Kehamilan Priscilla sudah memasuki trimester ketiga, kini ia mulai berjalan-jalan pagi karena katanya bagus untuk ibu hamil yang akan melahirkan. Meski rasanya sangat lelah, tapi Priscilla tetap senang berjalan di taman pagi ini. Berhubung sekarang hari minggu, jadi banyak yang mengunjungi taman hari ini. Lima belas menit berjalan, Priscilla akhirnya menyerah dan duduk di kursi panjang yang ada di dekat kolam air mancur. Saat sedang mengayunkan kakinya, Priscilla baru menyadari kalau tali sepatunya lepas.
"Ya ampun, untung gak tersandung." gumamnya.
Sepatu yang Abimana berikan memang bukan sepatu untuk berolahraga, tapi karena solenya empuk dan membuat nyaman Priscilla jadi memakainya pagi ini untuk berjalan. Perutnya yang semakin membesar membuatnya kesulitan menggapai kakinya, tadi saat berada di rumah Leonard lah yang membantunya memakai sepatu. Ia terus berusaha mencapai tali sepatu yang terurai, sampai akhirnya seseorang me
Mulai hari ini Priscilla akan membantu Nadine berjualan meskipun hanya membantu seadanya, sebenarnya Nadine melarangnya tapi Priscilla tidak ingin makan secara gratisan dari Nadine setiap harinya. Semenjak ada Priscilla di warung makan Nadine, warung makannya jadi ramai pengunjung terutama pengunjung laki-laki. Beberapa tertarik saat melihat wajah Priscilla, tapi saat melihat perut buncitnya mereka langsung mundur teratur.Setelah tau Priscilla membantu Nadine berjualan lauk pauk, Abimana dan Nani juga mulai mendaftar jadi pelanggan tetap di warung Nadine. Setelah jam makan siang selesai, warung Nadine mulai beranjak sepi dan akan ramai kembali nanti saat jam pulang kerja. Priscilla duduk di kursi depan warung Nadine, menikmati angin mendung yang menerpa siang hari ini. Cuaca hari ini terasa dingin, tapi karena kehamilan tuanya Priscilla tidak merasakan sejuk sama sekali. Peluh masih bercucuran dari keningnya meski sudah berada di luar, kalau saja s
"Lagi nunggu siapa Sil?" tegur Nadine, membuat Priscilla terkejut."Eh, enggak mah. Gak nunggu siapa-siapa kok,""Masa? nungguin Jay ya?" tebak Nadine tepat sasaran.Sudah beberapa hari ini, Jay memang tidak pernah datang lagi untuk mengunjunginya. Satu sisi hati Priscilla merasa bersyukur karena Jay mungkin sudah menyerah untuk mengejarnya, tapi satu sisi lagi Priscilla sangat merindukan kehadiran lelakinya itu."Jangan galau Sil, ini kan yang kamu mau." gumamnya, lalu kembali lagi ke warung untuk membantu Nadine.Nadine dapat melihat jelas kegundahan hati Priscilla, apa yang sedang dikerjakannya seakan terasa serba salah. Nadine sudah menasihati dan membujuknya berkali-kali agar mau menerima Jay lagi, tapi Priscilla tetap saja pada pendiriannya dan sekarang ketika Jay tidak ada akhirnya ia malah uring-uringan sendiri.*****
Bebasnya Stefan hari ini bertepatan dengan kepulangan Andrew dari Macau, saat Stefan sampai di rumah Stefani dan Sherin langsung memeluk Stefan erat. Biarpun Stefan sangat menyebalkan, tapi Stefan tetaplah adik kesayangan Stefani. "Gimana keadaan anak kita? baik-baik aja kan?" tanya Stefan seraya mengelus perut Sherin. "Baik kok, aku bersyukur banget kamu bisa bebas cepat. Aku takut banget kalau lahiran anak kita nanti kamu gak bisa dampingi aku," Stefan menarik Sherin lagi ke dalam pelukannya, mengecup keningnya dan menatapnya penuh kasih. "Aku gak bakal pergi kemana-mana lagi sayang, aku janji bakal ada di sisi kamu selamanya." Setelah puas melepas rasa rindu pada istri dan kakaknya, Stefan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Beberapa minggu tidak mandi dengan layak, membuat kulit Stefan nampak kusam dan tidak terawat. Sebenarnya Stefan sangat ingin merayakan kebebasannya di klub malam nanti, tapi mengingat Sherin kini tengah hamil ia jadi mengurungkan k
"Jay, apa kamu masih tidak enak badan?" tanya Niko dengan semangkuk bubur di tangannya. "Udah gak terlalu sakit kayak kemarin, tapi gue masih belum bisa bangun dari tempat tidur Nik." "Habiskan bubur ini, setelah itu minum obatnya. Saya mau keluar sebentar, gak apa-apa kan kamu saya tinggal sendirian di rumah?" "Iya, gak apa-apa." Jay menyuap bubur yang Niko berikan, ini bubur ayam favorit Jay tapi karena kondisinya sedang tidak fit apapun yang masuk ke mulutnya akan terasa pahit. Dokumen yang semalam ada di atas nakas kini sudah lenyap tidak bersisa, bahkan laptopnya pun entah kemana. Beberapa hari Jay tidak menemui Priscilla karena pekerjaan yang tidak ada habisnya, rasanya ia kini sedang sangat membutuhkan Priscilla untuk berada di sisinya. Jay ingin sekali Priscilla datang kesini menjenguknya, tapi rasanya mustahil mengingat Priscilla sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, Jay akhirnya memilih tidur setelah makan beberap
Di luar hujan masih turun dengan derasnya entah sejak kapan, Priscilla yang tadinya segera ingin pulang jadi mengurungkan niatnya. Kini Priscilla sudah mandi, mengenakan setelan dress hamil berwarna biru laut dengan motif bunga. Priscilla mendapatkan baju ini di dalam lemari yang ada di kamar spesial, ada beberapa pasang baju hamil disana dan sudah pasti Jay yang menyiapkan untuknya.Kehadiran Priscilla ke rumah ini membuat kondisi Jay jadi membaik, memang benar kalau yang ia inginkan saat ini adalah Priscilla bukan obat-obatan. Rambut Jay yang masih basah, membuat bulir-bulir air itu jatuh ke pundak Jay yang lebar. sepersekian detik Priscilla memandangi figur Jay dari belakang, segera ia buyarkan pandangannya dan menatap lagi hujan yang turun lewat jendela.Jay datang dengan dua cangkir teh hangat, ia mengambil posisi duduk di dekat Priscilla dan ikut mengamati hujan bersamanya. Wangi aroma maskulin menguar dari tubuh dan rambut Jay, Priscilla amat menyuka
Niko merasa jengah saat mendapati mobil Diandra terparkir di luar gerbang rumahnya, namun saat ia hampiri tidak ada Diandra di dalam mobilnya. Perasaan Niko jadi tidak enak, segera ia masuk untuk mengusir Diandra dari rumah ini. Tapi saat masuk ke dalam, keadaan rumah teramat sepi. setelah meletakkan tas kerjanya di kamar, Niko segera menghampiri Jay di kamarnya. Tidak butuh waktu lama untuk Niko mengetuk pintunya, Jay segera keluar dengan wajah mengantuknya. Niko berucap syukur karena ternyata Jay tidur sendirian di dalam kamar, namun dimana Diandra sekarang berada karena yang Niko lihat Diandra tidak berada di lantai satu."Serius kamu gak tau dia dimana? tapi mobilnya masih ada di luar Jay. Jadi gak mungkin kalau dia udah pulang," ucap Niko."Mungkin dia pulang pake taksi, yaudah gue bangunin Priscilla dulu ya di kamar sebelah."Saat Jay mengetuk pintu, tidak ada sahutan apapun dari dalam sana tapi Jay yakin kalau ada orang di dalam sana karena lampunya
Hari H perjalanan bisnis ke Malaysia, Jay sudah bersiap untuk berangkat lebih awal daripada Andrew. Didampingi Niko, Jay pergi ke bandara tanpa pamit pada siapapun. Niko tidak bisa ikut bersama Jay, karena harus menangani beberapa dokumen sebelum berangkat ke Malaysia bersama Andrew. Karena Stefan sudah kembali, posisi yang Jay tempati kini di kembalikan lagi kepada Stefan tapi Jay tetap ikut mengelola perusahaan sebagai wakil direktur dan Stefan sebagai direktur utama.Niko kembali lagi ke rumah setelah mengantar Jay ke bandara, namun dari jauh ia dapat melihat siluet Priscilla sedang berdiri di depan gerbang entah apa yang sedang ia lakukan. Priscilla sudah berada di sini sejak satu jam yang lalu, tapi saat Priscilla menyadari kedatangan Niko ia segera pergi dari sana. Niko dengan cepat mengejar Priscilla, matanya nampak sembab seperti habis menangis."Kenapa kamu datang kesini, Sil?" tanya Niko,
Dua hari sudah Jay berada di Kuala lumpur, dan kini ia tengah berolahraga pagi bersama Niko dan Catherine. Ya, Catherine masih berada di hotel ini demi bisa berada di dekat Jay. Catherine tentu tidak berharap lebih pada Jay, tapi jika Jay juga tertarik padanya Catherine sudah pasti tidak akan menolak."Hey, guys. Let's take a photo for memory." ajak Catherine."Yes sure, Catherine." sahut Niko.Jay hanya mengikuti saja apa yang dua orang ini lakukan, tanpa Catherine sadari rupanya Niko sedikit tertarik pada perempuan di sebelahnya ini. Rambut blondenya yang terpapar sinar matahari pagi juga wajah tanpa make upnya, membuat penampilan Catherine pagi ini terlihat lebih manis. Wajah Catherine jauh lebih muda saat tidak mengenakan make up, tapi saat mengenakan make up auranya langsung berubah anggun selayaknya perempuan konglomerat."We should have breakfast at the sandwich shop
Malam hari, Di bawah temaramnya lampu balkon kamar, Priscilla berdiri menatap ke arah bintang yang tengah bersinar dengan indahnya. Rambut panjangnya tergerai indah ke belakang tersapu angin malam, bulu matanya yang lentik menciptakan sebuah bayangan di bawah matanya. Priscilla berbalik dan tersenyum hangat ke arah Jay, salah satu tangannya mengulur untuk menyambut Jay ke dalam pelukannya. Gadis yang dulu ia tolong saat ingin bunuh diri, ternyata adalah jodohnya. Rasa kasihan di hati Jay yang dulu ada untuk Priscilla, kini sudah berganti menjadi rasa cinta yang begitu mendalam untuk perempuan yang ada di hadapannya. Jay tidak pernah menyangka bahwa ia akan mencintai seorang perempuan sampai seperti ini, Priscilla benar-benar membuat Jay tergila-gila padanya. Jay menyambut uluran tangan Priscilla dan menggenggamnya erat, netra mereka saling bertemu dan mengisyaratkan betapa mereka saling mencintai satu sama lain. Jay memeluk Priscilla erat, dan menjamah tiap inci
Sesampainya mereka di bandara, seketika suasana langsung berubah haru. Priscilla yang sedari kemarin berusaha untuk tetap tenang akhirnya menangis juga saat tinggal beberapa waktu lagi Jay akan pergi, begitu juga Niko yang nampak galau karena akan ditinggal Jay padahal mereka baru saja dekat belum lama ini. "Kamu baik-baik ya disana, makan dan tidur yang teratur. Rajin-rajin hubungin aku, terus jangan genit sama cewek-cewek bule. inget!" Priscilla menyentil hidung Jay, Jay hanya bisa tertawa pelan saat mendengar ucapan terakhir istrinya. "Iya istriku sayang, kamu juga jaga diri ya selama jauh dari aku." Jay mengecup ujung kepala Priscilla. "Nik, gue titip anak sama istri gue ya. Jangan sampe ada yang berani godain dia," "Tenang aja Jay, saya bakal jagain Priscilla dan Sera dengan baik." "Kamu tenang aja Jay, papi ada disini buat menantu dan cucu papi. Gak akan ada yang berani ganggu mereka selama ada papi," ujar Andrew. Jay memeluk Priscilla sejenak, dan
Tiga hari kemudian, Jay dan Priscilla akhirnya pulang dari masa honeymoonnya. Mereka nampak semakin lengket seakan sulit untuk dipisahkan satu sama lain, mereka baru tau tentang gagalnya pernikahan Stefan saat sedang mengunjungi Andrew dan dugaan Priscilla benar adanya kalau Shaelana memang tengah hamil. Priscilla tidak menyangka kalau ayah dari bayi yang Shaelana kandung adalah Hendrick, pantas saja kemarin Shaelana nampak gelagapan saat Hendrick meneleponnya. Semenjak batal menikah, Stefan hanya mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tidak pergi ke kantor, bahkan tidak ingin makan apapun jika Lilyana tidak memaksanya sembari menangis. Andrew tidak melakukan apapun untuk membujuknya, ia ingin memberi pelajaran kepada Stefan agar otaknya bisa lebih cerdas dalam menghadapi perempuan. Untungnya pernikahan kemarin tidak mengundang banyak orang, jika sampai mengundang banyak orang maka Andrew akan merasa sangat malu di hadapan para tamu karena mempelai wanita di bawa pergi oleh le
Keesokan paginya, Stefan langsung menyiapkan semua kebutuhan untuk pernikahannya dengan Shaelana. Andrew sempat tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini, karena Andrew yakin ada yang tidak beres dengan Shaelana. Namun Stefan nampaknya tidak perduli dengan kekhawatiran Andrew, ia tetap mengurus pernikahannya dengan Shaelana tanpa persetujuan Andrew. Dengan menggunakan gaun pengantin dan tuxedo yang tersedia di butik, Stefan dan Shaelana menikah dengan hanya dihadiri oleh Andrew, Lilyana dan beberapa kerabat Shaelana yang ada di Indonesia. Shaelana berjalan menuju altar di dampingi oleh sepupu jauhnya, kedua orang tua Shaelana tentu tidak tau tentang pernikahan ini. Shaelana menutupi dari seluruh kerabatnya dengan berkata kalau kedua orangtuanya berhalangan hadir hari ini, jika kedua orangtuanya tau kalau Shaelana menikah dengan lelaki lain tentu mereka akan menentang keras pernikahan ini. Bisnis keluarga Shaelana bergantung pada Hendrick, jika ia sampai gagal m
Keesokan harinya, di pagi-pagi buta. Priscilla, Jay dan juga Desti sudah bersiap-siap untuk berangkat ke pulau Bali. Menempuh perjalanan selama hampir dua jam, mereka kini akhirnya sampai di bandar udara Gusti Ngurah Rai. Desti yang tidak pernah berlibur sejauh ini, nampak sangat senang sampai terus mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Priscilla dan juga Jay. Karena Priscilla suka dengan suasana pantai, jadi Stefani memesankan resort yang berada dekat dengan pantai. Begitu melihat hamparan air laut di depan matanya, Priscilla langsung lupa diri dan ingin cepat-cepat sampai ke resort agar bisa bermain di pantai. Benar saja, saat mereka sampai di resort Priscilla langsung mengganti pakaiannya dan keluar menuju pantai dengan menggunakan celana hotpants dan kaus oblong oversize. Jay padahal sudah berantisipasi dengan menyembunyikan semua bikini milik Priscilla, tapi ternyata istrinya itu pintar menjaga keindahan badannya tanpa perlu Jay nasihati. Priscilla nampak b
Setelah mengemasi barang untuk honeymoon besok, Priscilla merebahkan dirinya di atas ranjang Jay. Mulai hari ini ia akan tidur di kamar Jay, sedangkan kamar sebelah akan ditempati oleh Sera dan Desti. Heni, art yang mengurus rumah ini akan tinggal di paviliun. Paviliun itu tadinya hanya di gunakan sebagai gudang, namun sekarang sudah di renovasi senyaman mungkin agar Heni betah menempatinya. Tapi hingga menjelang sore Heni belum juga terlihat di rumah ini, ia juga tidak mengabari siapapun kemana ia pergi.Pada sore hari, Heni baru sampai di rumah entah darimana. Di tangannya menjinjing beberapa buku, dan wajahnya nampak sangat kelelahan. Heni sangat terkejut saat mendapati Priscilla sudah tiba di rumah dan tengah duduk di ruang keluarga, pasalnya yang Heni tau mereka baru akan pulang esok hari dan sekarang Heni tidak menyiapkan makan karena Niko biasanya sudah makan di luar."Heni, kamu darimana?" tanya Priscilla."Heni abis main ke rumah temen
Priscilla mengerjapkan kedua matanya saat mencium wangi aroma kopi menyeruak masuk ke dalam hidungnya, saat kedua matanya terbuka lebar ia melihat siluet Jay yang tengah berdiri di dekat jendela sembari memegang secangkir kopi. Handuk melilit bagian tubuh bawahnya, dan rambutnya yang masih setengah basah mengalirkan air ke bahunya yang bidang. "Sil, kamu udah bangun?" sapanya. "Baru bangun kok, aku ke kamar sebelah dulu ya liat Sera." Priscilla hendak bangkit dari tempat tidur, tapi Jay menjegal tengannya pelan. "Sera udah aku tengokin kok tadi, dia masih tidur. Stok ASI juga masih banyak, kamu gak perlu kesana." "Oh iya udah, aku mandi aja deh kalo gitu." Karena pertempuran semalam, badan Priscilla terasa tidak nyaman dan lengket sekali. Priscilla sudah mengambil kimono handuk miliknya, tapi tiba-tiba Jay mengambil kimono itu dan melemparkannya jauh. "Gak usah pake handuk," Jay menaikkan satu sudut bibirnya. Dal
Setelah menyusui dan menyetok ASI untuk Sera, Priscilla kembali ke kamarnya karena ia sudah meninggalkan Jay hampir dua jam lamanya. Priscilla mendadak gugup saat ingin masuk ke dalam kamar, karena mulai malam ini ia akan tidur satu ranjang dengan Jay dan mungkin malam ini juga ia akan menunaikan kewajibannya sebagai istri untuk Jay. Saat Priscilla masuk ke dalam kamar, ternyata Jay sudah tertidur lelap di atas ranjang karena kemarin malam ia tidak tidur dengan nyenyak. Priscilla yang belum mandi sejak acara resepsi selesai, kini memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menyusul Jay tidur. Priscilla membuka koper miliknya untuk mencari piyama yang akan ia kenakan malam ini, namun entah kenapa semua piyamanya kini sudah tidak ada di tempatnya dan berganti dengan beberapa lingerie seksi. Karena tidak ada yang bisa dipakai dengan layak malam ini, mau tidak mau Priscilla akhirnya memakai salah satu lingerie tersebut yang modelnya masih lebih baik daripada yang
Empat jam lagi Jay akan resmi mempersunting Priscilla, rasa gugup di hatinya semakin menggebu-gebu. Sejak semalam Jay tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap akan memejamkan mata bayangan wajah Priscilla selalu melintas di depan wajahnya membuat Jay jadi salah tingkah. Suara tangisan Sera terdengar dari kamar sebelah, biasanya Jay akan langsung pergi kesana jika mendengar Sera menangis tapi kali ini rasanya ia tidak mampu untuk melangkah kesana. Untungnya bayi kecil itu tidak lama menangisnya, Jay kembali merebahkan dirinya di atas ranjang berharap bisa tidur sejenak agar tidak mengantuk nanti saat menjalankan prosesi pernikahan. Suara bel terdengar dari luar rumah, tidak lama kemudian suara langkah beberapa orang naik ke lantai atas. "Sebelah sini kamar pengantin wanitanya," ucap Niko, lalu mengetuk kamar Priscilla pelan. Setelah MUA dan beberapa asistennya masuk ke kamar Priscilla, gantian Niko yang masuk ke kamar Jay. Saat melihat raut wajah Jay Nik