Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu keadaan semakin mencekam. Dylan masih bersimpuh di depan ruang operasi dengan raut wajah penuh rasa putus asa. Matanya sudah memerah, akibat air mata yang tak lagi bisa tertahankan. Rasa penyesalan telah menggrogoti hati Dylan, karena merasa gagal dalam menjaga sang kekasih sampai harus berada di ambang bahaya.Dylan mengusap wajahnya kasar, menjambak rambutnya di kala dokter tak kunjung keluar dari ruang operasi. Hatinya sudah tidak sabar ingin tahu keadaan Dakota. Dia hancur di kala harus memilih antara Dakota dan buah hatinya, tetapi dia tak bisa hidup tanpa Dakota. Dylan lebih memilih untuk tidak ada di dunia ini, jika sampai tidak di langit yang sama dengan sang kekasih. Keadaan menjadi sangat mencekam seolah berada di dalam bahaya. Lino dan Cali tak berani mendekat pada Dylan yang tampak sangat putus asa. Mereka pun khawatir akan keadaan Dakota di kala sang dokter meminta Dylan memilih menyelamatkan Dakota atau anak yang ada d
“A-anak kita selamat? K-kau tidak bohong padaku, kan?” Dakota bertanya dengan nada yang sangat lirih. Derai air matanya terus berlinang jatuh membasahi pipinya. Dia bahkan sampai tak sadar menggunakan kata ‘Anak Kita’, padahal tadi dia menggunakan kata ‘Anakku’.Dylan kembali mengecup bibir Dakota. “Ya, anak kita selamat. Kau memberikanku anak laki-laki yang hebat.”Dakota tak membendung rasa haru bahagia. Dia sudah berpikir hal buruk menimpa anaknya di kala mengingat dirinya mengalami kecelakaan. Namun, ternyata Tuhan sangat baik padanya. “Aku ingin melihatnya, Dylan. Aku mohon biarkan aku melihatnya,” pinta Dakota dengan penuh permohonan.Hati ibu mana yang bisa menunggu di kala anaknya sudah lahir ke dunia. Apalagi Dakota melahirkan dalam kondisi yang tak baik. Anaknya bisa lahir sudah merupakan sebuah mujizat yang tak Dakota sangka. Hal tersebut membuatnya tak sabar ingin melihat putra kecilnya.Dylan membelai pipi Dakota lembut, dengan senyuman di wajahnya. “Anak kita lahir seca
Audrey panik luar biasa mendengar tentang keadaan Dakota yang melahirkan secara premature. Dia mendengar dari laporan anak buah sang suami tentang kondisi yang dialami oleh Dakota. Hal tersebut membuat Audrey menjadi sangat panik. Tepat di kala tiba di Maldives—yang pertama kali Audrey lakukan adalah mengajak Xander ke rumah sakit di mana Dakota dirawat.Namun, sebelum tiba di Maldives tentunya Audrey sudah bilang pada paman dan bibinya tentang dia yang telah mendapatkan informasi keberadaan Dakota. Yang Audrey informasikan hanya keberadaan Dakota. Sebab, sebelumnya dia masih belum tahu tentang kondisi Dakota.“Xander, apa anak buahmu sudah yakin Dakota baik-baik saja?” tanya Audrey pada sang suami. Sekarang dia dan sang suami sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dia sudah tak sabar ingin melihat kondisi Dakota.Xander menarik tubuh Audrey, membawa istrinya itu ke dalam pelukannya. “Anak buahku bilang Dakota baik-baik saja. Anaknya juga selamat meski sekarang ini masih di dalam
Audrey dan Xander sudah kembali ke resort yang mereka sewa selama di Maldives. Sementara Dylan seperti biasa kembali ke ruang rawat Dakota. Pria tampan itu duduk di tepi ranjang menatap Dakota yang sekarang sedang menonton drama di televisi. Jika Dakota menonton drama, lain halnya dengan Dylan yang menonton Dakota.“Dylan, bisakah kau berhenti menatapku seperti itu?” Dakota menjadi tak nyaman di kala Dylan terus menerus menatapnya.Dylan membelai pipi Dakota lembut. “Aku ingin terus melihatmu. Aku merindukanmu, Sayang.”Dakota menghela napas dalam. “Dylan berhenti memanggilku dengan sebutan itu.”“Sebutan apa?”“Itu.”“Itu apa?”“Sayang.”“Iya, Sayang.” Dylan tersenyum.Dakota berdecak kesal. “Aku tidak memanggilmu. Aku memintamu untuk tidak—” Seketika perkataan Dakota terhenti di kala mendapatkan ciuman secara tiba-tiba dari Dylan. Sontak, Dakota menjadi sangat terkejut mendapatkan ciuman dari Dylan.“Hemppttt—” Dakota memukuli dada bidang Dylan, berusaha agar pria itu melepaskannya.
Darren Spencer melayangkan tatapan tajam dan penuh amarah pada Dylan yang baru saja keluar dari ruang rawat putrinya. Pria paruh baya tampan itu sudah mendapatkan semua laporan tentang apa yang terjadi pada putri sulungnya selama putrinya itu melarikan diri ke Maldives.Bahkan Darren juga sudah mendengar tentang putrinya yang berada di ambang maut. Semua laporan yang Darren dapatkan sangat lengkap—hingga membuat pria paruh baya itu sekarang tiba dengan wajah yang menahan emosi. Jika bukan di rumah sakit, sudah pasti Darren memukul habis-habisan Dylan.“Berani sekali kau datang ke sini!” desis Darren penuh emosi pada Dylan yang berdiri di hadapannya. Dia tak akan mungkin lupa tentang luka yang diberikan oleh Dylan pada putrinya. Jika bukan karena luka yang diberikan Dylan, tak mungkin sampai putrinya melarikan diri, menjauhi semua orang.“Aku memang sudah seharusnya di sini. Dakota melahirkan anakku. Aku harus berada di sisinya,” jawab Dylan tenang, tersirat tegas tapi tetap sopan. Dia
Darren dan Helen tersenyum bahagia melihat cucu mereka di incubator. Meski lahir premature, tapi mereka bahagia cucu laki-laki mereka sehat tidak kekurangan apa pun. Hadirnya anak Dakota dan Dylan mengartikan bahwa keluarga Spencer dan Caldwell mendapatkan anggota keluarga baru.Darren dan Helen ingin sekali menyentuh cucu mereka sayangnya tidak bisa, karena kondisi cucu mereka masih sangat lemah. Dakota yang duduk di kursi roda sampai meneteskan air mata setiap kali melihat anaknya.“Kau hebat, Sayang. Kau berhasil melahirkan anak laki-lakimu.” Helen membelai rambut Dakota. Ya, saat ini dia bersama suami dan putrinya sama-sama melihat anak yang baru saja dilahirkan putrinya itu.Dakota tersenyum lembut. “Mom, aku sendiri tidak mengira akan berhasil melahirkan anakku dengan selamat. Kondisiku sangat kacau saat dibawa ke rumah sakit. Aku mengalami pendarahan hebat. Bahkan dokter saja sampai meminta Dylan untuk mengambil keputusan menyelamatkanku atau anak yang ada di kandunganku. Sekar
Napsu makan Dakota menurun, sejak di mana mendengar ucapan ayahnya yang memberikan peringatan jelas tak menyukai Dylan, membuat perasaan Dakota menjadi tak nyaman. Sungguh, Dakota tak mengerti ada apa dengan dirinya.“Nona, kenapa makanan Anda tidak Anda habiskan?” tanya Cali khawatir pada bosnya.Dakota membuyarkan lamunannya, meletakan makanan yang ada di hadapannya ke atas meja. “Aku sedang tidak lapar, Cali.”“Nona, tapi Anda belum makan,” ucap Cali mengingatkan.Dakota menghela napas dalam. “Aku tidak nafsu makan, Cali.”Cali menatap Dakota khawatir. “Apa ada sesuatu hal yang Anda pikirkan, Nona?”“Aku—” Dakota ingin berucap, tapi seketika dia menghentikan lidahnya di kala terdengar suara pintu.“Tuan Caldwell,” sapa Cali di kala melihat Dylan datang.Dylan mengangguk singkat membalas sapaan Cali. “Cali, bisakah kau tinggalkan aku berdua dengan Dakota?”“Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi, Tuan, Nona.” Cali menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Dakota dan D
Delmer Dylan Caldwell, anak Dylan dan Dakota itu sudah keluar dari incubator. Lahir dalam keadaan premature, membuatnya terpaksa harus berada di dalam incubator. Beruntung keadaan Delmer sekarang sudah membaik. Pun dokter sudah memeriksa Delmer—dan hasilnya anak Dakota dan Dylan itu dalam keadaan baik.Butuh waktu yang tidak sebentar Delmer berada di dalam incubator. Namun, sekarang semua telah berbuah manis. Bayi laki-laki tampan itu sudah keluar dari incubator dalam keadaan sehat. Tentu keluarnya Delmer dari incubator mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Dakota maupun keluarga Dylan.Sudah beberapa minggu lalu keluarga Dylan mendatangi Maldives. Sejak di mana Dylan memberitahukan tentang dirinya memiliki anak dari Dakota, langsung membuat kedua orang tua Dylan mendatangi Maldives. Perasaan kedua orang tua Dylan sangat campur aduk. Bagaimapun, Dylan baru saja kehilangan anaknya dengan Ivory, sekarang Tuhan ternyata memberikan hadiah dari apa yang diambil.Hari itu keluarga berku
Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek
“Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah
Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga
Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan
Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan
Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor
Kebahagiaan menyelimuti Dylan dan Dakota. Mereka telah mengantongi restu dari Darren. Pun kedua orang tua Dylan sudah diberi tahu tentang Darren yang telah memberikan restu. Tentu kedua orang tua Dylan menyambut dengan sangat bahagia. Sebab ini yang dinantikan banyak orang yaitu Dylan dan Dakota kembali bersatu. Saat ini Dylan dan Dakota sudah pulang dari rumah sakit. Delmer dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan Delmer untuk pulang. Seakan semesta memang mendukung hubungan Dylan dan Dakota—segala hal diperlancar termasuk Delmer yang sempat kritis dinyatakan sembuh. Pulang dari rumah sakit, Dylan langsung membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Pria tampan itu langsung mengambil tindakan membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Tentu setelah mengantongi izin, membuat Dylan jauh lebih bebas dalam bertindak.“Delmer sudah tidur?” tanya Dylan kala Dakota memasuki kamar mereka.Dakota duduk di samping Dylan, menyandarkan kepalanya di dada bidang pria yang dicintainya itu. “S
Kondisi Delmer sudah berangsur-angsur membaik. Bayi laki-laki tampan itu sudah melewati masa kritisnya. Setiap detik Dakota dan Dylan selalu mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada putra mereka untuk tetap ada di dunia ini.Siang itu ruang rawat Dakota dipenuhi dengan Xander datang bersama dengan Audrey. Pun kebetulan Dizon juga datang menjenguk. Tampak Dakota sudah bisa tersenyum menyambut keluarganya yang datang menjenguk Delmer.“Aku senang mendengar Delmer sudah membaik. Aku sangat khawatir, saat mendengar Delmer masuk rumah sakit.” Audrey menyentuh tangan Dakota.Dakota tersenyum lembut menatap Audrey. “Terima kasih, Audrey. Aku juga bersyukur Delmer baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku jika sampai hal buruk menimpa Delmer.”Xander menepuk bahu Dylan, memberikan semangat pada sahabatnya itu.Dylan tersenyum samar.Dizon yang ada di sana memilih berdiri di dekat Delmer. Pria tampan itu membelai lembut pipi keponakannya. Tampak jel
Pagi menyapa, Dakota sudah terbangun dari tidurnya. Yang pertama kali dia lihat adalah Dylan yang menghampirinya membawakan makanan. Pria tampan itu membawa sandwich dan aneka buah serta susu untuk Dakota. “Kau harus makan. Tadi malam kau sudah tidak makan,” ucap Dylan lembut, sambil menghidankan makanan di depan Dakota. Delmer dirawat di rumah sakit, dan tentu Dakota ditemani Dylan menginap di ruang rawat putra mereka. Dylan memilih kamar VVIP yang terbaik di rumah sakit. Hal itu yang membuat Dakota dan Dylan bisa tidur cukup nyaman menemani putra mereka.“Aku tidak lapar, Dylan,” kata Dakota pelan.Dylan mengecup kening Dakota. “Kau selalu mengatakan tidak lapar. Ini bukan tentang kau lapar atau tidak, tapi ini tentang kesehatanmu. Aku tidak ingin kau sakit. Delmer sekarang sakit, jika sampai kau sakit, aku bagaimana?”Dakota terdiam mendengar apa yang dikatakan Dylan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah benar. Jika sampai dia tak menjaga kesehatannya, dan tumban