Ghea melihat makanan tersusun rapi di meja makan. Ada banyak sekali makanan hingga membuatnya bingung. “Em … sepertinya enak.” Ghea begitu merasa senang karena melihat makanan yang begitu menggiurkan. Di atas meja akan tumis brokoli, ayam kecap, dan udang tepung. Semua begitu membuat liur di permukaan lidahnya. Ghea mengambil nasi, kemudian melihat menu mana yang akan dimakan. “Ini kesukaanmu, Ghe, makanlah.” Dean yang duduk di depan Ghea menawarkan ayam kecap buatannya. Menyodorkan ayam kecap yang dibauatnya.“Kamu juga suka udah ‘kan, Ghea.” Rowan juga di sebelahnya pun tak kalah. Dia menyodorkan udang tepung pada Ghea.Dean melirik malas. Dia tadi memang meminta Rylan untuk masak udang yang dibelinya, karena dia sibuk masak ayam. Semua mereka kerjakan bersama-sama hingga dapat menyajikan makanan enak. Ghea terperangah dengan yang dilakukan dua orang itu. Karena tidak mau menyinggung satu orang ketika mengambil satu makanan, akhirnya dia mengambil keduanya. Rowan dan Dean pun lan
“Gemma, tidak mau pulang. Mau di sini.” Seharian tadi Gemma berada di rumah Ghea bersama Dean. Saat daddy-nya pulang gadis kecil itu justru tidak mau pulang. Semua orang saling tatap. Sekali pun kemarin sudah dijelaskan tetap saja hari ini lupa. Memang begitulah sifat anak-anak. Harus diberitahu dengan perlahan dan berkali-kali. “Baiklah, Gemma biarkan saja di sini.” Ghea akhirnya memilih untuk membiarkan gadis kecil itu tinggal di rumahnya. Dia yang baru saja pulang dari Klinik tepat bersamaan dengan Rowan yang menjemput Gemma. Rowan tidak bisa berbuat apa-apa ketika anaknya sudah memutuskan untuk tetap tinggal. “Baiklah, kalau begitu daddy akan pulang,” ucapnya seraya membelai lembut kepala Gemma. “Tapi, aku juga mau daddy di sini,” ucap lirih Gemma. Semua kembali saling menatap. Mereka tahu jika ini adalah sesuatu hal yang tidak mungkin. Jika Gemma saja yang tinggal itu tidak masalah, tetapi jika Rowan yang tinggal, ini akan jadi masalah. “Gemma—” “Iya, Daddy akan tinggal di
Ghea, Rowan, Gemma, Dean, Raya siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Raya yang kebetulan ingin pulang juga memilih menumpang di mobil Dean, sedangkan Ghea berada dalam satu mobil dengan Rowan dan Gemma. Mereka memilih untuk berangkat pagi menghindari macet yang sudah menjadi biasa untuk ibu kota. Dean melajukan mobilnya. Membelah jalanan yang masih lengang. Mobilnya yang berada di belakang mobil Rowan membuatnya terus fokus mengikuti mobil Rowan.“Sepertinya aku menyerah sebelum mencoba.” Suara Raya seketika memecah keheningan. Dean menoleh pada raya. Membagi konsentrasinya pada jalanan. Dia mengerti apa yang dimaksud oleh Raya. Apalagi jika bukan tawarannya yang memintanya untuk membujuk Ghea ke Rumah sakitnya. “Iya, sepertinya kamu kalah berperang.” Dean tertawa.“Padahal tadinya aku mau bernegosiasi dengan.” Raya menekuk bibirnya. Kesal karena rencananya akhirnya gagal juga. “Negosiasi apa?” Dean justru penasaran. “Meminta bea siswa untuk adikku.” Raya tadinya ad
“Aku baru kerja di Klinik itu, secara etika tidak baik jika langsung pindah. Aku akan pertimbangkan, Dad, nanti setelah sudah cukup lama di sana. Jadi agar sama-sama enak. Jangan sampai membuat nama aku jadi jelek karena main keluar saja.” Ghea mencoba memberikan pengertiannya pada daddy-nya. “Iya, paling tidak biarkan tiga bulan Ghea di sana. Itu waktu pas untuk mengundurkan diri.” Mommy Shea kali ini sependapat dengan anaknya. “Yang dibilang Mommy benar.” Ghea senang ketika sang mommy mendukungnya. Paling tidak dia kali ini dalam posisi yang kuat untuk mempertahankan argumennya.“Apa? Tiga bulan?” Daddy Bryan meninggikan suaranya. “Tidak-tidak. Bisa-bisa duda beranak itu mendekati Ghea dengan waktu yang selama itu.” Daddy Bryan mendengus kesal. Tak akan dia biarkan putrinya di dekat orang macam itu. Ghea mengembuskan napas pasrah. Dia tahu yang dimaksud daddy-nya adalah Rowan. Entah kenapa Ghea tidak yakin dengan keputusannya untuk menerima Rowan lagi ketika melihat daddy-nya sep
Sesuai dengan janji, Ghea mengantarkan mommy-nya ke toko kue kakak iparnya. Sebenarnya toko kue itu dikelola oleh Cia, sayangnya kini Cia tinggal di London. Alhasil toko kue itu dikelola oleh Kak Freya-kakak ipar Ghea sekaligus kakak Cia sendiri. “Kamu benar-benar mendengarkan kata daddy bukan?” Pertanyaan itu memecah keheningan di dalam mobil. Ghea yang sedang fokus menyetir pun menoleh pada sang mommy yang sedang berbicara. Membagi konsentrasinya pada jalanan yang dilaluinya. “Tentang apa?” tanya Ghea. “Tentang pria yang punya anak itu.” Ghea terdiam. Yang dimaksud mommy-nya pastinya adalah Rowan. Saat membahas Rowan, dia tidak tahu harus mulai dari mana. Mengingat terlalu rumit untuk dijelaskan. Ghea sendiri yang mengatakan jika Rowan memiliki istri. “Mom, semua tidak seperti yang mommy bayangkan.” Ghea mencoba mencari celah untuk menjelaskan. “Memang apa yang mommy bayangkan?” tanya Mommy Shea yang menatap anaknya lekat. “Kemarin, aku bilang bukan jika dia sudah punya istr
Setelah perjalanan yang cukup macet, akhirnya mereka sampai di rumah Dean. Dari dalam mobil dia memerhatikan mobil siapa saja yang berjajar di depan rumah orang tua Dean. Ghea memerhatikan mobil itu adalah milik, Al-kakak sepupunya, El-kakaknya, Daddy Regan-daddy dari Al, Papa Felix-papa dari kakak iparnya, dan dua mobil lagi yang Ghea tidak tahu. Dia yakin itu adalah mobil teman Papa Erik. Dari mobil yang terparkir itu tidak ada mobil Rowan. 'Apa jangan-jangan Dean sudah memindahkan Rowan ke hotel?' Ghea menebak hal itu ketika tidak menemukan mobil Rowan tidak terparkir di rumah Dean. “Ghe, ayo turun.” Mommy Shea yang melihat Ghea hanya duduk manis dan tidak bergeming ketika mobil berhenti, langsung memanggilnya. “Iya,” jawabnya ketika mendengar panggilan dirinya. Mereka semua masuk ke rumah. Menekan bel dan menunggu pintu dibuka. Saat pintu dibuka, tampak Dean yang membuka pintu.“Selamat datang.” Dean dengan semringahnya menyambut keluarga Ghea. Melihat wajah dengan penuh sen
“Mommy.” Gemma yang melihat Ghea ada di pesta itu langsung berlari.Semua orang yang melihat pemandangan itu terperangah. Mereka saling menatap siapa gerangan yang dipanggil mommy oleh anak kecil itu. Alangkah terkejutnya jika ternyata yang dipanggil mommy itu adalah Ghea. Gadis kecil yang berlari tadi langsung memeluk Ghea, itu artinya yang dimaksud mommy adalah Ghea. Daddy Bryan, Mommy Shea, El, dan Freya sudah tahu jika yang dimaksud oleh Gemma adalah Ghea, sedangkan yang lain belum ada yang tahu sama sekali tentang panggilan yang disematkan Gemma. Hal itu membuat mereka semua jadi bingung. “Gemma kenal Aunty Ghea?” Mama Lyra dengan lembut membelai rambut Gemma. “Ini mommy Gemma, Bu dokter, bukan aunty.” Mata kecil bocah lima tahun itu tidak suka Ghea dipanggil aunty. Setahunya memang Ghea adalah mommy-nya. “Jadi ini mommy Gemma?” Mama dari Dean itu memastikan kembali. “Iya,” jawab Gemma mengangguk pasti.Mama Lyra hanya tersenyum saja. Dia masih bingung dengan situasi yang ad
Daddy Bryan menatap tajam pada Rowan. Dia benar-benar tidak suka dengan kehadiran Rowan, tetapi sayangnya dia adalah tamu Papa Erix. “Hai, Aku Felix Julian.” Felix lebih dulu mengulurkan tangan. Dia tidak tahu jika yang dimaksud oleh temannya kala itu adalah pria di depannya. “Saya Rowan. Senang bertemu dengan Pak Felix.” Rowan tersenyum seraya mengulurkan tangan. Daddy Bryan terdiam. Dia tak bergeming sama sekali ketika melihat Rowan. Dia masih merasa kesal karena Rowan mendekati anaknya. “Apa kabar Pak Bryan?” Rowan mengulurkan tangan pada Daddy Bryan. Daddy Bryan masih tak merespon. Dia memilih diam saja. Hingga akhirnya Papa Felix menyenggolnya. Meminta temannya itu untuk menerima uluran tangan. “Aku baik.” “Kalian sudah kenal?” tanya Papa Erix. “Oh … iya, mungkin karena kamu teman Ghea jadi kamu sudah kenal.” Papa Erix pun menebak. “Iya, saya mengenal dari Ghea.” Rowan pun membenarkan. “Baiklah, ayo aku akan kenalkan dengan yang lain.” Papa Erix membawa Rowan bertemu
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi