“Yuk, masuk dulu! Mama nyiapin gaun buat lo pakai di nikahan Mbak Dinar nanti, biar seragaman sama punya kita semua.”
Sayna mengangguk dan mengikuti ajakan Danish untuk masuk ke rumahnya. Dan dia sangat terkejut mendapati rumah Danish yang biasanya rapi, bersih, sepi, saat ini justru berantakan sekali. Ruang tengahnya penuh dengan berbagai kotak, paper bag, dust bag serta gaun-gaun yang menggantung di rak beroda.
Salah satu penghuni rumah ini memang akan benar-benar menikah, sehingga kehebohan jenis ini terjadi, sama seperti di keluarga lainnya. Sayna diam-diam mengulum senyum, merasa senang karena ada gelenyar hangat menjalar di dadanya.
“Nih, mama suruh coba yang ini dulu.”
Danish memberinya sebuah kebaya berwarna pastel lalu meminta Sayna mencobanya di kamar pas yang sudah mereka siapkan mendadak demi semua persiapan ini.
“Nish, Mbak Dinar-nya mana? Gue kan belum ketemu.” Sayna celingukan men
Hari pernikahan Dinara tiba, mereka semua sudah berkumpul sejak semalam di Hotel Singosari yang kabarnya adalah hotel milik calon suami wanita itu. Bukan hotel terbaik di Jakarta, tapi cukup mewah untuk pernikahan mendadak sepasang orang yang bahkan belum genap dua bulan saling kenal. Danish sudah siap dengan setelan terbaiknya hari ini, tadi Sayna bilang kalau dia tampan sekali memakai beskap seperti sekarang. Sebab Danish adalah wali nikah Dinara, maka dia juga diperhatikan tak kalah penting dengan pengantinnya sendiri. Danish begitu berdebar karena akan menikahkan seseorang hari ini. “Pake yang itu, iya. Yang warna pastel.” Dia menolehkan kepala saat mendengar kakak kandungnya itu terus-terusan membuat Sayna serba salah karena apa pun yang dikenakan Sayna akan diprotes olehnya. Danish tidak menyangka jika Dinara akan memusuhi Sayna terang-terangan seperti itu. Meskipun setelahnya mereka berdua justru tampak lucu, saling serang tapi juga saling memperhatika
Nenek lampir di sebelahnya ini tengah menyamar jadi pengantin alias ratu sehari. Sejak pagi dia sudah mengomeli Sayna karena gagal menurunkan 2 kilogram berat badan, salah memilih korset yang tampak bengkak dibungkus kebaya. Lalu memastikan berkali-kali bahwa geng mereka—terutama Sayna, tampil lebih cantik dan memukau dibanding geng pager ayu keluarga Ranajaya.“Geseran,” bisik Dinara pelan sambil mendelik kepadanya.Di sisi kiri sana para gadis ayu asal Surabaya yang mewakili keluarga Ranajaya berfoto bersama mereka. Di sisi kanan, tepat di samping Dinara, Sayna dan sepupu-sepupunya yang cantik berdiri berjejeran agar terlihat imbang. Untungnya dari segi fisik mereka tidak terlalu timpang, meski kentara sekali gadis-gadis Jawa original itu sangat anggun dan terbiasa memakai kebaya, sedangkan Sayna ingin sekali mengangkat roknya tinggi-tinggi saat dia berjalan.“Lo harus tampil cantik nanti malam. Harus.” Dinara lagi-lagi berbisik p
Seratus juta memang menggiurkan sekali, tapi bukan itu yang Sayna inginkan. Dia tahu kalau jadi Dinara hari ini pasti berat sekali, dia tahu pernikahan kakak kandung Danish itu tidak seperti kebanyakan orang menikah yang pernah dia temui. Sayna mengerti kenapa Dinara dan Arya ingin segera kabur dari pelaminan mereka sendiri.Kalau melihat sekeliling, bingkai-bingkai foto berbunga itu polos. Harusnya ada foto mempelai di sana, biasanya diambil saat pre-wedding, tapi semua orang tahu kalau Dinara dan Arya tidak memilikinya. Semua orang hampir mengerti, meski tidak bisa menahan rasa penasaran mereka sejak tadi.Jadi, Sayna dan Danish memutuskan untuk tidak menerima sogokannya. Mereka berdua sudah mendapat banyak sekali dari Arya dan Dinara. Selain mobil dan cek senilai 1 miliar yang diterima Danish, Sayna juga memiliki banyak gaun dan sepatu cantik yang Dinara beli. Jika dijumlahkan, uang yang dikeluarkan pasangan itu sudah banyak sekali. Mereka tidak mau menamba
Selain menikah secara dadakan dengan orang yang baru ditemuinya beberapa waktu lalu, kakak kandung Danish melakukan hal lain yang lebih gila lagi. Dia menyelinap pergi ke kamar pengantin dengan sang suami lalu mengunci pintunya dan tidak muncul lagi hingga acara selesai.Tebak saja siapa yang menggantikan mereka berdua di pelaminan, Danish dan Sayna. Keduanya berpakaian ala pengantin gadungan dan cekikikan menyalami para tamu undangan. Mereka menjelaskan sedikit tentang keadaan pengantin sungguhan yang sedang berganti pakaian meski itu bohong belaka.Anehnya, Sayna terlihat senang. Danish kira gadis itu akan mengumpat kakaknya seperti yang sudah dia lakukan. Ternyata tidak, Sayna baik-baik saja, mereka bahkan berfoto berdua ala-ala pengantin aslinya. Kalau sudah begitu ya, lama-lama Danish juga senang.“Nish!” Sayna menepuk punggungnya dari arah belakang. Acara sudah selesai, tamu-tamu sudah pergi, mereka pun bersiap untuk kembali ke ka
Hari kelulusan. Setelah melakukan ujian akhir beberapa waktu yang lalu, melewatkan malam prom yang menyenangkan dengan teman-teman seangkatannya, belajar yang rajin, dan lebih rajin lagi membantu ibunya di laundry, Danish melangkah ke luar kelas dengan senyum mengembang. Rasanya seperti sudah bebas.Dia dan seluruh kelas 12 yang tersisa di SMA Nyusu akan pergi, melepas seragam putih abu-abu yang mereka kenakan dan memulai petualangan baru di bangku universitas. Lembar kelulusan yang menyatakan dirinya boleh meninggalkan dunia remaja penuh warna itu Danish pegang erat. Mereka membagikannya di aula, tapi kemudian membuka lembar itu di kelas masing-masing. Dan tak lupa, papan media sekolah turut membagikan peringkat dari seluruh angkatan per-jurusan yang mereka ambil.Danish menepuk dadanya bangga, dia berpapasan dengan Angga dan Aryan yang sedang berangkulan dan berjalan ke arahnya. Mereka saling melempar senyum, tampak sama-sama lega dan bahagia.“
Danish: You deleted this messageSayna: Nish, ada apa? Kok dihapus? Sayna: Kirim ulang dong, gue kepo nih.Danish: Lo mau nggak jadi pacar gue? Sayna: Wkwk kirain apa. Sayna: Udah, hapus lagi aja. Danish mendengkus tidak senang, Sayna selalu begitu dari dulu dan ini sudah berbulan-bulan. Memang sih mereka sudah melakukan banyak hal bersama-sama dan tidak ada satu pun yang mengira keduanya tidak pacaran, hanya orang-orang terdekat yang tahu status mereka sebenarnya. Dan selama ini Danish juga tidak masalah, hanya karena mendengar Angga dan Aryan tidak jomblo lagi, dia iri parah. Danish juga ingin mengakui blak-blakan kalau Sayna adalah pacarnya.“Nish!” Gadis itu menepuk bahu Danish dari belakang. Mereka baru saja selesai merayakan kelulusan, Sayna bersama teman-tema
Ekstra – EpilogHamam invited you to join Bujang NyusuHamam: Hai, temen-temen sepeliharaan gue! Kangen nggak nih?Danish: Njir, apaan ini?Arvin: Bujang Nyusu? Yang bener aja lo ngasih nama!Herdian: Ada baiknya kita berunding dulu masalah nama baru untuk grup ini.Hamam: Heh, lo udah official pensiun jadi ketua kelas, ya. Gosah ngatur-ngatur!Arvin: Ini kita berempat doang nih?Hamam: Gue masukin Rafid, Reno sih kaga, empet gue sama dia.Danish: Panggil si Rafid.Arvin: Fid!Herdian: Rafid!Rafid typing...Hamam: Oh, ada noh masih mengetik. Gue kangen sama lo pada btw. Aneh banget bolos sekolah selama ini, gue kan nggak pernah bolos.Danish: Lo nyindir
Danish: Say, dessert yang kapan hari dibeliin si ibu namanya apa sih, lupa gue.Sayna: Yang mana?Danish: Yang ada kopinya.Danish: Duh, apaan itu namanya, ya?Danish: Tira... apa sih?Sayna: Misu?Danish: Miss you too :*Sayna: Dih!Danish: Hahaha, lo mau nggak? Gue serius nih, ntar gue bawain.Sayna: Apaan? Tiramissu?Danish: Iya.Sayna: Nggak ah, gue lagi kepengen donat kentang sih kalau ada. Yang pake gula dingin itu. Duh, jadi kebayang kan...Danish: Oh, ntar gue beli, gampang.Sayna: Oke, makasih.Danish: Mamanya Bolu lagi ngidam kayaknya nih, Michi sama Bolu otw punya dedek, anak ketiga kita :*Sayna: Ngga