Share

Amaryllis

Penulis: Bia Baharda
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-07 13:30:06

Carla meletakkan pot keramik berwarna cokelat polos yang telah ditanami dengan bunga Amaryllis berwarna merah di atas meja panjang di depan sofa yang ada di pojok ruangan kantor Sbastian. Gadis bermata abu-abu itu membersihkan rumput-rumput liar yang ada di sekitar tanaman Amaryllisnya.

Saat itulah, ia mendengar ada yang membuka pintu ruangan Sbastian. Ia menolehkan pandangannya pada pintu itu, dilihatnya sosok Sbastian dengan rambut yang awut-awutan dan wajah kusut. Carla tahu bahwa sore itu si dokter muda baru selesai mengoperasi pasiennya.

“Apa operasinya berjalan lancar?” tanya Carla yang masih berada di tempatnya duduk.

Sbastian menolehkan pandangannya pada sumber suara. Dilihatnya sosok Carla yang sedang menatapnya di kejauhan. Sbastian menghembuskan nafas kasar, namun dia tak menjawab pertanyaan gadis bermata abu-abu itu.

Dokter angkuh itu berjalan menghampiri Carla. Lalu, menghembuskan dirinya dan menyandarkan puggungnya di sofa yang a

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Heartbeat   Disappointment

    Sbastian berjalan dengan wajah penuh amarah menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Tujuan dokter yang sedang memakai kemeja biru langit yang dipadukan dengan celana kain hitam itu adalah bangsal kelas VIP. Kedua tangannya mengepal erat di samping badan, menandakan dirinya yang sedang berusaha untuk menahan amarah yang siap meledek.Setibanya di bangsal VIP, ia dengan buru-buru masuk ke salah satu ruangan yang berada di bagian paling ujung. Ia buka pintu kamar VIP itu dengan kasar. Ditemuinya seorang suster berusia sekitar empat puluh lima tahun sedang mengobrol dengan seorang kakek tua yang berbaring di atas ranjang perawatan.“Suster Jane keluar dari sini!” bentak Sbastian dengan wajah merah karena marah.Suster Jane dan Kakek tua itu mengalihkan tatapan mereka ke sumber suara. Mendengar teriakan yang cukup menggelegar itu, Suster Jane menelan salivanya, wajahnya terlihat tegang, berbeda dengan si kakek tua yang wajahnya tetap terlihat tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Heartbeat   I’m not A Lier

    Sbastian benar-benar diliputi amarah. Ia sangat kesal dengan keputusan sang kakek. Kekesalannya itu ia salurkan dengan memecahkan barang-barang di ruang kerjanya. Ia juga membuat meja kerjanya berantakan dan memukul-mukul dinding ruangannya dengan tangan untuk melampiaskan segala amarah yang terpendam. Hal itu membuat buku-buku jari tangan kanannya terluka dan berdarah.Namun, rasa sakit di buku-buku jarinya itu sama sekali tak terasa karena rasa sakit di hatinya lebih mendominasi. Ia tak peduli dengan luka-luka yang diderita buku-buku jarinya. Ia tetap melanjutkan aksi pelampiasan itu.Saat dokter bermata hijau itu sedang sibuk melampiaskan amarah dalam dirinya, seseorang membuka ruangannya tanpa mengetuk pintu. Sbastian tak peduli. Ia mengabaikan siapa pun yang masuk ke ruangannya.“Oh Tuhan Sbastian, apa yang kau lakukan?” seru sosok yang baru saja masuk ruangan dokter angkuh itu.Sbastian tak bergeming, ia tetap memukul-mukulkan buku-buku

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • Heartbeat   The Sad Gaze

    “Keluar dari sini!” bentak Sbastian.Carla mengerucutkan bibirnya, kemudian dia duduk di samping Sbastian. Dokter bermata hijau itu menatap kesal pada si gadis penjual bunga.“Aku memintamu untuk keluar dari ruanganku, bukan menyuruhmu duduk di sampingku!” ucap Sbastian dengan mata menatap tajam.“Kau tahu bukan aku ini tidak mudah untuk menuruti perintah orang lain,” ujar Carla diringin senyum mengejek.“Dan aku ini seorang yang pemaksa,” Sbastian berdiri dari sofa yang didudukinya.Carla menarik paksa tangan Sbastian hingga membuat pria bermata hijau itu kembali terduduk karen atarikan mendadak yang dilakukan oleh Carla, “Apa yang kau lakukan?” teriak Sbastian dengan penuh amarah.“Aku membuatmu duduk kembali,” ucap Carla dengan wajah polos.“Aku mohon padamu, keluar dari ruanganku sekarang! Jangan membuat kepalaku semakin sakit!” ucap Sbastian denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Heartbeat   Mushroom Soup

    Dua porsi sup jamur telah berada di tangan Carla. Gadis itu kembali lagi ke ruangan Sbastian dengan wajah riang. Saat tiba di depan ruangan dokter angkuh itu, tanpa mengetuk pintu, Carla langsung membuka pintu ruangannya.Ruangan Sbastian begitu gelap padahal tadi saat ditinggalkan Carla ruangan itu masih diterangi dengan lampu-lampu yang menyala. Carla yakin pasti Sbastian lah yang telah mematikan lampu di ruangannya.Carla pikir mungkin Sbastian sudah pergi dari ruangan itu dan menenangkan diri dengan pulang ke rumah. Meski ia tahu bahwa Sbastian mungkin tidak ada lagi di sana, Carla tetap mencari tombol untuk menyalakan lampu ruangan itu karena ia ingin melihat apakah ruangan Sbastian sudah dirapikan atau belum.Ketika tombol lampu ditemukan, tombol itu pun ditekan, lampu seketika menyala. Saat itu pula, seseorang berteriak terkejut, “Apa-apaan ini? Siapa itu?”Carla terjingkat, terkejut dengan teriakan seseorang yang ternyata ada di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Heartbeat   Agreement

    Setelah keduanya selesai makan malam dengan menghabiskan sup jamur hangat. Carla mengatakan pada Sbastian akan membantu dokter bermata hijau itu untuk mendapatkan mansion musim panas yang diinginkannya. Tentu saja Sabstian tak mempercayai ucapan Carla.“Apa alasanmu ingin membantuku?” tanya Sbastian dengan tatapan penuh selidik.“Tidak ada alasan khusus,” ucap Carla dengan cuek.Sbastian tersenyum sinis, “Aku tidak membutuhkan bantuanmu.”“Kau yakin?” Carla meremehkan.Sbastian menatap tajam gadis bermata abu-abu itu, “Aku sangat yakin.”Carla berdecak kesal, “Aku rasa kau membutuhkan bantuanku. Kau tidak mungkin bisa memiliki mansion itu tanpa bantuanku.”Sbastian memberikan tatapan menyelidik, “Apa yang sebenarnya kau rencanakan gadis gila?”Carla memutar bola matanya denagn kesal, “Aku tidak merencanakan apa-apa, aku hanya tidak tega me

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Heartbeat   Waiting for You

    Sbastian sengaja berangkat ke rumah sakit St Thomas’ lebih awal karena ia ingin bertemu dengan Carla. Gadis bermata abu-abu itu selalu saja lebih dulu berada di ruangan Sbastian dibandingkan si pemilik ruangan.Pagi itu ketika Sbastian tiba di ruangannya, tak dilihatnya sosok si gadis pengganggu. Pria bermata hijau itu pun duduk di kursi kerjanya sambil mengerjakan laporan untuk para pasien yang sedang ditanganinya sembari menunggu Carla.Sayangnya, penantiannya tak kunjung berakhir. Meski saat itu waktu telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, sosok Carla tak juga terlihat. Sbastian benar-benar kesal karena gadis yang ditunggunya tak juga muncul. Sbastian mulai tak sabaran. Konsentrasi kerjanya menjadi buyar. Ia mondar-mandir di depan meja kerjanya, menanti Carla dengan gelisah.“Kenapa gadis gila ini tidak juga muncul? Saat dibutuhkan seperti ini dia tak menampakkan diri tetapi saat sedang tidak dibutuhkan dia selalu saja muncul di mana-mana,” g

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Heartbeat   Promise

    Carla terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya dari Sbastian karena pria bermata hijau itu sempat menolak tawarannya tapi kini di sendiri yang meminta Carla untuk membantunya, “Apa aku tidak salah dengar?” tanya Carla dengan wajah tak percaya.“Aku tidak suka mengakuinya, tapi ya aku ingin kau membantuku mendapatkan mansion itu. Bagaimana pun juga mansion itu memiliki arti dalam hidupku,” ucap Sbastian dengan datar.Carla mengerutkan wajahnya, “Ah, begitu rupanya. Aku mau saja membantumu, tapi imbalan yang kuminta tidak bisa ditawar lagi.”Sbastian menghembuskan nafas kesal, “Ya, aku tahu. Jadi, anggap saja aku setuju dengan imbalan yang kau minta itu.”Carla berdecak kesal, “Hei...bisa tidak kau bicara dengan lebih lembut, di sini yang membutuhkan bantuan itu kamu, setidaknya bersikaplah lebih lembut padaku.”Sbastian mendesis kesal, “Isshh...Aku memang membutuhkan bantuanmu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • Heartbeat   The Reason

    Carla menegakkan duduknya, kini ia kembali menatap Sbastian, “Apa yang ingin kau tanyakan?”Sbastian nampak berpikir selama beberapa saat, “Apa alasanmu melakukan semua ini?”Carla mengerutkan keningnya, “Melakukan apa?” tanya gadis bermata abu-abu itu tak mengerti.Sbastian menatap Carla dengan tatapan penuh selidik, “Datang padaku, mendekatiku, dekat dengan Kakek dan Evelyn. Apa tujuanmu sebenarnya?”Carla tersenyum sinis, “Sudah kubilang berapa kali. Pertemuanku dengan Kakek Tom dan Evelyn adalah sebuah takdir yang berawal dari ketidaksengajaan. Aku awalnya sama sekali tidak tahu bahwa kalian bertiga mempunyai ikatan kekeluargaan. Tapi aku yakin kau tetap tidak mempercayaiku.”Sbastian menampakkan wajah tak senang dengan jawaban Carla, “Ya, aku memang tidak percaya. Tapi anggap saja aku percaya dengan ceritamu itu. Lalu, kenapa kau juga berusaha mendekatiku, selalu menggangg

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12

Bab terbaru

  • Heartbeat   The Message

    Berbagai macam bunga dengan warna yang bermacam-macam pula memenuhi pembaringan terakhir Carla. Prosesi pemakaman itu telah usai sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Sbastian nampaknya enggan untuk meninggalkan kuburan gadis penjual bunga itu.“Semua orang sudah pergi, apa kau akan tetap di sini?” tanya seorang perempuan berambut pirang. Ada beberapa luka memar di wajah perempuan itu.Sbastian mengalihkan tatapannya dari nisan bertuliskan nama Carla ke sosok yang mengajaknya berbicara, “Kau sendiri masih di sini,” ucap Sbastian dengan nada dingin.Perempuan berambut pirang itu tersenyum getir, lalu ia duduk bersimpuh di samping kuburan Carla, tepat di samping Sbastian, “Aku hanya ingin sedikit lebih lama lagi di sini. Saat dia masih hidup tidak banyak waktu yang kami habiskan bersama. Aku tidak begitu menyukainya karena sejak Mom menikah dengan Daddy Carla, Mom lebih perhatian padanya,” perempuan ber

  • Heartbeat   You Will...

    Sbastian dengan menggunakan kursi roda membawa Carla menuju taman rumah sakit yang terlihat lenggang siang itu karena udara yang cukup dingin. Wajah Carla nampak berseri karena dapat menghirup udara segar musim dingin. Setelah tiba di taman itu, Carla meminta Sbastian untuk membantunya duduk di bangku panjang taman.Sbastian dengan hati-hati pun mengangkat tubuh gadis bermata abu-abu itu dari kursi roda dan mendudukkannya di bangku taman. Setelah duduk di atas bangku panjang taman Carla menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku itu. matanya mengamati pemandangan di sekitarnya. Sbastian ikut duduk di samping Carla. Pria itu menatap wajah pucat Carla dengan tatapan yang sulit diartikan.“Aku suka musim dingin, tapi aku lebih suka lagi musim semi,” ucap Carla sambil menatap pepohonan-pepohonan gundul yang ada disekitarnya.“Aku suka semua musim kecuali musim gugur,” ucap Sbastian sambil menatap wajah Carla lamat-lamat.Carla mengali

  • Heartbeat   Miss You

    Sbastian berlarian di lorong-lorong rumah sakit menuju ruang perawatan Carla. Saat itu dia sedang berada di salah satu ruang rawat pasiennya untuk melakukan pemeriksaan berkala. Saat dia berbincang dengan pasiennya itu, tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi. Sebuah panggilan dari sang kakak yang mengabarkan berita begitu mengejutkan.Tanpa membuang waktu dan tanpa memdulikan pasien yang sedang diperiksanya, Sbastian pun berlari dengan cepat. Ia beberapa kali bahkan harus menabrak suster atau pasien yang sedang berjalan di lorong-lorong rumah sakit St Thomas’. Dokter bermata hijau itu tidak memedulikan keadaan sekitarnya yang ia pedulikan saat ini adalah segera tiba di ruang perawatan Carla.Jarak yang sebenarnya tak begitu jauh terasa sangat jauh. Sbastian mengumpat dalam hati karena tak juga tiba di ruang perawatan Carla. Ia semakin menambah kecepatan larinya, tak peduli dengan tatapan orang-orang yang ia lewati. Tatap penuh tanda tanya dan wajah penuh keheranan di

  • Heartbeat   Sadness

    “Kakek sepagi ini di sini?” tanya Sbastian dengan wajah terkejut ketika menemukan sang kakek sedang duduk di samping ranjang Carla.Pria tua itu mengalihkan pandangannya dari tubuh Carla pada sang cucu laki-laki, “Saat aku dirawat di rumah sakit ini, dia selalu mendatangiku pagi-pagi dan memaksaku untuk berolahraga di taman. Sekarang giliranku untuk melakukan itu. Aku ingin membangunkan gadis nakal ini,” ucap Tuan Tom dengan wajah yang dipenuhi oleh gurat kesedihan.Sbastian menghela nafas berat, ia dapat merasakan kesedihan yang dirasakan oleh sang kakek, “Carla belum bangun, Kakek bisa membujuknya untuk berolahraga saat dia bangun nanti,” ucap Sbastian sambil menatap nanar tubuh lemah Carla.Tuan Tom tersenyum getir, kini pandangannya kembali menatap Carla, “Dia terlihat sangat manis saat sedang tertidur, berbeda ketika dia sedang bangun. Saat dia bangun, dia gadis yang nakal dan pemaksa, aku merindukan gadis nakal itu

  • Heartbeat   Take Care of You

    Sudah satu minggu berlalu sejak Sbastian mengetahui tentang keadaan Carla yang sesungguhnya. Tua Tom dan Evelyn kini juga telah mengetahui kebenaran itu, Sbastian mengabarkan pada kakek dan kakaknya tentang kondisi Carla keesokan harinya setelah di malam sebelumnya Suster Jane mengatakan kejujuran padanya.Sejak tahu Carla sedang terbaring koma di ruang perawatan intensif bangsal VVIP, secara berkala Sbastian mengunjunginya. Meski saat sedang berkunjung, pria bermata hijau itu hanya menatap gadis bermata abu-abu itu dalam diam. Dia tidak pernah mencoba untuk mengajak Carla berkomunikasi.Sbastian bahkan pernah semalaman menunggui Carla hanya dengan duduk diam di kursi samping ranjang Carla terbaring. Menatap perempuan penjual bunga itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Suster Jane selama ini diam-diam memperhatikan tingkah si dokter mud aitu dan dia masih belum mengerti apa yang sebenarnya Sbastian pikirkan dalam diamnya.Tuan Tom dan Evelyn pun secara

  • Heartbeat   About Her

    Sbastian melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Wajahnya terlihat gusar. Suster Jane yang duduk di kursi penumpang samping Sbastian menatap ngeri jalanan. Dokter muda itu menyetir mobilnya seperti orang yang kesetanan. Suster berusia hampir setengah abad itu berusaha untuk menyadarkan Sbastian dan meminta dokter bermata hijau itu untuk menurunkan laju mobilnya, namun Sbastian nampaknya tidak memedulikan hal itu.Dokter tampan itu sudah tidak sabar lagi untuk tiba di tempat gadis yang dicari-carinya selama beberapa hari belakangan ini. Setelah mengetahui hal yang sebenarnya dari Suster Jane berbagai perasaan yang tak dimengerti oleh Sbastian berkecamuk di dalam hatinya. Rasa khawatir, marah, kesal, sedih, dan kecewa beradu menjadi satu. Membuat dirinya merasa berada pada dunia yang sunyi.Mobil mewah Sbastian di parkir sembarang di depan pintu masuk utama Rumah Sakit St Thomas’. Pria itu tidak memedulikan teriakan satpam yang memintanya untuk memindahkan

  • Heartbeat   Bring Madness

    Suster Jane kini duduk di dalam mobil Sbastian dalam diam sambil menatap jalanan London yang terlihat sepi malam itu. Udara terasa dingin meski salju sedang tidak turun. Sbastian melajukan mobilnya berputar-putar tak tentu arah. Dia sendiri tidak tahu tujuan sebenarnya akan ke mana. Dia hanya ingin menjadikan Suster Jane sebagai tawanannya agar suster itu mengatakan keberadaan Carla.“Besok pagi saya ada jadwal jaga. Jika saya terlambat ini semua salah Dokter,” ucap Ssuter Jane dengan nada dingin.Sbastian tak peduli dengan hal itu yang ia pedulikan saat ini adalah mengetahui tentang keberadaan dan keadaan Carla, “Jika kau ingin aku mengantarmu pulang, cepat katakan di mana Carl!” ucap Sbastian dengan tegas.Suster Jane menghela nafas berat, ia menatap Sbastian dengan tatapan kesal, “Aku tidak tahu,” ucap Suster Jane singkat.Sbastian mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya, kini dia menatap wajah suster itu,

  • Heartbeat   Quite

    Sbastian tidak dapat menunggu hingga esok hari. Dia sudah merasa sangat penasaran dengan keberadaan Carla. Pemuda bermata hijau itu sendiri bingung kenapa dirinya tiba-tiba mencemaskan Carla dan ingin tahu keberadaan gadis penjual bunga itu padahal selama ini dirinya selalu mengusir Carla jika gadis itu mengganggunya.Tidak dapat dipungkiri oleh Sbastian, sejak Carla tiba-tiba menghilang, hidupnya terasa sepi. Tidak ada lagi yang menyambutnya dengan ocehan tidak penting di pagi hari. Tidak ada lagi yang tiba-tiba datang membawakan makanan untuknya. Kehadiran Carla dalam hidup Sbastian beberapa bulan terakhir ini memang telah meramaikan dunia pria itu yang sebelumnya sepi.Sbastian memarkir mobilnya tepat di depan toko bunga milik Carla. Saat Sbastian tiba, toko itu ternyata masih menyala. Buru-buru dokter muda itu pun masuk ke dalam toko. Ia memanggil-manggil nama Carla, namun sayangnya gadis yang dipanggil itu tidak juga menampakkan diri.Seorang pegawai peremp

  • Heartbeat   Where is She?

    “Sudah cukup lama aku tidak melihatnya. Terakhir kali kami bertemu waktu pesta pernikahanku,” ucap Evelyn setelah berusaha menggali ingatannya.“Kakek terakhiar kali bertemu dengannya sekitar satu minggu lalu saat pemeriksaan rutin,” ucap Tuan Tom setelah itu.Sbastian terdiam. Wajahnya terlihat bingung. Evelyn memberikan tatapan curiganya, “Ada apa sebenarnya Sbastian? Kenapa kau jadi penasaran dengan Carla? Jangan-jangan kau mulai tertarik ya dengannya?” ledek Evelyn.Sbastian mendengus kesal. Ia memberikan tatapan tajamnya pada sang kakak, “Jangan bicara sembarangan!” ucap Sbastian dengan nada dingin.“Kalau begitu kenapa kau menanyakan hal itu?” Evelyn terlihat sangat penasaran.“Aku terakhir kali bertemu dengannya juga satu minggu lalu. Tiba-tiba saja dia menghilang. Tidak pernah lagi datang ke kantorku,” ucap Sbastian sambil menatap gelas berisi anggur yang ada di hadapan

DMCA.com Protection Status