"Tapi kenapa anda tidak pernah mencari saya?" tanya Jay.
"Saya selalu mencari kamu, tapi kakekmu selalu menghalangi saya. Saat saya berhasil menemukan keberadaan kamu, dia langsung membawa kamu pergi lagi. Sampai akhirnya saya frustasi, dan memutuskan untuk tinggal di Kanada." Andrew mencoba menjelaskan.
Jay diam, ia bingung harus bereaksi seperti apa. Seorang anak dan ayah yang terpisah lebih dari dua puluh tahun kini dipertemukan, tapi tidak ada sedikitpun rasa rindu di hati Jay untuk Andrew.
"Saya ingin membahagiakan kamu sebagai anak, jika semuanya belum terlambat."
Sepanjang jalan Priscilla hanya diam, tidak sedih tapi juga tidak bahagia. Tatapannya kosong menatap jalan, pikirannya entah berada di mana. Ia merasa benar-benar dibuang oleh Leonard, mereka pergi tanpa memberitahukan keberadaan mereka pada Priscilla.'apa kesalahan aku terlalu fatal?' batin Priscilla.Priscilla menarik nafas dan membuangnya pelan, seakan tengah melepas beban yang ada di hatinya. Matanya sudah tidak bisa mengeluarkan air mata lagi, sekarang yang harus ia lakukan hanya tetap berusaha kuat untuk baby S."Sil?" tanya Jay,"Iya kak, kenapa?" sahutnya lesu."Sedih ya gara-gara gagal ketemu mami?""Gak tau kak," jawabnya dengan senyum tipis.Jay tau pasti kalau mood Priscilla sekarang tengah tidak baik, tidak mungkin jika ia langsung membawanya pulang. Tapi kalau harus membawanya jalan-jalan ke mall Jay juga tidak ada uang, Jay terus memutar otaknya sampai ia
Sudah satu pekan Julie dirawat di rumah sakit tapi hasil dari pengobatannya belum juga terlihat, sedangkan Leonard tidak bisa terlalu lama lagi meninggalkan pekerjaannya. Atas izin Julie ia pamit untuk kembali ke Indonesia, dan menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda."Julie, kalau ada apa-apa segera hubungi Marie.""And you Marie, call me if there's anything wrong with her." titahnya"Off course, Mr. Leonard.""Pi, boleh aku minta sesuatu hal sama kamu?""Boleh, kamu mau apa?"Julie diam sejenak, "Kalau umurku gak panjang lagi, tolong jemput Priscilla kembali ke rumah.""Kamu jangan bicara yang aneh-aneh Julie, sebentar lagi kamu bakal sembuh dan kita bakal jemput Priscilla sama-sama." ucap Leonard dengan nada kesal yang ia coba tahan."Atau kalau mau aku jemput dia sekarang?" sambungnya.
Hari ini Jay memutuskan untuk bolos bekerja, ia mengajak Priscilla jalan-jalan ke tempat manapun yang Priscilla mau datangi. Dan yang paling penting adalah Jay akan mengajak Priscilla berbelanja berbagai kebutuhan bayi, sebenarnya ini belum terlalu dibutuhkan mengingat kandungan Priscilla juga masih muda. Tapi Jay takut jika ia tidak mendapat kesempatan membelikan sesuatu untuk bayi Priscilla."Hari ini kamu mau kemana aja?" tanya Jay."Gak tau kak, aku sebenarnya males kemana-mana. Ke taman aja deh aku mau ngerasain piknik di taman, kayaknya seru deh."Jay mengiyakan keinginan Priscilla, sebelum pergi ke taman mereka menyempatkan diri dulu untuk berbelanja makanan ringan dan juga minuman. Jay sengaja tidak mencari taman yang terlalu jauh, karena takut jika Priscilla kelelahan di perjalanan menggunakan sepeda motor. Meskipun begitu taman yang Jay pilih juga termasuk yang paling bagus di daerah Jay, ada danau buatan juga yang dipergunakan untuk
Setelah menghabiskan satu hari bersama Priscilla, keadaan hati Jay sudah sedikit membaik walaupun tidak sepenuhnya kesedihan itu hilang. Saat sampai di lobby Jay berpapasan dengan Leonard dan juga Andrew, sepertinya mereka hendak pergi keluar."Jayden," sapa Andrew ramah."Pagi Pak Andrew, Pak Leonard." sahut Jay.Leonard tidak balik menyapa, ia hanya melontarkan senyuman tipis pada Jay dan fokus lagi pada ponselnya."Baru datang?" tanya Andrew."Iya baru saja sampai, saya permisi dulu Pak.""Iya, kerja yang rajin ya." Andrew menepuk bahu Jay.Setelah cukup berbasa-basi, Jay pergi dari hadapan Andrew dan Leonard."Kamu mengenal anak itu, Ndrew?""Kenal, bahkan kami saling terpaut satu sama lain." jawab Andrew.Leonard mengernyitkan kening, nampaknya ia tidak paham dengan apa yang barusan Andrew ucapkan."Leo, boleh saya tanya sesuatu?"&
Stefan meneguk gelas ke limanya, kesadarannya sudah mulai hilang seratus persen. Ia terus meracau tidak jelas, dan tertawa seperti orang tidak waras. Stefan merasa hidupnya kacau setelah meninggalkan Priscilla, memang ia banyak berbuat salah dan menyelingkuhi Priscilla dan mungkin inilah karma untuknya. Stefan baru menyadari bahwa Priscilla adalah cinta sejati di dalam hatinya, Priscilla perempuan tersabar dan terbaik yang pernah Stefan temui. Stefan ingin sekali Priscilla kembali padanya, tapi ia sadar kesalahannya pada Priscilla begitu banyak."Priscilla," gumamnya.Seorang perempuan datang ke meja Stefan dan duduk di sebelahnya, Stefan memperhatikannya lekat dengan sisa kesadaran yang ada. Sadar kalau sedang diperhatikan oleh Stefan, perempuan itu pun melontarkan senyumannya."Priscilla," gumamnya lagi disertai dengan senyuman.Perempuan itu nampak bingung, tapi ia tidak mau ambil pusing dan terus menikmati alunan lagu yang DJ mainkan
Stefan membuka matanya perlahan, wangi aroma shampo menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Stefan memperhatikan sosok perempuan yang ada di sebelahnya, ia tengah mengeringkan rambutnya yang nampak basah. Stefan mengernyitkan kening, ia tidak mengenal siapa perempuan ini."Eh udah sadar lo," sapa Kalina."Lo siapa? kenapa gue disini?" tanya Stefan."Panjang ceritanya, oh iya lo mau sarapan apa?""Bentar, gue masih ngelag. Lo itu siapa?" Stefan memegang kepalanya yang terasa pening."Lo beneran gak inget kita semalem ngapain aja?"Stefan menggeleng, Kalina menghembuskan nafasnya pelan dan menjelaskan pada Stefan apa saja yang sudah terjadi semalam. Stefan tidak menunjukkan reaksi apapun, padahal ia bisa saja marah karena Kalina lancang memakai uangnya tanpa seizinnya."Lo serius gak marah sama gue?" tanya Kalina memastikan."Enggak, buat apa marah." sahut Stefan santai."Oh oke.
Saat mengetahui Priscilla terluka Jay langsung berlari cepat menghampirinya, apalagi sampai dokter datang untuk memeriksa keadaannya membuat pikiran Jay tidak tentu arah."Priscilla!" panggilnya saat masuk ke ruangan Leonard.Priscilla menoleh ke arah Jay dan tersenyum lebar, Jay menghampirinya dan memeluknya. Priscilla heran mengapa Jay begitu khawatir, padahal lengannya hanya terluka sedikit"Kamu gak apa-apa?" tanya Jay sambil memeriksa keadaan Priscilla dari ujung kaki hingga kepala.Priscilla tertawa melihat Jay panik, "Kakak, aku gak apa-apa. Cuma luka sedikit aja kok, gak usah khawatir."Jay mencubit ujung hidung Priscilla, "Aku gak mau kalau kamu kenapa-kenapa, bisa gak sih jangan bikin ulah.""Aku gak bikin ulah, tanya aja sama Niko.""Mau siapapun yang bikin ulah tetep aja kamu luka tuh,""Iya Papa iya, maaf ya jangan marah-marah lagi nanti baby S sedih." Priscilla memasang tampang
"Gue mau ngomong sama lo Sil, berdua aja." ucap Stefan."Sorry Stef, kalau mau ngomong ya disini aja ditemenin sama Kak Jay juga."Stefan tertawa sinis, "Kenapa dia mesti nemenin lo? emang dia siapa? bodyguard baru lo?""Dia calon suami gue." sahut Priscilla ketus.Mulut Stefan ternganga, nampaknya Stefan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Di mata Stefan Jay sungguh tidak cocok bersanding dengan Priscilla, bagai bumi dan langit perbandingannya."Kenapa kamu ketawa? ada yang lucu dari ucapan aku?""Haha Priscilla, kamu putus asa banget ya karena hamil sampai yang model bentukannya begini kamu terima?" ucap Stefan yang masih belum berhenti tertawa."Dia baik, gak kaya kamu bentukan luarnya aja yang jelas tapi dalemnya berantakan."Stefan terdiam, ia tidak terima dihina seperti itu oleh Priscilla. Tangan Stefan reflek menampar wajah Priscilla, hingga menimbulkan
Malam hari, Di bawah temaramnya lampu balkon kamar, Priscilla berdiri menatap ke arah bintang yang tengah bersinar dengan indahnya. Rambut panjangnya tergerai indah ke belakang tersapu angin malam, bulu matanya yang lentik menciptakan sebuah bayangan di bawah matanya. Priscilla berbalik dan tersenyum hangat ke arah Jay, salah satu tangannya mengulur untuk menyambut Jay ke dalam pelukannya. Gadis yang dulu ia tolong saat ingin bunuh diri, ternyata adalah jodohnya. Rasa kasihan di hati Jay yang dulu ada untuk Priscilla, kini sudah berganti menjadi rasa cinta yang begitu mendalam untuk perempuan yang ada di hadapannya. Jay tidak pernah menyangka bahwa ia akan mencintai seorang perempuan sampai seperti ini, Priscilla benar-benar membuat Jay tergila-gila padanya. Jay menyambut uluran tangan Priscilla dan menggenggamnya erat, netra mereka saling bertemu dan mengisyaratkan betapa mereka saling mencintai satu sama lain. Jay memeluk Priscilla erat, dan menjamah tiap inci
Sesampainya mereka di bandara, seketika suasana langsung berubah haru. Priscilla yang sedari kemarin berusaha untuk tetap tenang akhirnya menangis juga saat tinggal beberapa waktu lagi Jay akan pergi, begitu juga Niko yang nampak galau karena akan ditinggal Jay padahal mereka baru saja dekat belum lama ini. "Kamu baik-baik ya disana, makan dan tidur yang teratur. Rajin-rajin hubungin aku, terus jangan genit sama cewek-cewek bule. inget!" Priscilla menyentil hidung Jay, Jay hanya bisa tertawa pelan saat mendengar ucapan terakhir istrinya. "Iya istriku sayang, kamu juga jaga diri ya selama jauh dari aku." Jay mengecup ujung kepala Priscilla. "Nik, gue titip anak sama istri gue ya. Jangan sampe ada yang berani godain dia," "Tenang aja Jay, saya bakal jagain Priscilla dan Sera dengan baik." "Kamu tenang aja Jay, papi ada disini buat menantu dan cucu papi. Gak akan ada yang berani ganggu mereka selama ada papi," ujar Andrew. Jay memeluk Priscilla sejenak, dan
Tiga hari kemudian, Jay dan Priscilla akhirnya pulang dari masa honeymoonnya. Mereka nampak semakin lengket seakan sulit untuk dipisahkan satu sama lain, mereka baru tau tentang gagalnya pernikahan Stefan saat sedang mengunjungi Andrew dan dugaan Priscilla benar adanya kalau Shaelana memang tengah hamil. Priscilla tidak menyangka kalau ayah dari bayi yang Shaelana kandung adalah Hendrick, pantas saja kemarin Shaelana nampak gelagapan saat Hendrick meneleponnya. Semenjak batal menikah, Stefan hanya mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tidak pergi ke kantor, bahkan tidak ingin makan apapun jika Lilyana tidak memaksanya sembari menangis. Andrew tidak melakukan apapun untuk membujuknya, ia ingin memberi pelajaran kepada Stefan agar otaknya bisa lebih cerdas dalam menghadapi perempuan. Untungnya pernikahan kemarin tidak mengundang banyak orang, jika sampai mengundang banyak orang maka Andrew akan merasa sangat malu di hadapan para tamu karena mempelai wanita di bawa pergi oleh le
Keesokan paginya, Stefan langsung menyiapkan semua kebutuhan untuk pernikahannya dengan Shaelana. Andrew sempat tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini, karena Andrew yakin ada yang tidak beres dengan Shaelana. Namun Stefan nampaknya tidak perduli dengan kekhawatiran Andrew, ia tetap mengurus pernikahannya dengan Shaelana tanpa persetujuan Andrew. Dengan menggunakan gaun pengantin dan tuxedo yang tersedia di butik, Stefan dan Shaelana menikah dengan hanya dihadiri oleh Andrew, Lilyana dan beberapa kerabat Shaelana yang ada di Indonesia. Shaelana berjalan menuju altar di dampingi oleh sepupu jauhnya, kedua orang tua Shaelana tentu tidak tau tentang pernikahan ini. Shaelana menutupi dari seluruh kerabatnya dengan berkata kalau kedua orangtuanya berhalangan hadir hari ini, jika kedua orangtuanya tau kalau Shaelana menikah dengan lelaki lain tentu mereka akan menentang keras pernikahan ini. Bisnis keluarga Shaelana bergantung pada Hendrick, jika ia sampai gagal m
Keesokan harinya, di pagi-pagi buta. Priscilla, Jay dan juga Desti sudah bersiap-siap untuk berangkat ke pulau Bali. Menempuh perjalanan selama hampir dua jam, mereka kini akhirnya sampai di bandar udara Gusti Ngurah Rai. Desti yang tidak pernah berlibur sejauh ini, nampak sangat senang sampai terus mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Priscilla dan juga Jay. Karena Priscilla suka dengan suasana pantai, jadi Stefani memesankan resort yang berada dekat dengan pantai. Begitu melihat hamparan air laut di depan matanya, Priscilla langsung lupa diri dan ingin cepat-cepat sampai ke resort agar bisa bermain di pantai. Benar saja, saat mereka sampai di resort Priscilla langsung mengganti pakaiannya dan keluar menuju pantai dengan menggunakan celana hotpants dan kaus oblong oversize. Jay padahal sudah berantisipasi dengan menyembunyikan semua bikini milik Priscilla, tapi ternyata istrinya itu pintar menjaga keindahan badannya tanpa perlu Jay nasihati. Priscilla nampak b
Setelah mengemasi barang untuk honeymoon besok, Priscilla merebahkan dirinya di atas ranjang Jay. Mulai hari ini ia akan tidur di kamar Jay, sedangkan kamar sebelah akan ditempati oleh Sera dan Desti. Heni, art yang mengurus rumah ini akan tinggal di paviliun. Paviliun itu tadinya hanya di gunakan sebagai gudang, namun sekarang sudah di renovasi senyaman mungkin agar Heni betah menempatinya. Tapi hingga menjelang sore Heni belum juga terlihat di rumah ini, ia juga tidak mengabari siapapun kemana ia pergi.Pada sore hari, Heni baru sampai di rumah entah darimana. Di tangannya menjinjing beberapa buku, dan wajahnya nampak sangat kelelahan. Heni sangat terkejut saat mendapati Priscilla sudah tiba di rumah dan tengah duduk di ruang keluarga, pasalnya yang Heni tau mereka baru akan pulang esok hari dan sekarang Heni tidak menyiapkan makan karena Niko biasanya sudah makan di luar."Heni, kamu darimana?" tanya Priscilla."Heni abis main ke rumah temen
Priscilla mengerjapkan kedua matanya saat mencium wangi aroma kopi menyeruak masuk ke dalam hidungnya, saat kedua matanya terbuka lebar ia melihat siluet Jay yang tengah berdiri di dekat jendela sembari memegang secangkir kopi. Handuk melilit bagian tubuh bawahnya, dan rambutnya yang masih setengah basah mengalirkan air ke bahunya yang bidang. "Sil, kamu udah bangun?" sapanya. "Baru bangun kok, aku ke kamar sebelah dulu ya liat Sera." Priscilla hendak bangkit dari tempat tidur, tapi Jay menjegal tengannya pelan. "Sera udah aku tengokin kok tadi, dia masih tidur. Stok ASI juga masih banyak, kamu gak perlu kesana." "Oh iya udah, aku mandi aja deh kalo gitu." Karena pertempuran semalam, badan Priscilla terasa tidak nyaman dan lengket sekali. Priscilla sudah mengambil kimono handuk miliknya, tapi tiba-tiba Jay mengambil kimono itu dan melemparkannya jauh. "Gak usah pake handuk," Jay menaikkan satu sudut bibirnya. Dal
Setelah menyusui dan menyetok ASI untuk Sera, Priscilla kembali ke kamarnya karena ia sudah meninggalkan Jay hampir dua jam lamanya. Priscilla mendadak gugup saat ingin masuk ke dalam kamar, karena mulai malam ini ia akan tidur satu ranjang dengan Jay dan mungkin malam ini juga ia akan menunaikan kewajibannya sebagai istri untuk Jay. Saat Priscilla masuk ke dalam kamar, ternyata Jay sudah tertidur lelap di atas ranjang karena kemarin malam ia tidak tidur dengan nyenyak. Priscilla yang belum mandi sejak acara resepsi selesai, kini memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menyusul Jay tidur. Priscilla membuka koper miliknya untuk mencari piyama yang akan ia kenakan malam ini, namun entah kenapa semua piyamanya kini sudah tidak ada di tempatnya dan berganti dengan beberapa lingerie seksi. Karena tidak ada yang bisa dipakai dengan layak malam ini, mau tidak mau Priscilla akhirnya memakai salah satu lingerie tersebut yang modelnya masih lebih baik daripada yang
Empat jam lagi Jay akan resmi mempersunting Priscilla, rasa gugup di hatinya semakin menggebu-gebu. Sejak semalam Jay tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap akan memejamkan mata bayangan wajah Priscilla selalu melintas di depan wajahnya membuat Jay jadi salah tingkah. Suara tangisan Sera terdengar dari kamar sebelah, biasanya Jay akan langsung pergi kesana jika mendengar Sera menangis tapi kali ini rasanya ia tidak mampu untuk melangkah kesana. Untungnya bayi kecil itu tidak lama menangisnya, Jay kembali merebahkan dirinya di atas ranjang berharap bisa tidur sejenak agar tidak mengantuk nanti saat menjalankan prosesi pernikahan. Suara bel terdengar dari luar rumah, tidak lama kemudian suara langkah beberapa orang naik ke lantai atas. "Sebelah sini kamar pengantin wanitanya," ucap Niko, lalu mengetuk kamar Priscilla pelan. Setelah MUA dan beberapa asistennya masuk ke kamar Priscilla, gantian Niko yang masuk ke kamar Jay. Saat melihat raut wajah Jay Nik