Zekha kembali dengan membawa sebuah selimut dan juga guling ditangannya. Ia meletakkan guling tersebut di bagian tengah tempat tidurnya. Setelahnya Zekha berbaring mengenakan selimut yang tadi dibawanya.
“Kamu, jangan melewati batas ini,” titahnya, ia langsung tidur memunggungi Jason.Pikiran Zekha masih memikirkan pekerjaannya, ia masih berpikir bagaimana Jason menemukan beberapa kesalahan yang ia lewatkan.‘Apa aku tanya saja dia yah?’ pikir Zekha. ‘Ah tidak, saat ini keadaan aku dan dia sangat canggung, apalagi tadi sempat sedikit memanas karena kehadiran Jesica,’ tolaknya lagi, ia gengsi untuk menanyakan hal itu pada suami kontraknya itu.Ucapan yang dilontarkan oleh Zekha tak diindahkannya oleh pria itu, Jason maju dan memeluk tubuh Zekha dari belakang dengan erat. Jason mencium wangi rambut istri dinginnya itu, sejenak darahnya berdesir mengalir dengan hebat. Jantungnya berdegup, napasnya tak beraturan.“Aku tahu kau ingin aku tidur sambil memelukmu sepeti ini kan? Di luar hujan dan sangat dingin, akan menjadi hangat jika aku memelukmu,” bisik Jason seketika membuat Zekha meremang.Zekha sedikit mendorong suaminya itu. “Apa yang kau lakukan, aku tidak sedang menginginkanmu memelukku, aku hanya sedang berpikir bagaimana kau bisa menemukan masalah dalam pekerjaanku, padahal aku sudah memeriksanya berulang kali,” pekik Zekha sedikit menolak pelukan Jason.Jason membalik tubuh Zekha. “Biarkan malam ini aku tidur dengan memelukmu, esok pagi aku akan memberitahunya padamu,” ucap Jason yang sudah memeluk erat istrinya itu.“Baiklah, aku melakukan hal ini hanya demi pekerjaanku, bukan untuk menikmati pelukanmu, apalagi dada bidangmu,” akhirnya Zekha menyerah, ia tanpa sadar membenamkan wajahnya yang merona pada dada bidang Jason, pria itu tersenyum geli, dalam hatinya ia berseru bahagia karena dapat menaklukkan gunung es yang selama dua tahun ini tinggal bersama dengannya.‘Dasar gunung es, ucapan dan hatinya sangat berbeda.’*Pagi hari, Zekha sudah bangun lebih awal, ia lari pagi dan pulangnya membawa dua porsi bubur ayam yang dibelinya saat hendak pulang. Setelah mandi dan bersiap, ia membuatkan secangkir kopi hitam yang biasa diminum oleh Jason.“Aku belum bisa masak karena belum ada peralatan memasak. Esok weekend aku akan belanja keperluan dapur, beberapa hari makan yang ada saja dulu,” ucapnya seraya menyuguhkan bubur ayam yang ia beli tadi pada Jason.“Aku akan meminta Rangga mengisi peralatan dapur siang nanti,” ucap Jason, tapi Zekha hanya terdiam tak menanggapi perkataan Jason, wanita itu makan dengan wajah yang masih memiliki beban pikiran.Jason melihat wajah Zekha, entah apa yang sedang dipikirkan istri dinginnya itu, wajahnya terlihat gusar. Apakah Zekha masih memikirkan laporan yang semalam, begitu pertanyaan Jason dalam hatinya.“Terima kasih, untuk laporan...” Jason memberitahu tentang laporan Zekha yang ada beberapa kesalahan.“Baiklah, aku sudah mengerti. Aku berangkat dulu, akan ada rapat pagi ini.” Zekha yang sudah selesai makan meraih tasnya, dan pergi meninggalkan Jason begitu saja, tanpa kecupan perpisahan seperti pasangan normal lainnya yang sering ia lihat, atau seperti Ayah dan Ibunya yang selalu mesra.“Haish, kapan pernikahan ini akan berjalan normal,” gumam Jason meneruskan makannya, ia tak ingin menyisakan makanan yang telah dibeli oleh Zekha untuknya.*Siang hari dikantor Zekha, jam makan siang Jeny mendatangi kantor menantunya itu. Ia membawakan makan siang untuk menantunya.“Mamah mengapa repot-repot, aku bisa makan di kantin nanti,” ucap Zekha menyambut kedatangan mertuanya itu.“Mamah tak repot, hanya ingin makan siang bareng kamu saja.” Jeny meletakkan kotak makanan yang ia bawa di meja dekat sofa, Zekha menghampiri mertuanya itu dan duduk di sampingnya.“Makasih yah, Mah. Aku jadi tak enak pada Papah.” Zekha menyengir kuda, membayangkan Papah mertuanya yang cemburuan itu sedang merajuk karena istrinya makan siang bersama dengan menantunya.“Biarkan saja Papahmu itu, dia sudah tua harus sering-sering mengalah pada yang muda. Sudah ayu makan, nanti keburu dingin,” ajak Jeny yang sudah selesai membuka kotak makan yang ia bawa, Zekha memakan masakan Mamah mertuanya itu dengan begitu lahap, rasanya sudah lama sekali ia tak makan siang masakan rumahan saat jam istirahat.“Masakan Mamah memang selalu enak,” puji Zekha.“Kalau enak, maka harus dihabiskan.”“Pasti, akan aku habiskan. Jason pasti cemburu kalau tahu Mamah makan siang bersama denganku daripada dengannya.”Zekha memang selalu bersikap lembut dan hangat pada Jeny, tapi ia akan bersikap dingin dan masa bodo pada suami kontraknya itu. Bukan sikapnya seperti itu, tapi semenjak ia menikah dengan Jason, Zekha hanya ingin memasang pembatas saja agar hatinya tak kebablasan memiliki perasaan yang tak seharusnya pada Jason.“Zekha, mamah mau minta tolong. Jam istirahat kalau kamu ada waktu, tolong antarkan makan siang ke kantor Jason dan temani ia makan. Jason memiliki maag, dia sering mengabaikan jam makannya karena sangat sibuk dengan pekerjaannya, mamah takut kalau dia sakit. Sepertinya hanya kamu yang bisa membuatnya meninggalkan pekerjaannya sejenak, hanya sekedar untuk makan. Bawakan dia makanan dari kantin pun tak apa jika kamu tak sempat masak, yang penting sering-sering ajak dia makan siang, bisa kan?” pinta Jeny pada putri menantunya itu dengan memegang tangan Zekha, ia memang sangat menyayangi Zekha seperti putri kandungnya sendiri.Zekha mengusap tangan Mamah mertuanya itu dan tersenyum lembut. “Mamah tenang saja, mulai esok aku akan mengantarkannya makanan dan kutemani anak dablek itu makan,” sahut Zekha dengan senyum lembutnya, meski dalam hati terasa berat karena harus selalu dekat dengan Jason, tapi ia tak bisa menolak permintaan Mamah mertuanya yang sangat menyayanginya itu.Kedua orang tua Jason tak tahu kalau ia dan Jason menikah kontrak, dan pernikahan akan berakhir dalam waktu satu tahun lagi.“Zekha memang paling mengerti mamah. Kalau begitu mamah pulang dulu yah.” Jeny bangkit setelah membereskan kotak makannya.“Perlu kuminta Erlan mengantar Mamah pulang?” tanya Zekha.“Tak perlu, mamah bisa pulang dengan menggunakan taksi,” tolak Jeny dengan halus.“Enggak, Mah. Mamah tunggu sebentar, aku akan panggil Erlan untuk mengantar Mamah.” Zekha meraih teleponnya dan menghubungi sopir yang merangkap menjadi asistennya itu.“Datang ke ruanganku sekarang,” titahnya dan telepon segera ia tutup.Tak lama datang seorang pria muda yang tampan, dialah Erlan, sopir sekaligus asisten Zekha.“Lan, antar Mamahku pulang yah,” titah Zekha.“Baik, Nona.”“Mamah hati-hati yah, jangan terlalu lelah. Weekend nanti aku akan mengunjungi Mamah,” ucap Zekha.“Mamah tunggu, kalau begitu mamah pulang dulu.” Jeny pergi setelah saling berpelukan dan cium pipi kanan dan pipi kiri, mereka tak terlihat seperti menantu dan mertua, mereka lebih terlihat seperti Ibu dan putri kandungnya.Hidden Love || Bintang Biru || GoodNovel“Bos, makan siang Anda ingin saya pesankan dari kantin apa dari resto biasa?” tanya Rangga yang datang setelah makan siang, ia sudah mengingatkan Bosnya akan makan siangnya, jika Rangga berinisiatif menyediakan makan siang tanpa bertanya maka Jason tak akan memakannya jika ia tak ingin makan.“Rangga, daripada kau mengurusi makan siangku, lebih baik bantu aku beli peralatan dapur agar istriku bisa masak setiap pagi. Zekha mengatakan kalau weekend ia akan membelinya, tapi aku tak ingin ia kelelahan hanya karena peralatan dapur. Aku ingin saat Zekha pulang kerja nanti, semuanya sudah tertata rapi di dapur, dan juga bahan makanan jangan lupa dibeli, lemari pendingin kosong, isi sekalian,” titah Jason pada Rangga.“Tapi, Bos, Nyonya besar selalu meminta saya untuk mengingatkan Anda dengan makan siang yang selalu Anda lewatkan. Nyonya besar sangat khawatir kalau Anda akan masuk rumah sakit lagi karena telat makan atau tak makan sama sekali.” Rangga masih mencoba memberi pengertian pada B
Zekha tersenyum tipis pada Jesica. “Kenapa? Apakah aku tak boleh datang untuk melihat suamiku? Malah sebaliknya aku ingin bertanya, bukankah Nona Jesica Lee tidak bekerja di ZC Company? Mengapa Anda bisa berada di sini? Apakah menggoda pria yang sudah beristri itu sangat menyenangkan bagi Nona Jesica Lee?” sindir Zekha tepat sasaran, Jesica yang tadinya ingin memancing emosi Zekha, kini ia sendiri yang malah terpancing emosi karena perkataan Zekha. “Kamu!” pekik Jesica kesal. ‘Bukankah wanita ini tak disukai oleh Jason? Mengapa belakangan ini dia menjadi begitu dekat dengannya? Jason juga sekarang terlihat peduli padanya, apakah Jason sudah jatuh cinta padanya?’ batin Jesica. “Untuk apa kau bersandiwara menjadi istri yang perhatian pada Jason dengan cara mengunjunginya? Selama ini yang dia cintai bukanlah dirimu. Kau memang istrinya, tapi sebenarnya hanya sebagai statusnya saja untuk menyenangkan orang tuanya. Dihati Jason tetap akulah yang dia cintai,” ucap Jesica dengan begitu per
“Ada apa?” tanya Zekha yang bingung karena Jason menghampirinya dengan raut wajah panik.“Apakah kamu melihat foto yang berada di atas meja kerjaku?” tanya Jason dengan panik.“Maksudmu bingkai yang pecah yang berantakan di atas meja itu?” tanya Zekha, dan tiba-tiba saja Jason memegang kedua pundaknya dan mengguncangnya dengan erat dan kasar.“Benar, kamu taruh di mana?” tanya Jason yang tak sadar sudah menyakiti bahu Zekha dengan memegangnya erat.“Kulihat sudah pecah dan berantakan, jadi kubuang karena kupikir itu sampah,” sahut Zekha apa adanya.“Itu barang berharga bagiku, mengapa kau menyentuhnya sembarangan dan membuangnya seenaknya tanpa seizinku,” bentak Jason dengan wajah penuh amarah.“Kau menyakitiku, Jason,” pekik Zekha karena Jason memegang pundak Zekha dengan sangat erat.“Lain kali jangan berani-beraninya kau menyentuh barang-barangku, dan jangan memasuki ruanganku tanpa seizinku.” Jason melepaskan cengkeramannya pada pundak Zekha, tak sengaja Zekha tersungkur da
“Ada apa?” tanya Gladis yang bingung melihat sahabatnya memasang raut wajah khawatir.“Erlan mengatakan, ada yang ingin bunuh diri di atap gedung Rose Group,” sahut Zekha memakai handsfreenya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Aku akan ikut menemanimu.” Gladis bangkit dan meraih tasnya, ia akan ikut pergi bersama dengan Zekha.Di depan gedung Rose Group, sudah banyak orang berkumpul di depan gedung tersebut. Anggota pemadam kebakaran dan juga ambulance sudah siap berada di tempat tersebut karena takut terjadi hal yang tak diinginkan. Terlihat juga di atas gedung seorang wanita yang hendak loncat ingin bunuh diri.Zekha yang baru datang langsung naik ke atas atap gedung, meski memiliki fobia terhadap ketinggian, tapi ia harus menyelamatkan wanita itu agar tak terjadi sesuatu pada Rose Group. Jika saham Rose Group sampai anjlok hanya gara-gara ada seseorang yang bunuh diri di gedung tersebut, maka Tuan besar Addison akan menyalahkan Zekha sepenuhnya.“Nona, wanita yang ingin b
“Erlan, jadwalkan pada dokter kecantikan terbaik untuk bertemu dengan Bunga. Kita tak bisa membiarkannya seperti itu dan lepas tangan begitu saja. Aku tak ingin berdampak buruk pada perusahaan yang nantinya akan mengakibatkan saham perusahaan anjlok,” titah Zekha, pagi itu ia terlihat sangat sibuk sekali karena insiden semalam di atas gedung perusahaan milik keluarga Addison.“Mengapa Anda begitu sangat peduli padanya, Nona? Iritasi pada wajahnya bukan karena skincare dari perusahaan kita. Kulit dia sendiri yang begitu sensitif tapi malah ingin mencoba sesuatu yang baru tanpa berkonsultasi terlebih dulu pada dokter kecantikan,” tanya Erlan yang masih bingung mengapa Bosnya itu malah peduli pada Bunga.“Itu karena dia mencoba bunuh diri di atap perusahaan ini saat wajahnya iritasi setelah menggunakan skincare milik perusahaan kita. Bantu aku untuk menekan berita di media sosial tentang perusahaan kita juga terkait berita semalam,” sahut Zekha yang menambah pekerjaan lagi pada Erlan.
Jason menarik tangan Zekha dan mendorongnya hingga ke tembok dengan perlahan, ia memegang satu sangan Zekha dan tangan satunya menarik leher bagian belakangnya, bibir mereka saling menyatu hingga beberapa detik.“Antara aku dan kamu selamanya tak akan bisa menjadi teman, mengerti. Kamu adalah istriku, sah dimata hukum dan agama, mengapa aku ingin berteman denganmu,” ucap Jason menegaskan dengan penuh penekanan.“Tapi kita hanya sekedar pasangan kontrak saja, Jason. Kamu berbuat seperti ini, bukankah ini sudah melanggar kontrak kita. Lagi pula, dalam waktu kurang dari satu tahun lagi, pernikahan kita akan berakhir.” Zekha mengingatkan akan apa hubungan mereka yang sebenarnya.“Aku tak peduli, hubungan kita selamanya tak akan pernah berakhir. Aku ingin, hubungan suami istri ini tetap berlanjut.” Jason pergi menuju di aman mobilnya terparkir, ia pergi meninggalkan Zekha, makan malam yang telah direncanakan oleh Zekha harus gagal karena kebodohannya sendiri.“Huh, undangan makan malam
“Jason, jaga sikapmu, cepat selesaikan aku sudah mengantuk,” ucap Zekha untuk mengalihkan apa yang dikatakan oleh Jason, jantungnya sungguh sangat berdetak kencang, wajahnya bak kepiting rebus.“Baiklah, istriku. Tak kusangka wajahmu bisa memerah juga,” goda Jason melanjutkan mengetiknya.‘Jason brengsek, dia sungguh sangat menikmati menggodaku,’ gerutu Zekha dalam hati.Jason mengerjakan pekerjaan milik Zekha dengan begitu seriusnya hingga ia tak menyadari kalau Zekha telah terlelap dengan kepalanya yang diletakkan di atas meja.Jason membenahi rambut yang menutupi wajah cantik istrinya itu.“Apakah kau bermimpi buruk, wajahmu begitu tegang meski sedang terlelap,” gumam Jason.Pekerjaannya telah selesai, ia bangkit dan menggendong Zekha membawanya ke dalam kamar mereka. Jason meletakkan tubuh istrinya itu perlahan dan mencium pucuk kepalanya.“Semoga mimpi indah,” ucapnya, ia ikut membaringkan tubuhnya di samping Zekha dan memeluknya erat, malam itu Jason terlelap dengan penuh
Di sebuah bar bernama King, Jason sedang menikmati minumannya bersama dengan teman-temannya. Namun, ia tak menikmati kebersamaan itu karena pikirannya sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh Rangga tadi sore.‘Mengapa wanita ini belu juga menghubungiku? Apakah dia berencana akan menghadiri pesta itu sendiri tanpaku? Apa aku benar-benar tak memiliki arti apa pun untuknya? Sungguh kejam sekali wanita itu, aku akan memberinya pelajaran nanti saat pulang, agar dia tahu siapa aku ini,’ kesal Jason yang menunggu Zekha menghubunginya, tapi nyatanya tak kunjung juga ia mendapati nomor istri kontraknya itu menghubunginya.Jason tak tahu kalau Zekha sudah menghubunginya untuk memberinya kabar, tapi panggilan itu diterima oleh Jesica, wanita itu bahkan berani menghapus panggilan terakhir pada ponsel milik Jason.Saat Jason sedang merasakan hatinya tak senang, Jesica datang menghampirinya dengan wajah yang merona. Ia berencana akan mendekati Jason malam ini dan menjadikannya pria itu milikny
Jonatan menghela napasnya tenang, ia menatap sang mamah yang menuntut jawaban darinya.“Zekha adalah cinta pertamaku, dia adalah wanita pertama yang sangat aku kagumi dan aku sayangi hingga kini. Tak ada wanita lain yang aku sayangi setelah bertemu dengannya,” ucap Jonatan dengan wajah berbinar dan mata penuh cinta untuk seseorang yang sedang ia bicarakan, Jeny merasa terenyuh dalam hati melihat putra bungsunya yang ternyata menyukai menantu kesayangannya itu.“Tapi Jo, dia itu-”“Mamah tenang saja, aku tahu batasanku kok. Aku hanya merasa menyesal saja, mengapa aku harus pergi keluar negeri, andai saja aku tetap melanjutkan study-ku di sini, mungkin aku bisa bersama dengannya. Aku hanya berharap dia bahagia, meski bukan bersama denganku, Mah. Aku percaya pada Kak Jason, dia tak mungkin membuat Zekha terluka dan sedih.” Jonatan memotong ucapan sang mamah, ia tahu apa yang ingin dikatakan mamahnya itu.Jeny bernapas lega. “Baguslah kalau begitu, mamah jadi tenang. Mamah hanya tak i
“Aku bawakan kamu makan siang, Mamah khawatir kalau maag-mu akan kambuh.” Zekha meletakan nampan yang ia bawa berisi makan siang untuk Jason di meja.“Taruh saja, nanti akan kumakan jika ingin,” jawab Jason ketus karena ia masih kesal.“Baiklah kalau begitu, aku keluar dulu untuk membantu Mamah membereskan meja makan.” Zekha berbalik.“Tunggu,” ucap Jason menghentikan langkah istrinya itu, Zekha berbalik dan menatap Jason.“Kenapa?”“Bagaimana kamu mengenal Jonatan?” tanya Jason.“Kami satu kampus, Jonatan adalah juniorku, tak heran kami saling mengenal,” jawab Zekha apa adanya tanpa ada yang ditutupi.‘Apakah Zekha tak tahu kalau Jonatan menyukainya?’ batin Jason penasaran bercampur kesal.“Jadi, apakah kau tahu dengan seseorang yang memberikannya handuk ketika mereka mengikuti Olimpiade mewakili kampus?”“Apakah handuk kecil berwarna abu-abu dengan bordir yang bertuliskan Love Anime?” Zekha balik bertanya untuk memastikan.“Bagaimana kau tahu?”“Karena itu handukku,” sahu
Zekha keluar dari rumah sakit, ternyata Jason sudah menunggunya. Ia segera masuk ke dalam mobil tersebut dan tak lama mobil pun pergi meninggalkan rumah sakit.“Kamu terlihat senang, apa ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit?” tanya Jason yang melihat wajah Zekha nampak berseri.“Ah itu, tadi aku bertemu dengan juniorku yang sangat menarik. Kami baru saja bertemu lagi setelah lama tak jumpa dan ternyata dia adalah pasien dari Gladis yang membuat Gladis kewalahan,” jawab Zekha menjelaskan dengan sangat antusias.“Pria atau wanita?” tanya Jason kembali seakan interogasi.“Pria.” Zekha menjawab dengan wajah berseri membuat Jason menjadi tak senang.“Kalau begitu tak menarik sama sekali,” ketus Jason yang memilih melihat ke arah jalanan dengan wajah yang ditekuk kesal, kini sepanjang perjalanan tak ada obrolan lagi.Dua puluh menit lamanya akhirnya mobil berhenti di area parkir kediaman orang tua Jason. Zekha langsung turun tanpa menunggu Jason membukakan pintu untuknya. Ketik ia
“Ada apa, Gladis?” tanya Zekha ketika ia tiba di rumah sakit, Gladis sedang terduduk dengan wajah ditekuk lemas.“Lihat pria yang kini tengah duduk di dalam?” Zekha melihat ke dalam ruangan sahabatnya, ia mengangguk menatap Gladis.“Iya, memangnya kenapa?” tanya Zekha bingung.“Dia mengatakan kalau dia itu merasa pusing dan tak enak badan, aku memeriksa suhu tubuhnya dan memang sedikit panas, jadi aku menyarankannya untuk suntik penurun panas. Tapi dia mengatakan kalau dia takut dengan jarum suntik, pas aku memberinya obat, dia malah meminta obat yang manis dan tak ingin obat yang kuresepkan. Aku kan tak memiliki obat manis untuk dosis orang dewasa, dan dia juga bukan anak kecil lagi. Dia tetap saja kekeh tak ingin minum obat yang pahit dan tak ingin disuntik, jadi aku bingung harus bagaimana, sedangkan dia memaksaku untuk segera meredakan pusing dikepalanya. Aku tak ada pilihan lain jadi aku langsung saja menyuntiknya secara diam-diam di lengannya, dia malah marah-marah dan akan m
Pagi menjelang, Zekha semalaman tak dapat tidur dengan lelap karena memikirkan Jason yang tak pulang. Pagi ini terdapat lingkaran hitam pada matanya, ia sungguh kurang tidur. Zekha bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum membuat sarapan dan pergi ke kantor.“Huh, gara-gara memikirkan sesuatu yang tak penting, aku jadi tak lelap tidur,” gerutu Zekha yang kini sedang mengeringkan rambutnya.Meski pikiran dan hatinya sedang kacau, ia tetap harus ke kantor untuk bekerja. Dengan cara seperti itulah dirinya baru bisa melupakan apa yang tengah ia rasakan.Zekha keluar dari kamar setelah rapi dan siap, ia berencana membuat roti isi selai saja untuk menu sarapannya.“Kau sudah bangun?” Zekha terkejut dan menoleh pada sumber suara yang bertanya padanya.“Jason, kapan kau pulang?” Zekha tak menjawab, ia malah bertanya balik dan berjalan mendekat pada pria yang sedang duduk di kursi meja makan.“Aku sudah membeli sarapan untuk kita, mari sarapan bersama, setelah itu
Jason memberikan buket bunga mawar merah yang begitu besarnya, tentu saja hal itu membuat Zekha bingung dan bertanya-tanya dari mana Jason mengetahui hari kelahirannya.“Kau tahu hari ulang tahunku?” tanya Zekha bingung.“Tentu saja aku tahu. Memang kau pikir selama ini aku tak tahu, hanya karena aku tak pernah mengucapkannya? Jangan-jangan malah kau sendiri yang tak tahu hari ulang tahunku?” sahut Jason dengan sindiran kecil.Zekha tak menjawabnya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jason dan mencium bibir Jason. Mendapat serangan mendadak seperti itu, Jason tak ingin melewatkan kesempatan baik itu. Jason menarik tengkuk istrinya untuk memperdalam ciumannya, ia tak peduli jika itu di pinggir jalan.“Silakan naik, masih ada waktu dua jam lagi hari ulang tahunmu. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk merayakannya.” Jason sudah membuka pintu mobilnya untuk Zekha setelah ciuman mereka terlepas.Zekha pun masuk tanpa bertanya pada Jason akan dibawa ke mana. Hari ini ia sungguh b
Hari yang melelahkan telah berlalu dengan begitu panjang, kini berganti dengan hari yang baru untuk Zekha siap bertempur dengan pekerjaannya. Sampainya dikantor, Faris langsung memberitahu pada Erlan kalau direktur pemasok bahan baku kosmetik siap bertemu dengannya.“Nona, Pak Sugeng setuju untuk bertemu dengan Anda, tapi ia yang menentukan tempatnya sendiri. Apakah Anda bersedia bertemu? Jika tidak, saya bisa mewakilkannya untuk Anda,” ucap Erlan memberitahu apa yang disampaikan oleh Faris.“Aku akan menemuinya, Erlan. Kapan dia ingin bertemu denganku dan di mana tempat yang ia janjikan?” tanya Zekha ingin tahu.“Pak Sugeng meminta Anda menemuinya di Bar Crocodile jam tujuh malam ini. Dia meminta Anda untuk datang sendiri. Nona, sebaiknya saya yang mewakilkan Anda untuk datang, saya takut kalau Pak Sugeng akan melakukan sesuatu yang melecehkan Anda,” sahut Erlan yang memberitahu apa yang disampaikan oleh Faris.Erlan sungguh sangat khawatir pada keselamatan Bosnya itu, karena ia
Jason pergi dengan menggandeng tangan Zekha. Ia tak memedulikan Jesica yang sedang dalam keadaan pingsan karena Jason tahu kalau Jesica pingsan bohongan untuk menghindari perkataan orang-orang yang terus saja menyudutkannya.“Jason, kau belum menjawab pertanyaanku. Mengapa kau ada di sini?” Zekha bertanya kembali, Jason menghentikan langkahnya.“Jika saja tadi aku tak datang, apa yang akan terjadi padamu? Apa yang akan kau lakukan pada wanita itu dan para wartawan gadungannya?” Jason balik bertanya.Zekha menundukkan kepalanya. “Entahlah, aku tak tahu.”“Dasar wanita cengeng.” Jason mengangkat wajah Zekha dan mengganti plester pada luka Zekha setelah mengoleskan salep.“Baru tadi kau mengobatinya, sudah menggantinya lagi,” protes Zekha mencibirkan bibirnya.“Tadi aku belum mengoleskan salepnya, kebetulan saat kembali ke kantor tadi aku meminta Rangga membeli salep untuk menghilangkan bekas luka. Jika di wajahmu terdapat bekas luka, kelak siapa yang akan menginginkanmu,” alibi Ja
‘Mengapa tiba-tiba saja muncul banyak wartawan di sini? Apakah ini rencana dari Jesica? Jika iya, aku takut akan ada berita buruk tentangku esok yang akan membuat perusahaan terkena dampaknya,’ batin Zekha dengan wajah panik.Jesica memegangi kepalanya yang berdarah, ia tak bohong jika itu rasanya sakit sekali, tapi ia puas karena Zekha menjadi sasaran para wartawan yang memojokkannya.“Aku tak tahu apa yang ia lakukan padaku, padahal tadi aku hanya bicara minta maaf karena skandal yang sedang beredar antara aku dan suaminya, Tuan Jason. Mungkin dia emosi dan tak sadar mendorongku hingga aku terjatuh,” ucap Jesica, ucapannya terdengar seperti tak menyalahkan Zekha tapi secara bersamaan juga menyudutkannya.“Apakah yang dikatakan oleh Nona Lee benar? Anda marah padanya karena skandal antara Nona Lee dan Tuan Jason hingga membuatnya terluka seperti itu?” tanya salah seorang wartawan kembali.“Diam! Bisakah kalian berhenti bertanya hal yang tak penting? Apakah kalian tak lihat darah