Robert Darren, Papah Jason geram dengan apa yang diberitakan media tentang skandal putranya, ia menatap Jason penuh amarah tapi tak bisa ia lampiaskan karena ada Jeny sang istri yang mengawasinya. Robert memang tipe pria yang menuruti ucapan istrinya, tapi bukan berarti ia takut dengan istrinya. Ia hanya tak ingin istrinya kesal saja pada dirinya karena memarahi putra kesayangan istrinya itu.
“Skandal apa lagi ini?” tanya pria paruh baya tersebut menahan emosinya pada putranya.“Apa lagi?” ucap Jason dengan nada tanya seraya duduk di sofa single dengan begitu santainya. “Yah seperti yang Anda lihat,” sambungnya dengan santai seperti tak ada masalah.“Dasar anak kurang ajar,” geram Robert menahan suaranya agar tak terdengar oleh Jeny, di meja makan yang kebetulan tak jauh dari ruang tamu, Zekha terkekeh lirih, tapi hal itu diketahui oleh Jason dan pria itu menyeringai tipis.Robert menoleh pada menantunya yang sedang terkekeh geli melihat Jason yang tak pernah patuh.“Zekha, kamu sebagai istri seharusnya bisa menasihatinya agar tak selalu membuat skandal seperti ini terus menerus, apakah kamu tak cemburu melihat suaimu digandeng dan dipeluk oleh wanita lain di depan umum?” kesal Robert karena melihat menantunya yang sepetinya biasa saja setiap kali skandal tentang Jason yang sedang dekat dengan wanita tersebar luar disurat kabar seperti majalah bahkan sosial media.“Pah, ini hanya foto kerja sama saja, tak ada hubungan lebih dari kerja sama. Dihati Jason tetap hanya ada aku seorang.” Zekha mencoba membela suaminya yang brengsek dan mengesalkan itu menurutnya, agar sang Papah mertua tak terus membahasnya dengan panjang lebar sehingga berujung pada pembahasan keturunan.‘Jason sialan, setiap kali dia membuat ulah, akulah yang harus membereskannya,’ gerutu Zekha dalam hati, ia masih memasang wajahnya dengan senyum kaku dan kesal dengan Jason, pria yang sedang dibelanya malah asyik tersenyum menatap padanya membuat dirinya ingin sekali memukul wajah tampan itu andai saja bukan sedang di kediaman mertuanya.“Dan juga, kalian sudah dua tahun menikah, apakah tak ingin memiliki anak? Jika kalian memiliki anak, Jason pasti akan patuh karena ia akan memikirkan anaknya, waktunya juga pasti akan lebih banyak digunakan dengan anaknya,” sambungnya lagi masih membahas tentang Jason, bahasan yang selalu dihindari oleh Zekha akhirnya terlontar juga.‘Kan, ujung-ujungnya pasti anak lagi yang dibahas,’ gerutu Zekha lagi dalam hati masih menatap kesal pada Jason, selalu saja seperti ini jika membahas kelakuan Jason yang selalu membuat skandal seenaknya.Zekha tak menanggapi ucapan Papah mertuanya itu, ia lebih memilih untuk pergi ke dapur membuat teh lemon hangat sedangkan Jeny sibuk menyiapkan makan malam. Tanpa sadar Jason memeluknya dari belakang.“Aku akan menuruti apa yang menjadi keputusan istriku, jika Zekha mengatakan ingin punya anak, maka aku akan memberikannya,” ucap Jason seketika membuat wajah Zekha merona, tentu saja Jason tak bisa melihat wajah merona istri dinginnya itu.“Lepas,” ucapnya lirih hanya ia dan Jason saja yang mendengarnya.*“Malam ini, kalian menginap saja di sini, Mamah ingin mengobrol banyak dengan kamu, Zekha. Sudah lama sekali kamu tak berkunjung karena sibuk dengan pekerjaanmu,” pinta sang Mamah mertua saat mereka sedang makan malam.“Tentu, dengan senang hati aku akan menemani Mamah mengobrol,” ucap Zekha yang tak menolak permintaan Mamah mertuanya itu.Setelah makan malam, dua wanita beda generasi itu mengobrol diruang tamu, sedangkan Jason memeriksa dokumen ditabletnya yang selalu ia bawa ke mana-mana. Malam semakin larut, jam sepuluh Jeny meminta Zekha untuk segera istirahat karena menantunya itu baru saja pulang dari perjalanan bisnis.“Kamu pasti lelah, istirahatlah,” titah Jeny.“Kalau begitu aku masuk kamar dulu yah, Mah, Pah, selamat malam,” pamit Zekha yang langsung beranjak pergi menuju kamar Jason.“Kau tak menemaninya istirahat, Jason?” tanya Jeny dengan tatapan tajamnya.“Iya sebentar lagi, Mah. Aku akan segera menyusulnya,” sahut Jason yang tak memedulikan tatapan tajam sang Mamah.Setelah selesai dengan pekerjaannya, Jason ke kamarnya untuk istirahat. Di dalam kamar, terlihat Zekha yang baru saja selesai mandi dan masih menggunakan jubah mandi. Ia yang juga sudah lelah langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya agar segera bisa istirahat.Zekha yang sudah berganti baju langsung melanjutkan untuk memakan skincare pada wajahnya sebelum tidur. Tak lama Jason sudah keluar dari kamar mandi, ia hendak menuju tempat tidurnya.“Kau tidur di sofa, dan aku tidur di tempat tidur,” ucap Zekha yang masih sibuk memoles wajahnya menggunakan krim malam, tapi Jason tak mengindahkan ucapan dari istri kontraknya itu, ia malah berjalan menuju tempat tidur dan berbaring miring seraya menopang kepalanya dengan sebelah tangannya sambil menatap pada Zekha.“Tak mau, aku ingin tidur di tempat tidur,” jawabnya santai dengan seringainya, Zekha menoleh pada Jason yang sudah berada di tempat tidurnya.Zekha bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Jason, beruntung ritual menggunakan skincarenya sudah selesai. Ia menarik tangan Jason agar bangun dari tempat tidur tersebut karena ia tak ingin tidur satu tempat tidur dengan Jason. Mereka memang tak pernah tidur satu tempat tidur meski satu kamar. Di rumah mereka, dalam kamar mereka berdua terdapat dua tempat tidur untuk mereka tidur, tapi sekarang Jason lebih sering pulang ke apartemennya daripada ke Villa miliknya dan Villa itu ditempati oleh Zekha seorang diri.“Bangun,” pinta Zekha seraya menarik tangan Jason agar bangun dari pembaringannya yang sudah dalam posisi wenak itu.Jason balik menarik tangan Zekha dengan tangan satunya lagi sehingga membuat Zekha terjatuh di atas tubuh Jason. Zekha menatap terkejut pada Jason, sedangkan Jason hanya tersenyum jahil. Jason memang selalu menggoda istri dinginnya itu, ia sebenarnya sudah jatuh cinta pada Zekha tapi ia gengsi untuk mengungkapkannya secara langsung.Jason membalik tubuhnya menjadi berada di atas tubuh mungil Zekha, ia meraih helaian rambut Zekha yang begitu wangi mint, dihirupnya aroma mint tersebut dengan mata yang terpejam seketika membuat jantung Zekha tiba-tiba saja berdegup kencang. Jason menatap wajah Zekha yang merona, disibakkannya beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya, lalu ciuman lembut mendarat di bibir Zekha. Zekha haya bisa membolakan matanya karena terkejut dengan serangan mendadak itu.“Karena kita tak ada yang ingin tidur di sofa, jadi kita tidur bersama saja di sini,” ucapnya seraya mengusap bibir Zekha yang basah dengan jari jempolnya karena ulah nakalnya.Entah bagaimana, mereka kini sudah berada dalam satu selimut dengan Jason memeluk Zekha dari belakang, napasnya berembus di leher jenjang miliknya. Jantung Zekha tak berhenti berdetak hingga membuat dadanya terasa sesak sekali untuk bernapas. Malam yang begitu menyesakkan terasa begitu panjang baginya hingga tanpa sadar ia sudah memejamkan matanya.Hidden Love || Bintang_Biru || GoodNovelEsok paginya Zekha pagi-pagi sekali sudah pergi ke kantor karena ada rapat pagi ini, ia tak sempat sarapan di rumah mertuanya. Namun, ia berjanji kalau malam ini akan makan malam di rumah bersama dengan mertuanya.“Zekha, apakah semalam tidurmu nyenyak? Pagi ini kita tak bisa mengobrol bersama karena kamu harus ke kantor pagi-pagi sekali dan Jason bersama Papahmu ada rapat dadakan juga, jadi pagi tadi tak ada yang sarapan di rumah,” tanya Jeny sengaja ingin memancing memantu dan putranya itu, seketika wajah Zekha memerah mengingat kejadian semalam.“Ah, emm, cu-cukup nyenyak kok, Mah,” sahut Zekha tergagap, Jeny tersenyum lebar begitu pula dengan Jason yang diam menikmati makanannya tapi seringai tipis muncul dari bibirnya.“Sudah cukup skandal yang kau lakukan, Jason. Papah minta ke depannya jangan ada skandal seperti ini lagi. Saat ini banyak gosip beredar kalian yang tak tinggal satu rumah karena sudah tak cocok dan akan berpisah. Mulai hari ini kamu harus kembali ke Villa Centu
“Dasar Jason brengsek, kenapa juga dia harus kembali kesini, sudah bagus dia tinggal di apartemennya, malah kembali mengganggu hidupku,” gerutu Zekha yang sedang mengembalikan kembali barang-barang milik Jason ke tempat yang semestinya.Setelah selesai dengan membereskan semuanya, ia juga memutuskan untuk mandi dikamar mandi lain. Setelah selesai, Zekha melihat sekeliling, ternyata Jason belum selesai dengan ritual mandinya, yah Jason kalau mandi sudah seperti putri solo yang lamanya hampir satu jam, entah ritual apa saja yang ia lakukan di dalam kamar mandi sampai selama itu di dalam kamar mandi. Tak ingin ambil pusing, Zekha berjalan menuju dapur sambil membawa tablet yang biasa ia gunakan untuk bekerja ke dapur.Zekha mengambil satu cup mie instan dan menyeduhnya dengan air panas, ia juga membuat teh lemon untuk menemaninya bekerja. Sambil menunggu mie instannya siap, Zekha mengerjakan pekerjaannya yang tadi belum selesai dikantor karena harus segera pulang sebab sudah janji pada
Matanya seketika membulat menyaksikan apa yang dilakukan suaminya dan Jesica, Jason dan Jesica tengah berciuman diruang tamu. Namun, sepersekian detik kemudian Zekha mengabaikan adegan itu setelah berhasil mengontrol hatinya, Zekha berjalan melewati mereka yang sedang sibuk memagut bibir. Sebenarnya ia geram karena Jason melakukan hal itu diruang tamu, tapi Zekha tak ingin banyak bicara, jadi ia memutuskan untuk mengabaikannya saja“Kamu sudah pulang? Mengapa lama sekali? Aku sudah sangat kelaparan, apakah kamu tak peduli?” banyak pertanyaan dilontarkan oleh Jason kala melihat Zekha tak merespons apa yang ia dan Jesica lakukan.Zekha menghentikan langkahnya, ia menoleh pada di mana Jason dan Jesica duduk, tapi bukan melihat pada keduanya melainkan matanya tertuju pada tablet yang tadi ia gunakan untuk bekerja. Zekha berjalan menuju meja tersebut, Jason berpikir kalau istri dinginnya itu akhirnya akan merespons apa yang dia lakukan dengan Jesica. Namun, ternyata perkiraannya salah, a
Zekha kembali dengan membawa sebuah selimut dan juga guling ditangannya. Ia meletakkan guling tersebut di bagian tengah tempat tidurnya. Setelahnya Zekha berbaring mengenakan selimut yang tadi dibawanya. “Kamu, jangan melewati batas ini,” titahnya, ia langsung tidur memunggungi Jason. Pikiran Zekha masih memikirkan pekerjaannya, ia masih berpikir bagaimana Jason menemukan beberapa kesalahan yang ia lewatkan. ‘Apa aku tanya saja dia yah?’ pikir Zekha. ‘Ah tidak, saat ini keadaan aku dan dia sangat canggung, apalagi tadi sempat sedikit memanas karena kehadiran Jesica,’ tolaknya lagi, ia gengsi untuk menanyakan hal itu pada suami kontraknya itu. Ucapan yang dilontarkan oleh Zekha tak diindahkannya oleh pria itu, Jason maju dan memeluk tubuh Zekha dari belakang dengan erat. Jason mencium wangi rambut istri dinginnya itu, sejenak darahnya berdesir mengalir dengan hebat. Jantungnya berdegup, napasnya tak beraturan. “Aku tahu kau ingin aku tidur sambil memelukmu sepeti ini kan? Di luar h
“Bos, makan siang Anda ingin saya pesankan dari kantin apa dari resto biasa?” tanya Rangga yang datang setelah makan siang, ia sudah mengingatkan Bosnya akan makan siangnya, jika Rangga berinisiatif menyediakan makan siang tanpa bertanya maka Jason tak akan memakannya jika ia tak ingin makan.“Rangga, daripada kau mengurusi makan siangku, lebih baik bantu aku beli peralatan dapur agar istriku bisa masak setiap pagi. Zekha mengatakan kalau weekend ia akan membelinya, tapi aku tak ingin ia kelelahan hanya karena peralatan dapur. Aku ingin saat Zekha pulang kerja nanti, semuanya sudah tertata rapi di dapur, dan juga bahan makanan jangan lupa dibeli, lemari pendingin kosong, isi sekalian,” titah Jason pada Rangga.“Tapi, Bos, Nyonya besar selalu meminta saya untuk mengingatkan Anda dengan makan siang yang selalu Anda lewatkan. Nyonya besar sangat khawatir kalau Anda akan masuk rumah sakit lagi karena telat makan atau tak makan sama sekali.” Rangga masih mencoba memberi pengertian pada B
Zekha tersenyum tipis pada Jesica. “Kenapa? Apakah aku tak boleh datang untuk melihat suamiku? Malah sebaliknya aku ingin bertanya, bukankah Nona Jesica Lee tidak bekerja di ZC Company? Mengapa Anda bisa berada di sini? Apakah menggoda pria yang sudah beristri itu sangat menyenangkan bagi Nona Jesica Lee?” sindir Zekha tepat sasaran, Jesica yang tadinya ingin memancing emosi Zekha, kini ia sendiri yang malah terpancing emosi karena perkataan Zekha. “Kamu!” pekik Jesica kesal. ‘Bukankah wanita ini tak disukai oleh Jason? Mengapa belakangan ini dia menjadi begitu dekat dengannya? Jason juga sekarang terlihat peduli padanya, apakah Jason sudah jatuh cinta padanya?’ batin Jesica. “Untuk apa kau bersandiwara menjadi istri yang perhatian pada Jason dengan cara mengunjunginya? Selama ini yang dia cintai bukanlah dirimu. Kau memang istrinya, tapi sebenarnya hanya sebagai statusnya saja untuk menyenangkan orang tuanya. Dihati Jason tetap akulah yang dia cintai,” ucap Jesica dengan begitu per
“Ada apa?” tanya Zekha yang bingung karena Jason menghampirinya dengan raut wajah panik.“Apakah kamu melihat foto yang berada di atas meja kerjaku?” tanya Jason dengan panik.“Maksudmu bingkai yang pecah yang berantakan di atas meja itu?” tanya Zekha, dan tiba-tiba saja Jason memegang kedua pundaknya dan mengguncangnya dengan erat dan kasar.“Benar, kamu taruh di mana?” tanya Jason yang tak sadar sudah menyakiti bahu Zekha dengan memegangnya erat.“Kulihat sudah pecah dan berantakan, jadi kubuang karena kupikir itu sampah,” sahut Zekha apa adanya.“Itu barang berharga bagiku, mengapa kau menyentuhnya sembarangan dan membuangnya seenaknya tanpa seizinku,” bentak Jason dengan wajah penuh amarah.“Kau menyakitiku, Jason,” pekik Zekha karena Jason memegang pundak Zekha dengan sangat erat.“Lain kali jangan berani-beraninya kau menyentuh barang-barangku, dan jangan memasuki ruanganku tanpa seizinku.” Jason melepaskan cengkeramannya pada pundak Zekha, tak sengaja Zekha tersungkur da
“Ada apa?” tanya Gladis yang bingung melihat sahabatnya memasang raut wajah khawatir.“Erlan mengatakan, ada yang ingin bunuh diri di atap gedung Rose Group,” sahut Zekha memakai handsfreenya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Aku akan ikut menemanimu.” Gladis bangkit dan meraih tasnya, ia akan ikut pergi bersama dengan Zekha.Di depan gedung Rose Group, sudah banyak orang berkumpul di depan gedung tersebut. Anggota pemadam kebakaran dan juga ambulance sudah siap berada di tempat tersebut karena takut terjadi hal yang tak diinginkan. Terlihat juga di atas gedung seorang wanita yang hendak loncat ingin bunuh diri.Zekha yang baru datang langsung naik ke atas atap gedung, meski memiliki fobia terhadap ketinggian, tapi ia harus menyelamatkan wanita itu agar tak terjadi sesuatu pada Rose Group. Jika saham Rose Group sampai anjlok hanya gara-gara ada seseorang yang bunuh diri di gedung tersebut, maka Tuan besar Addison akan menyalahkan Zekha sepenuhnya.“Nona, wanita yang ingin b
Jonatan menghela napasnya tenang, ia menatap sang mamah yang menuntut jawaban darinya.“Zekha adalah cinta pertamaku, dia adalah wanita pertama yang sangat aku kagumi dan aku sayangi hingga kini. Tak ada wanita lain yang aku sayangi setelah bertemu dengannya,” ucap Jonatan dengan wajah berbinar dan mata penuh cinta untuk seseorang yang sedang ia bicarakan, Jeny merasa terenyuh dalam hati melihat putra bungsunya yang ternyata menyukai menantu kesayangannya itu.“Tapi Jo, dia itu-”“Mamah tenang saja, aku tahu batasanku kok. Aku hanya merasa menyesal saja, mengapa aku harus pergi keluar negeri, andai saja aku tetap melanjutkan study-ku di sini, mungkin aku bisa bersama dengannya. Aku hanya berharap dia bahagia, meski bukan bersama denganku, Mah. Aku percaya pada Kak Jason, dia tak mungkin membuat Zekha terluka dan sedih.” Jonatan memotong ucapan sang mamah, ia tahu apa yang ingin dikatakan mamahnya itu.Jeny bernapas lega. “Baguslah kalau begitu, mamah jadi tenang. Mamah hanya tak i
“Aku bawakan kamu makan siang, Mamah khawatir kalau maag-mu akan kambuh.” Zekha meletakan nampan yang ia bawa berisi makan siang untuk Jason di meja.“Taruh saja, nanti akan kumakan jika ingin,” jawab Jason ketus karena ia masih kesal.“Baiklah kalau begitu, aku keluar dulu untuk membantu Mamah membereskan meja makan.” Zekha berbalik.“Tunggu,” ucap Jason menghentikan langkah istrinya itu, Zekha berbalik dan menatap Jason.“Kenapa?”“Bagaimana kamu mengenal Jonatan?” tanya Jason.“Kami satu kampus, Jonatan adalah juniorku, tak heran kami saling mengenal,” jawab Zekha apa adanya tanpa ada yang ditutupi.‘Apakah Zekha tak tahu kalau Jonatan menyukainya?’ batin Jason penasaran bercampur kesal.“Jadi, apakah kau tahu dengan seseorang yang memberikannya handuk ketika mereka mengikuti Olimpiade mewakili kampus?”“Apakah handuk kecil berwarna abu-abu dengan bordir yang bertuliskan Love Anime?” Zekha balik bertanya untuk memastikan.“Bagaimana kau tahu?”“Karena itu handukku,” sahu
Zekha keluar dari rumah sakit, ternyata Jason sudah menunggunya. Ia segera masuk ke dalam mobil tersebut dan tak lama mobil pun pergi meninggalkan rumah sakit.“Kamu terlihat senang, apa ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit?” tanya Jason yang melihat wajah Zekha nampak berseri.“Ah itu, tadi aku bertemu dengan juniorku yang sangat menarik. Kami baru saja bertemu lagi setelah lama tak jumpa dan ternyata dia adalah pasien dari Gladis yang membuat Gladis kewalahan,” jawab Zekha menjelaskan dengan sangat antusias.“Pria atau wanita?” tanya Jason kembali seakan interogasi.“Pria.” Zekha menjawab dengan wajah berseri membuat Jason menjadi tak senang.“Kalau begitu tak menarik sama sekali,” ketus Jason yang memilih melihat ke arah jalanan dengan wajah yang ditekuk kesal, kini sepanjang perjalanan tak ada obrolan lagi.Dua puluh menit lamanya akhirnya mobil berhenti di area parkir kediaman orang tua Jason. Zekha langsung turun tanpa menunggu Jason membukakan pintu untuknya. Ketik ia
“Ada apa, Gladis?” tanya Zekha ketika ia tiba di rumah sakit, Gladis sedang terduduk dengan wajah ditekuk lemas.“Lihat pria yang kini tengah duduk di dalam?” Zekha melihat ke dalam ruangan sahabatnya, ia mengangguk menatap Gladis.“Iya, memangnya kenapa?” tanya Zekha bingung.“Dia mengatakan kalau dia itu merasa pusing dan tak enak badan, aku memeriksa suhu tubuhnya dan memang sedikit panas, jadi aku menyarankannya untuk suntik penurun panas. Tapi dia mengatakan kalau dia takut dengan jarum suntik, pas aku memberinya obat, dia malah meminta obat yang manis dan tak ingin obat yang kuresepkan. Aku kan tak memiliki obat manis untuk dosis orang dewasa, dan dia juga bukan anak kecil lagi. Dia tetap saja kekeh tak ingin minum obat yang pahit dan tak ingin disuntik, jadi aku bingung harus bagaimana, sedangkan dia memaksaku untuk segera meredakan pusing dikepalanya. Aku tak ada pilihan lain jadi aku langsung saja menyuntiknya secara diam-diam di lengannya, dia malah marah-marah dan akan m
Pagi menjelang, Zekha semalaman tak dapat tidur dengan lelap karena memikirkan Jason yang tak pulang. Pagi ini terdapat lingkaran hitam pada matanya, ia sungguh kurang tidur. Zekha bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum membuat sarapan dan pergi ke kantor.“Huh, gara-gara memikirkan sesuatu yang tak penting, aku jadi tak lelap tidur,” gerutu Zekha yang kini sedang mengeringkan rambutnya.Meski pikiran dan hatinya sedang kacau, ia tetap harus ke kantor untuk bekerja. Dengan cara seperti itulah dirinya baru bisa melupakan apa yang tengah ia rasakan.Zekha keluar dari kamar setelah rapi dan siap, ia berencana membuat roti isi selai saja untuk menu sarapannya.“Kau sudah bangun?” Zekha terkejut dan menoleh pada sumber suara yang bertanya padanya.“Jason, kapan kau pulang?” Zekha tak menjawab, ia malah bertanya balik dan berjalan mendekat pada pria yang sedang duduk di kursi meja makan.“Aku sudah membeli sarapan untuk kita, mari sarapan bersama, setelah itu
Jason memberikan buket bunga mawar merah yang begitu besarnya, tentu saja hal itu membuat Zekha bingung dan bertanya-tanya dari mana Jason mengetahui hari kelahirannya.“Kau tahu hari ulang tahunku?” tanya Zekha bingung.“Tentu saja aku tahu. Memang kau pikir selama ini aku tak tahu, hanya karena aku tak pernah mengucapkannya? Jangan-jangan malah kau sendiri yang tak tahu hari ulang tahunku?” sahut Jason dengan sindiran kecil.Zekha tak menjawabnya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jason dan mencium bibir Jason. Mendapat serangan mendadak seperti itu, Jason tak ingin melewatkan kesempatan baik itu. Jason menarik tengkuk istrinya untuk memperdalam ciumannya, ia tak peduli jika itu di pinggir jalan.“Silakan naik, masih ada waktu dua jam lagi hari ulang tahunmu. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk merayakannya.” Jason sudah membuka pintu mobilnya untuk Zekha setelah ciuman mereka terlepas.Zekha pun masuk tanpa bertanya pada Jason akan dibawa ke mana. Hari ini ia sungguh b
Hari yang melelahkan telah berlalu dengan begitu panjang, kini berganti dengan hari yang baru untuk Zekha siap bertempur dengan pekerjaannya. Sampainya dikantor, Faris langsung memberitahu pada Erlan kalau direktur pemasok bahan baku kosmetik siap bertemu dengannya.“Nona, Pak Sugeng setuju untuk bertemu dengan Anda, tapi ia yang menentukan tempatnya sendiri. Apakah Anda bersedia bertemu? Jika tidak, saya bisa mewakilkannya untuk Anda,” ucap Erlan memberitahu apa yang disampaikan oleh Faris.“Aku akan menemuinya, Erlan. Kapan dia ingin bertemu denganku dan di mana tempat yang ia janjikan?” tanya Zekha ingin tahu.“Pak Sugeng meminta Anda menemuinya di Bar Crocodile jam tujuh malam ini. Dia meminta Anda untuk datang sendiri. Nona, sebaiknya saya yang mewakilkan Anda untuk datang, saya takut kalau Pak Sugeng akan melakukan sesuatu yang melecehkan Anda,” sahut Erlan yang memberitahu apa yang disampaikan oleh Faris.Erlan sungguh sangat khawatir pada keselamatan Bosnya itu, karena ia
Jason pergi dengan menggandeng tangan Zekha. Ia tak memedulikan Jesica yang sedang dalam keadaan pingsan karena Jason tahu kalau Jesica pingsan bohongan untuk menghindari perkataan orang-orang yang terus saja menyudutkannya.“Jason, kau belum menjawab pertanyaanku. Mengapa kau ada di sini?” Zekha bertanya kembali, Jason menghentikan langkahnya.“Jika saja tadi aku tak datang, apa yang akan terjadi padamu? Apa yang akan kau lakukan pada wanita itu dan para wartawan gadungannya?” Jason balik bertanya.Zekha menundukkan kepalanya. “Entahlah, aku tak tahu.”“Dasar wanita cengeng.” Jason mengangkat wajah Zekha dan mengganti plester pada luka Zekha setelah mengoleskan salep.“Baru tadi kau mengobatinya, sudah menggantinya lagi,” protes Zekha mencibirkan bibirnya.“Tadi aku belum mengoleskan salepnya, kebetulan saat kembali ke kantor tadi aku meminta Rangga membeli salep untuk menghilangkan bekas luka. Jika di wajahmu terdapat bekas luka, kelak siapa yang akan menginginkanmu,” alibi Ja
‘Mengapa tiba-tiba saja muncul banyak wartawan di sini? Apakah ini rencana dari Jesica? Jika iya, aku takut akan ada berita buruk tentangku esok yang akan membuat perusahaan terkena dampaknya,’ batin Zekha dengan wajah panik.Jesica memegangi kepalanya yang berdarah, ia tak bohong jika itu rasanya sakit sekali, tapi ia puas karena Zekha menjadi sasaran para wartawan yang memojokkannya.“Aku tak tahu apa yang ia lakukan padaku, padahal tadi aku hanya bicara minta maaf karena skandal yang sedang beredar antara aku dan suaminya, Tuan Jason. Mungkin dia emosi dan tak sadar mendorongku hingga aku terjatuh,” ucap Jesica, ucapannya terdengar seperti tak menyalahkan Zekha tapi secara bersamaan juga menyudutkannya.“Apakah yang dikatakan oleh Nona Lee benar? Anda marah padanya karena skandal antara Nona Lee dan Tuan Jason hingga membuatnya terluka seperti itu?” tanya salah seorang wartawan kembali.“Diam! Bisakah kalian berhenti bertanya hal yang tak penting? Apakah kalian tak lihat darah