.

“Aku tidak mengerti, sungguh tidak mengerti. Apa yang dilihat Nadia dalam diri Raka?” kata seorang rekan, suaranya cukup keras hingga Raka bisa mendengarnya meskipun dia duduk jauh.

Kata-kata itu seperti belati yang menusuk langsung ke hatinya. Raka mencoba untuk tidak menghiraukannya, tapi setiap kali dia mendengar nama Nadia disebutkan dalam nada meremehkan, rasa sakit itu terasa lebih dalam. Dia tahu betul betapa Nadia adalah sosok yang istimewa, dan dia berusaha keras untuk membuktikan kepada dunia terutama kepada diri sendiri bahwa dia layak u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status