Saat hari menjelang malam, suara deru mobil yang baru saja berhenti membuat Kenzie sedikit lega. Dia turun dari mobil setelah duduk untuk perjalanan yang panjang. Hatinya menghangat saat melihat pintu Villa yang terbuka. Disana, Lander telah datang dengan terburu buru dan segera menyambutnya. Tapi, dimana Ellina? Tiba-tiba dia harus memastikan keadaan Ellina karena takut akan ada hal buruk. "Tuan, maaf aku tak tahu jika tuan sudah pulang," Lander segera meraih tas di tangan Kenzie dan jas yang akan di lepas. Kenzie hanya mengangguk dan berjalan memasuki ruang utama dengan Lander yang mengikutinya di belakang. Pikirannya penuh dengan Ellina saat ini. Dan villa ini kenapa terlalu sepi? Tiba-tiba perasaannya yang sebelumnya memburuk tidak bisa menjadi lebih baik. Dia memutar tubuhnya menghadap Lander sesaat. "Bagaimana keadaan Ellina?" tanyanya langsung.. "Nona tak keluar sedikitpun dari kamar sesuai perintah tuan." "Begitu patuh?" tanyanya heran. Lalu Kenzie diam. Dia membalikkan
Tatapan Kenzie jatuh pada mangkuk bubur di meja nakas yang tak jauh dari Ellina. Dia melihat bubur itu utuh dan tak tersentuh. Bahkan obat dan buah yang tersaji dari pagi pun tetap berada di tempatnya. Tak bergeser apa lagi berkurang. Hanya bertambah banyak dari beberapa butir pil menjadi tumpukan pil. Tatapannya menjadi dingin, kelembutan yang sempat hadir itu musnah entah kemana. Ellina terkejut. Ekor matanya menatap nyalang ke samping, pergerakannya cepat. Dia melihat Kenzie yang juga menatapnya lurus. "Apakah mereka tak enak?" Ellina masih terpaku. Semua itu terlalu mengejutkan untuknya. Dia belum sempat bereaksi, ketika Kenzie telah berjalan ke sisi pintu dan berteriak. Membuat seluruh isi rumah naik ke lantai atas. "Lander...!" Mendengar teriakan keras membuat Lander begerak cepat menuju lantai atas. Beberapa pelayan yang juga mendengar langsung berlari, membuat pelayan lainnya tergopoh-gopoh mengikuti. Saat semua berkumpul di sisi luar pintu dan menatap takut, pandanga
Lander mengerutkan keningnya, tapi paham pada kata-kata Ellina yang tak terucap sempurna. Dia langsung berlari ke dalam kamar dan menyambar segelas air putih di atas nakas. Dan segera kembali dengan menyerahkan air putih pada Ellina. Cepat atau dia akan terlambat. Dan satu nyawa orang akan melayang. Ellina menerima air dari Lander, setelah meminum beberapa teguk, dia meletakkan gelas itu di tangan Lander lagi. Dia menarik tangan Kenzie cepat, dia tak tahu hal yang dia lakukan karena tak sempat berpikir. Tapi dia harus mencoba segala cara untuk menyelamatkan nyawa pelayan tersebut. Dia tak ingin menyesal kemudian. "Aku telah memakannya, Kenzie lihat, aku telah menghabiskannya."Tunjuk Ellina pada mangkuk di salah satu tangannya. Sementara satu tangannya masih menarik tangan Kenzie erat. Remasan tangannya bahkan menguat. Dia tak berharap bahwa akan ada kekacuan sebentar lagi. Dan Pemandangan itu membuat Lander dan semua pelayan terpaku. "Kau tak perlu menghukumnya, aku telah menghab
Kenzie tak bergerak. Matanya msih menatap gelapnya malam dengan suara ombak yang terdengar cukup jelas. Angin laut malam itu menggerakkan rambutnya pelan. Membuatnya terlihat seperti patung yang abadi."Kurasa aku sedikit kejam," gumam Kenzie jelas terdengar oleh Lander.Lander yang mendengar itu mengejek dalam hati. Sedikit kejam? Kau sudah membunuh banyak nyawa dengan wajah tak bersalah dan itu sedikit kejam? Tuan, sesungguhnya kau benar-benar kejam, oke.Alih - alih menyatakan semuanya dengan jujur, Lander hanya menyimpan semuanya di hatinya. Dia menatap punggung Kenzie yang terlihat angkuh dan dingin. Lalu dia mengingat bahwa memiliki satu informasi baru yang belum dia katakan. Tanpa menimbang, dia mengatakannya dengan jelas."Tuan, pertemuan antar tuan muda dalam bulan ini akan segera di laksanakan. Karena beberapa waktu lalu telah di tunda, maka pertemuan kali ini akan tetap terlaksana. Apakah tuan akan hadir?" tanyanya hati-hati. Kenzie membalikkan tubuhnya. Wajahnya sedikit
Alvian mengangguk lagi, lalu dia dengan ringan berkata. "Itu Ernest, dan dia adalah Reegan! Kenzie Alexis Reegan. Dia lebih kejam dari Ernest tapi semua hal yang dia lakukan adalah masuk akal. Kau pikir, kenapa Ethan di bunuh? Dan kami tak terkejut akan kabar itu?"Nero terpaku. Dia sekaan di ingatkan. Siapa dirinya, Ethan, Ellina dan dua orang teman yang baru-baru ini akrab bersamanya. Kata-kata Alvian sungguh jelas, membuatnya memikirkan Ellina lagi dan lagi. Lalu dia ingat tetang semua hal yang telah Ethan lakukan. Itu membuat napasnya tertahan sesaat dengan gidikan ngeri. Entah kenapa pikirannya selalu tertuju pada Ellina."Itu," ucap Nero ragu. " Itu tak mungkin karena Ellina kan?" tanyanya hati-hati dengan sedikit ragu. Saat ini perasaannya bagai teremas tanpa sadar. Dia melirik Alvian, berharap kata-kata yang akan keluar tak sesuai prediksinya.Alvian tertawa kecil. "Menurutmu?"Nero bingung. Tapi Lykaios menjelaskan singkat. Dia melihat raut wajah Nero yang bingung dan sedikit
Nero tertegun. Mereka semua memiliki akses dan cara sendiri untuk menggali informasi. Tapi dirinya, apa yang sudah dia lakukan untuk sahabatnya? Tapi satu hal yang mengganggu pikirannya. Dan itu membuat hatinya teriris. Dia dengan pelan menyuarakan isi hatinya."Kalian, tak pernah memandang Ellina dan Ethan sebagai sebuah pertemanan yang tulus kan?"Semua diam saat Nero mengatakan itu semua."Kalian, selalu memanfaatkan satu sama lain,"Dan lagi-lagi semua diam.Nero menatap kecewa. Harusnya dia tahu itu, saat Lykaios dan Alvian terlihat biasa saja saat Ethan tiada. Mereka hanya terlihat kehilangan sesaat lalu kemudian berekspresi seperti biasanya. Seperti tak pernah memiliki teman yang mati. Atau seperti tak masalah besar jika Ethan tiada. Dan hal itu melukai perasaan Nero."Maaf, kami bukan tak memiliki pikiran seperti itu. Tapi kami di besarkan dengan cara seperti itu," jawab Alvian jujur. Tak ada rasa bersalah di wajahnya saat mengatakan kejujuran itu."Dari kecil, kami di didik u
Hari-hari itu tak terasa telah berlalu. Minggu ini, Ellina terlihat jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Dia baru saja membuka matanya saat melihat tubuhnya tak bisa bergerak. Dan matanya mendapati satu tangan kokoh tengah memeluk pinggangnya erat.Hal itu membuatnya menahan napasnya sesaat. Dia dengan hati-hati menoleh ke samping, melihat sebuah wajah yang terlihat lelap dengan sangat damai. Tiba-tiba ekspresinya berubah buruk. Jelas dia terlihat tidak suka dengan hal yang dia alami.Dia tak tahu sejak kapan Kenzie tertidur di sampingnya. Tapi selama satu minggu ini dia yakin bahwa tak pernah menemui Kenzie saat pagi. Tapi bagaimana bisa pria ini menyelinap masuk ke dalam selimutnya dan memeluk erat tubuhnya. Mau di pikirkan Bagiamana pun, dia tetaplah tak beretika dan pria mesum yang kurang ajar."Kenzie, lepaskan!"Bisik Ellina tegas. Suaranya tidak keras tapi itu cukup untuk membangunkan Kenzie. Dia mencoba melepaskan diri. Tapi nyatanya tubuhnya terseret semakin dekat saat tang
"Kau benar-benar tak ber-etika!"Kenzie diam saat kata-kata tajam itu terdengar. Entah sejak kapan, posisinya telah berubah menjadikan Ellina di bawah tubuhnya. Tapi saat melihat riak marah di wajah cantik wanita di bawahnya, dia tertegun. Mata jernih berair yang biasa indah menampilkan bintang bintang malam itu kini terlihat penuh kabut lahar. Sangat berapi-api dengan kilatan penuh kebencian.Hal itu membuatnya tak mengerti. Sebenarnya, apa yang telah gadis itu lalui hingga memiliki api kemarahan yang besar di matanya? Kenapa dia seakan tertarik dan terbakar dalam api kebencian yang di tunjukkan. Ketenangan, kelembutan dan sosok manis itu menghilang dalam waktu singkat. Tapi hal yang lebih menganggunya adalah, kenapa semua tatapan itu tertuju padanya?Apa yang sudah kulakukan? Kenapa aku merasa rasa benci itu tertuju padaku? Apakah aku melakukan kesalahan? Dan kenapa, dia terkadang memperlakukan aku seperti telah lama mengenalku? Aku sangat yakin, bahwa pertemuan malam itu adalah p
Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan
dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan
"ellina,"ellina sempat membeku saat melihat vania berdiri di dalam ruangannya. tatapan matanya meneliti dan kemudian tersenyum sinis. "haruskah aku panggil ibu?" "aku ikut membesarkanmu," jawab vania dingin. tatapan matanya mengejek dengan tubuh yang terus mendekat. "ikut denganku," raihnya menarik tangan ellina."kenapa aku harus?" tanya ellina tak bergerak dan menahan tangannya. tatapannya dingin dengan tatapan yang menghujam. ekspresi muak terlintas di balut dengan senyum tipis yang entah kenapa di mata vania terlihat sedikit menakutkan. "lepas,"vania tertawa, "kau masih belum sadar? kenapa kau sangat mejijikkan?" ucapnya mengeluarkan kebencian. "aku, sampai mati, tak akan membiarkanmu bahagia sementara anakku mati menderita. aku tidak akan membiarkanmu menikah ataupun pergi dengannya! kau harus mati, dengan cara yang mengenaskan dan sama dengan yang lexsi alami. aku berjanji, bahwa akuakan menunjukkan neraka untukmu di depan makam putriku!" teriaknya pada akhirnya.ellina mundu
ruangan terbuka itu memiliki udara sejuk dengan tanah liat yang terlihat sedikit basah. di bagian lain, tampak rumput-rumput kering yang bergoyang saat angin pagi menyapa halus. tampaknya hujan semalam memberikan harapan untuk hidup kembali. sedangkan di ujung sana, tampak bukit hijau yang menjulang dengan awan-awan putih yang menggantung di setengah badan gunung belum menghilang. di balil bukit, tampak cahaya keemasan terlihat malu-malu untuk bergerak tinggi dan menyinari. "sial" makian itu jelasterdengar ditngah udara dan pemandangan yang baik di pagi hariini. hal itu membuat ellina mengernyit tak mengerti."apa yang terjadi pada alvian?" tanyanya sambil melangkahdengan kaki telanjang namun tiba-tiba tangan kenzie meraih tangan dan merengkuh pundaknya. gaunnya yang panjang kebelakang tampak membentang dengan punggung yang terbuka, menampilkan tato mawar merahnya yang menyala. itu cantik dan sempurna.sudut mulut kenzie membentuk senyum tipis. wajahnya dia dekatkan saat kepala elli
hari ini livian tampak sibuk mengatur seluruh keperluan pesta yang akan di adakan nanti malam. kerena irlac telah resmi keluar dan lepas tangan dari L. V. Technology sejak ellina dinyatakan sebagai pewaris sah, livian mengambil alih segalanya untuk sementara karena ellina mengatakan belum siap untuk mengatur dan menjadi pemimpin keluarga. dan semua itu menjadi tanggung jawabnya kembali seperti sebelumnya.malam ini, saat acara pesta peretasan itu resmi digelar, beberpa tamu mulai berdatangan. dengan menyewa gedung milik keluarga E. V. yang telah ellina atur sebelumnya, membuat livian medesah lega. kini dia bisa melihat acara yang dia atur cukup ramai dengan desain dan balok es sebagai hiasan yang melambangkan ornamen perangkat lunak, atau ikon-ikon ang sering digunakan dalam peretasan. pencahayaan yang pas membuat suasana pesta itu tampak mewah dan berkelas. livian memberikan sambutan saat seluruh tamu telah datang dan memanggil ellina sebagai pemenang juga sebagai pewaris keluarga
Lima hari berlalu sejak Ernest tersiksa dan merasakan menderita hingga akhirnya berujung gila! tak ada ketampananlagi di wajahnya, setiap hari dia hanya tertawa, menangis lalu merintih kesakitan saat kesadarannya pulih. kehilangan lidah, dua tangan dengan dua kaki patah benar-benar membuatnya tak berdaya. dia pun memilih bunuh biri saat damon bar saja datang untuk menyiksanya.di lain tempat, qianzie mengalami hal yang sama. beebrapa hari telah berlalu dan dia tak dapat tidur sama sekali. dia benar-benar tersiksa, saat obat tidur itu memaksa matanya untuk terpejam namun dia memaksakan untuk tidak tidur. karena jika dia tidur, tali yang mengikat tubuhnya akan terlepas karena tangannya yang tak dapat menggengam erat tali di atasnya. bing bing di bawah sana sudah pasti akan mehapnya karena mulai merasa lapar sejak satu hari yang lalu. menyaksikan bing bing setiap hari melahap anak buahnya satu persatu yang keluarga Reegan temukan, membuatnya sangat ketakutan. dia tak tahu bahwa akan di g
Beberapa hari kemudian, Kenzie terlihat telah pulih meski tangannya masih di perban. Untung saja itu tidak patah, juga luka gores di lengan dan punggungnya telah sepenuhnya mengering. saat ini, Ellina berada di dalam ruangan Kenzie di rumah sakit, tengah duduk sambil membaca sebuah majalah dimana fotonya terpajang sebagai pewaris sah perusahaan L. V. dan E. V. sekaligus. dia mendesah karena merasa semua ini salah, dia meletakkan majalahnya lalu menatap Kenzie yang diam."Dimana Ernest?" Kenzie melirik Ellina datar. "Kenapa kau tanyakan itu padaku?""Kenzie," panggil Ellina lirih. dia tahu statusnya, juga tahu bahwa peringatan untuk menjauhi Ernest bukanlah main-main. tapi rasanya dia juga tak akan mengambil posisi ernest selama ini. "aku sudah mencarinya, tapi dia menghilang!""akan lebih bagus jika dia tewas!" balas kenzie kesal."kenzie" peringat ellina menunjukkan rasa tidak suka.kenzie memperhatikan ellina sekali lagi dan terlihat bahwa istrinya itu telah benar-benar pulih dan
Malam ini, Kenzie memeluk erat Ellina dalam rengkuhannya. Diam-diam dia bersukur pada kecelakaan yang telah mereka alami. Karena hal tersebut dia memiliki waktu yang banyak untuk bersama istrinya. Tapi sepertinya, keadaan tubuhnya tidak terlalu baik. Dia merasa luka-lukanya kian sakit dan semakin perih setiap waktunya. Meski begitu, dia menggunakan satu tangannya untuk memeluk Ellina erat. Lykaios memimpin langsung pencarian ke dasar jurang. Bersama anak buahnya dan beberapa dokter, dia menyusuri lembah dengan sangat hati-hati. Dia tak menyangka bahwa akan ada hutan lebat di dasar jurang curam yang seperti ini. Dia pikir, semua hanya akan ada tanah tandus bebatuan yang kering. Pencariannya tidak secepat yang dia pikir. Dia terus saja masuk ke dalam hutan dan menyusuri sungai untuk mencari arah yang lebih mudah. Waktu terus berlalu dan dia sama sekali tak berhenti untuk mencari. Dia bahkan melihat hari telah mulai pagi meski di dalam hutan ini tampak gelap karena cuaca yang mendung da
Hari dimana jati diri Ellina terungkap ke media adalah hari yang berat untuk Wilton. Saat dia baru saja berpikir untuk menjemput Ellina, dia mendapati kabar bahwa putri satu-satunya mengalami kecelakaan dan mungkin saja telah meninggal. Semua terlalu kebetulan untuknya, dia menjadi kian curiga saat sebuah surat tak bertuan melayang untuknya dengan informasi bahwa putra luarnya yang telah merencanakan pembunuhan pada putrinya. Hal itu jelas membuat darah Wilton mendidih. segera, dia mendatangi kantor E. V. Company dalam diam.Sedangkan di rumah keluarga Rexton, saat jati diri Ellina terungkap ke media, Aldric tampak linglung. Mantan istri yang dia cintai sebenarnya adalah putri dari keluarga L. V. yang tengah bersembunyi. Tapi dia, tanpa sengaja membuat hidup istrinya menderita hingga kematiannya. Terlebih pada ellina, dia baru menyadari bahwa Ellina adalah putri dari Wilton, yang artinya putri dari keluarga E. V.. Semua darah yang mengalir di tubuh Ellina adalah darah konglomerat yan