Beranda / Fantasi / Healer Kesayangan Sang Duke / Episode 47 : Tanpa Pertarungan

Share

Episode 47 : Tanpa Pertarungan

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aricia menatap sengit Oscar Arlo. Koridor yang gelap dan sepi membuat keuntungan bagi Oscar Arlo, menjadikannya tak bisa menghindari pertarungan. Aricia menggengam erat gagang pedangnya.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Aricia.

Oscar Arlo hanya menatap Aricia, sosok Gadis itu mengingatkannya dengan Vincent Gracewill, sehingga rasa dendamnya yang sirna jadi kembali muncul. "Sejak kau tiba di Markas Penyembuh, sejak kau memotong rambutmu dan sejak kau berani menantang Tabib Agung Gracewill, kau ... mirip seperti dia," ucap Pengajar Arlo.

Aricia menghela napas. "Ayah maksudnya?" kekeh Aricia menikmati wajah murka Oscar Arlo.

"Kenapa kau masih hidup? keturunan Gracewill." Oscar Arlo berucap dengan sengit.

Aricia terdiam. Ia tak tahu harus menjawab atau menanggapi Pria itu. Bagi Aricia tidak akan ada yang memercayainya. Keberadaannya di dunia ini. Kematiannya di dunia asal dan hidupnya yang melanjutkan jati diri dari Aricia Gracewill.

"Kenapa kau menanyakannya? atau jangan-jangan ...," uc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 48 : Upacara Kenaikan Healer

    "Aku tak sabar dengan upacara ini," ucap Alfred antusias pada Aricia yang berdiri di sisi kirinya.Aricia hanya menatap lurus ke depan. Sejak tiga bulan lalu pertarungannya dengan Oscar Arlo, Pengajar itu tak pernah lagi menampaki batang hidungnya sementara itu Tabib Agung Gilovich juga tidak mengetahui keberadaannya. "Tidakkah kau antusias? Aricia, Aricia, hey kau dengar aku?" tanya Alfred tak sabaran"Aku mendengarmu." Aricia menyahut kemudian berjalan memasuki aula. Kini Aricia bersama Alfred bergabung dengan murid-murid lainnya untuk melakukan upacara dari seorang penyembuh junior jadi seorang Healer meskipun akan ada satu ujian lagi untuk meraih Healer Senior. Aricia berbaris bersama para murid lainnya dengan seragam Markas Penyembuh yang dilengkapi dengan jubah putih bersihnya. Aricia sempat dilirik sinis oleh salah seorang Healer Senior. "Kau mengulang kelas tahun ini, Gracewill?" ledeknya pada Aricia. Aricia menaikkan kedua bahunya tidak tahu. "Entahlah, kurasa iya juga, ak

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 49 : Seseorang yang Ingin Jadi Pahlawan

    Aricia berdiri tegap. Ia mulai meregangkan kedua tangannya dan kakinya. "Ah, aku tidak bisa menghindar ternyata," ucap Aricia sembari merentangkan tangan kanannya. "Datanglah, Asvaldr," perintah Aricia pada pedangnya yang sedari tadi ia tinggalkan dikamarnya.Tranggggg Asvaldr langsung berada dalam genggamannya. Aricia langsung berdiri menghadang Monster itu. "Ingat Aslvaldr jangan melukainya, okay?" ucap Aricia sembari melakukan kuda-kuda yang akan melawan Monster itu. "Manusia sepertimu memerintahku?" celetuk Aslvadr dari telepatinya. "Maaf-maaf, ini permintaan darurat," sahut Aricia sembari mengayunkan pedangnya kemudian melompat demi menghindari serangan dari Monster itu. Aricia berlari dengan cepat ke sisi yang berlawanan untuk mencari kelemahan dari monster itu. Aricia hampir saja terkena paruh Monster itu yang hendak mencabik tubuhnya beruntung Aricia memiliki refleks tubuh yang cepat. Napasnya kini tersengal dan mulai merasa kelelahan. Sedari tadi hanya menghindar tanpa ma

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 50 : Kekasihnya, Menemuinya

    Sebelumnya ..."Ah ... Gracewill, kau sama sepertinya, berkilau dan sangat jauh," sahut Pengajar Arlo dengan suara paraunya. Sekilas ia melihat sosok Vincent Gracewill pada sosok Aricia yang saat ini berada di depannya. Beberapa lama kemudian kedua matanya mulai terasa berat.Aricia menunduk di depannya. "Energi Suci Tak Terbatas ... Heal ...," ucap Aricia tertahan saat tangan Pengajar Arlo menyentuh pipinya. "Sudah terlambat, jangan gunakan berkah sucimu untuk aku yang sudah bersekutu dengan Iblis, Wahai Muridku ... Aricia Gracewill," ucapnya dengan senyuman tulus. Oscar Arlo menatap Aricia, kemudian ingatannya kembali ketika melihat senyuman Vincent Gracewill. "Ah, akulah yang menjebaknya, akulah pelaku yang menyebarkan rumor kemudian menatap kematian teman baikku." Oscar Arlo semakin melemah apalagi dengan kutukan yang terus melahapnya. Tangan Aricia yang mengulur itu kemudian disentuh oleh Asvaldr. "ucapannya benar, semuanya sudah terlambat karena kutukan itu sudah sampai ke in

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 51 : Tamu Tak Diundang

    Seharian ini Aricia tidak keluar dari kamarnya, ia hanya setengah duduk bersandar di ranjang kasurnya sembari termangun. Ia sedang memikirkan perasaan dan isi benak kepalanya yang tidak seiras itu, akan sosok Victor Frederic padanya. Hubungan ini dan segalanya. Kemudian tak lama suara pintu terbuka mendapati Pria bermata biru memasuki kamarnya sembari duduk di pinggiran kasur. "Kau melewatkan sarapan, makan siang dan malam," ucap Pria itu dingin. Dia masih belum membalikkan tubuhnya hanya untuk melihat Aricia. Ia menatap lurus ke depan sembari duduk dengan tegap. Aricia langsung berbaring sembari menutupi tubuh dan wajahnya dengan selimut. Sebenarnya aksi mogok bicara yang dilakukan Aricia ini tak lepas dari perlakuan Duke yang menjadi terobsesi padanya. "Padahal kau bisa menikah saja langsung dengan Ratu Clara, bukankah kalian sudah sepakat?" celetuk Aricia dengan nada bergumam lirih. Kedua mata Victor membulat usai mendengar perkataan Aricia, dalam sekejap Pria itu murka. Ia mera

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 52 : Munculnya Miasma

    "Oh ya? kau jadi tangguh saat ini, Healer." Ratu Clara terkekeh sembari terus mengayunkan belatinya pada Aricia, berkali-kali itu juga Aricia berhasil menghindarinya. Aricia menghindar karena mengamati pergerakan Ratu Clara. "Bukannya kau Gadis manis yang tidak akan bergerak semberono seperti ini?" celetuk Aricia dengan sengaja karena ia sedang memancing amarah dari Ratu Clara.Ratu Clara berhenti mengejar kemudian tersenyum. "Teruslah memainkan peranmu," ucap Ratu Clara.Miasma merupakan wabah. Setidaknya itulah yang Aricia ketahui. Ia bergerak dengan cepat menyerang Ratu Clara meski tebasannya hanya melukai sebagian kecil lengannya. Ratu Clara tidak tinggal diam, ia membuat serangan dari hempasan kedua tangannya. Ketika Aricia menghindar, ia melihat tumbuhan di sekitarnya jadi mati dan membusuk. Kedua mata Aricia membelalak sempurna. "Apa yang kau pikirkan? Ratu dari Plumeria, Negara Para Penyembuh!" bentak Aricia memperingati dengan penuh kemurkaan."Karena aku muak dengan semua

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 53 : Kematian Palsu

    Aricia sudah lelah karena berteriak berulang kali. Aricia merasakan tubuhnya ambruk terduduk sembari bersandar di depan pintu. Paham jika keadaannya sekarang berbalik, Aricia pun tidak berdaya padahal ia tahu bahayanya Ratu Clara yang masih berkeliaran bebas di luar, belum lagi kekuasaan yang ia genggam.Aricia kembali merasakan kegagalannya, kini perasaannya jadi berkecamuk. Hal ini yang tak Aricia sukai karena bayang-bayang masa lalu kehidupannya akan muncul kala ia berada di titik terendah dalam hidupnya. "Master masih belum terlambat," celetuk Asvaldr yang bersuara.Perlahan-lahan Aricia mengangkat kepalanya. Ia menatap Aslvaldr yang berdiri dihadapannya. Asvaldr mengambil wujud sosok tubuh manusianya, Sang Pedang sedang mengasihinya. "Kenapa?" tanya Aricia melirih."Kita masih bisa keluar dari sini," sahut Asvaldr. Sejenak Aricia terdiam. Dia sudah melangkah sejauh ini untuk hal yang tidak ia mengerti. "Merubah nasibku, itulah alasanku ada di sini." Aricia berucap sambil beran

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 54: Hidup Sebagai Orang Lain

    Air baru mendidih dari teko kemudian dituangkan ke dalam cangkir keramik putih. Tangan tua menyajikan secangkir teh hangat pada seorang gadis muda berambut pendek yang duduk sembari menunduk. Tubuhnya basah kuyup karena nekat melakukan perjalanan dibawah hujan yang deras. Aricia masih bungkam di depan gurunya itu. "Jadi kau tak mau menceritakan alasanmu datang lagi kemari?" tanya Tabib Agung Gilovich."Bantu aku ... bantu samarkan keberadaanku," ucap Aricia dengan suara bergetar."Apakah kau bertengkar lagi dengan Duke?" tanya Tabib Agung Gilovich menerka.Aricia menggeleng pelan. "Duke ... mengekangku karena aku hendak menghadapi Iblis yang ada pada Ratu Clara," ucap Aricia membeberkan semua hal yang ia ketahui, ia menceritakan semuanya dari mulai pertemuannya dengan Ratu, pertarungannya di depan kediaman Ashkings sampai keinginan Ratu untuk mendapatkan hidupnya bahkan sampai rencana Aricia yang memalsukan kematiannya."Sulit dipercaya." Tabib Agung Gilovich menanggapi semua ucapan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 55 : Duke Tidak Mengenal Kekasihnya

    "Di mana Gadis itu?!" tanya Duke Ashkings yang baru tiba di Markas Penyembuh dengan penuh amarah. Betapa tidak? kekasihnya ia yakini kembali melarikan diri ke Markas Penyembuh. Kehadirannya yang penuh murka itu membuat Para Murid Markas Penyembuh jadi siaga. Barikade manusia dari para murid menghadang jalan Sang Duke yang hendak memasuki Markas Penyembuh. Duke jadi semakin kesal saat ini. "Jadi kalian benar-benar menyembunyikan Aricia," gertak Duke sembari mengepalkan kedua tangannya yang telah berapi-api. Sebelum terjadi bentrok serangan Tabib Agung Gilovich segera keluar untuk menengahi. Ia menghadap Sang Duke seorang diri. "Wahai Duke, aku mengerti kedatanganmu kemari tapi ... kami tidak mampu menolong kekasihmu yang telah sekarat itu," ucap Tabib Agung Gilovich."Kau Pria Tua yang penuh siasat!" bentak Duke. "Itu sungguh tuanku, Anda bisa melihat sendiri jasadnya," ucap Tabib Agung Gilovich. "Aricia tidak akan semudah itu mati," elak Duke sembari menggeleng."Tubuhnya tercabik

Bab terbaru

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 73 : True Ending

    "Sungguh? bagaimana diriku saat itu?" tanya Victor dengan santai."Anda ... salah satu cara keabadian dari Iblis yang gagal didapatkan," jawab Aricia. "Aricia kau tahu, aku benci dongeng ...," ucap Pria itu segera Aricia sela."Dan aku mencintaimu, di versi apa pun itu!" jerit Aricia sembari memundurkan langkahnya. Kedua matanya membelalak karena menatap hal yang tak dapat ia percayai, ia baru saja mengungkapkan perasaannya karena rasa rindu menghantui dirinya. Aricia terisak sendiri. "Aku menderita karena harus berpisah darimu meskipun semua ini karena kebodohanku," ucap Aricia. Aricia berlutut sembari terus terisak. "Meski kau menipuku, memakai wujud dan rupanya, berbicara dengan suaranya, tapi ... aku ....," ucap Aricia tertahan. Ia menyeka air matanya sendiri. "Kau tetap licik, menggunakan penderitaanku untuk menjebakku Iblis!" bentak Aricia. Wajah Aricia menanggah, ia menatap sosok Victor Katsh Braun yang sedang menyeringai tipis padanya. Bagaimana Aricia baru bisa menyadariny

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 72 : Gagal Abadi

    "Memangnya kenapa?" "Jika benar maka kau tak dapat luput dari hadapanku,""Ya, kenapa?""Demi membuktikan jika dongeng turun temurun itu benar maka jika Healer Gracewill bereinkarnasi maka keluarga Katsh Braun bertanggung jawab atas keselamatannya," "Tidak perlu,""Kalau begitu bagaimana jika kita menikah saja?""Apa katamu?!" kedua mata Aricia melotot sempurna. Sudahlah kembali pada hidup yang tak diinginkan tapi ia dijebak lagi untuk menikah dengan Victor lagi. Sejenak saat itu Aricia terdiam, dia pernah menolak Victor meski bertolak belakang dengan perasaannya. "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ucap Aricia. Victor Katsh Braun mengangguk. Ia beranjak berdiri untuk pergi dari ruang perawatan ini. Pria itu sempat menatap Aricia sejenak. Samar-samar benaknya menampilkan kilas sosok wanita yang mirip dengan Aricia meski ia sendiri yakin belum pernah bertemu dengan Aricia. "Tuan Braun?" tanya Aricia menatap Pria yang melamun di hadapannya itu.Victor menggeleng. "Maaf, aku akan p

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 71: Kehidupan Tak Diinginkan

    "Aku mengenalmu, jauh sebelum kau bertemu denganku," ucap Aricia. Perasaannya bergemuruh tentu saja, sosok lelaki yang membuatnya cinta setengah mati dan juga membuat Aricia rela mengorbankan dirinya. Aricia sendiri meragukan arti perasaannya pada Victor tapi saat kehidupan itu ditinggalkan kemudian kembali, justru Victor kembali hadir pada sosok Pria ini.Victor Katsh Braun hanya memandangi Aricia dengan heran. Dia tak kenal Aricia sebelum Erika yang mengenalkan Gadis yang hendak bekerja sebagai perawat neneknya itu. "Jangan menatapku begitu, kau seperti orang patah hati padahal aku baru pertama kali bertemu denganmu," ucap Victor dengan nada dingin meskipun suaranya berat. "Lantas kenapa?!" sahut Aricia menginggikan suaranya. "Kenapa? apakah kau mau uang untuk membalas budi jasamu?" sahut Victor tak mau mengalah. Aricia malah menatap geram Victor. Di dunia yang ia kenal, Victor Frederick Ashkings memanglah pria yang arogan. Seharusnya ia terbiasa tapi ini dunia asalnya. Bagaimana

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 70 : Reset

    [Sistem akan melakukan reset pada protagonis]"Eh? apa maksudnya? apakah aku selesai?" tanya Aricia yang bergumam dalam kehampaan itu. Aricia terdiam mendapati dirinya di ruang hampa. Aricia menatap keheningan semua ini. Ia seorang diri kemudian beranjak berdiri. "Aku di mana?" Aricia bergumam seorang diri. Aricia menatap cahaya-cahaya yang berkilau ke sekitarnya kemudian berkumpul membentuk sosok seorang wanita yang bercahaya. Aricia bahkan tak bisa melihat jelas rupa wajahnya. "Siapa kau?" tanya Aricia."Aku selama ini membimbingmu," jawab Wanita itu.Kedua mata Aricia membulat sempurna. "Kaukah Sistem?" Aricia menunjuk Wanita itu. Sang Wanita hanya mengangguk pelan. Sekujur tubuhnya hanyalah cahaya, sampai ia mendekati Aricia kemudian menyentuh pipi kanannya. "Kau memilih Ending yang menyakitkan dirimu sendiri, Aricia." Sang Wanita berucap sembari membelai wajah Aricia. "Kalau begitu, apakah semua orang yang mengenalku sudah melupakanku?" tanya Aricia bernada sendu. Ia memikirkan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 69 : Protagonis Utama Yang Mati

    "Kalian datang berdua?" Ratu Clara bertanya dengan nada angkuhnya. Ia duduk di singasana hitam, istana yang sudah suram dan banyak monster besar yang menjadi bawahannya. Sekejab mata, Plumeria yang putih sudah jadi gelap. Aricia berdiri di sebelah Victor, Duke yang seharusnya tak perlu bersikap sejauh ini. "Aku berniat mati sendiri, asal kau tahu." Aricia berceletuk sembari tersenyum kecil. "Katakan, bagaimana cara memulihkan semua kekacauan yang kau buat, bedebah!" bentak Aricia yang langsung merubah raut wajahnya.Ratu Clara tertawa terbahak-bahak. Ia menertawakan Aricia yang berani menantang mautnya sendiri. "Clara sudah tiada, aku baru saja melahap habis jiwanya seperti yang ia inginkan ... dia hanya mau kematianmu!" bentak Ratu Clara sembari menuruni singasananya. Aricia langsung waspada. "Victor, aku tak mau kau yang berkorban," tegas Aricia.Duke Victor tertegun mendengar ketangguhan Aricia. Seorang Wanita yang berdiri lebih dulu di depannya bagaikan ksatria yang tangguh. Sek

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 68 : Takdir Masa Depan

    "Tabib Agung ... Helian memberi sinyal meminta bantuan!" "Victor!" teriak Aricia panik. Ia mengabaikan deretan para bangsawan yang menatap Aricia. Saat itu Aricia merasakan jika tangannya digenggam oleh Tabib Agung Gilovich. Aricia langsung menoleh mendapati wajah cemas dari Pria Tua itu. "Guru, anggaplah aku manusia dari antah berantah ... yang telah siap mati," ucap Aricia tersenyum lembut. Tabib Agung Gilovich menggeleng. "Belati itu masih bisa menyegelnya tapi kekasihmu jadi kunci keabadiannya," sahut Pria itu."Aku tahu, aku tahu." Aricia menurunkan tangan Sang Tabib. "Aku tak akan mengambil takhta, aku tidak tahu apakah aku masih hidup usai berhadapan dengan Ratu kalian ... sebaliknya, carilah garis keturunan yang aku yakin masih ada," perintah Aricia dengan suara mengalun lembutnya. Aricia keluar dari Markas Penyembuh. Ia menghela napas, terasa penat karena semuanya tak kunjung usai. Aricia berhenti di depan gerbang Plumeria. Ia merasakan angin senja berhembus pelan membelai

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 67 : Pengorbanan

    "Apa yang sedang kau coba katakan?" tanya Aricia. "Berhenti membuatku penasaran.""Aku ... jantung seorang Naga Suci dapat membuat Iblis hidup abadi sekaligus mendapatkan tubuh manusianya," "Apa!" kedua mata Aricia membelalak. Ia mendadak melangkah mundur. Ternyata usaha kerasnya menghunus belati peninggalan Ellis Francielli sebuah kesia-siaan. "Rever tewas untuk harga yang sia-sia," ucap Aricia dengan suara yang bergetar. Penyesalan dan merasakan diri sendiri yang salah menjadi-jadi karena semua itu Aricia berlari keluar dari kediaman Ashkings. "Aricia!" teriak Duke Victor hendak menghentikannya tapi mengurungkan niatnya.Davis yang sejak tadi telah kembali hanya bisa menatap prihatin tuannya itu. "Sire ... alangkah lebih baiknya kita membiarkan Healer menenangkan dirinya, Ksatria Rever orang yang cukup dekat dengan Healer jadi wajar jika dia berduka," ucap Davis. Duke kembali duduk di kursi kayu kemudian menompang dahi dengan kedua tangannya sembari menunduk. "Seharusnya aku kata

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 66 : Tidak Seutuhnya Sirna

    Tiga hari seorang Aricia terbaring tak sadarkan diri. Pagi ketika matahari menaiki permukaan angkasa semesta sosok Aricia membuka kedua kelopak matanya. Ia terbangun dengan keadaan tubuh seutuhnya terasa nyeri. Gadis itu mengerang pelan sembari menduduki dirinya. Ia menyibak rambut hitam panjangnya."Seingatku rambutku itu masih pendek?" tanya Aricia seorang diri dengan suara serak paraunya. Tenggorokannya terasa sakit. "Aku haus, butuh air." Aricia berucap sembari beranjak berdiri. Tubuh rampingnya memakai gaun tidur dengan jubah yang menutupi kedua lengan polosnya. Aricia berjalan keluar dari kamarnya. Ia berada di kediaman Ashkings dengan tatapan heran. "Bukannya kediaman ini hancur oleh ulah Ratu Clara," ucap Aricia sendiri. Tak lama ia mendapati Duke tengah menyeduh teh. Aricia tersipu karena Pria itu yang biasanya berpakaian resmi dan formal kini menggunakan kemeja putih yang sebagian lengannya digulung hingga ke sikunya. "Duke ... aku," ucap Aricia tertahan."Oh, iya, selamat

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 65: Cinta yang Buta

    Ratu Clara tiba di istana dengan wajah masamnya. Seisi istana masih belum menyadari jika Sang Ratu sudah terpengaruh oleh iblis termasuk Ksatria Rever. Ratu tiba menatap Ksatrianya yang sibuk karena penyeranga diseluruh penjuru kota yang ada di Plumeria. Pria itu langsung mendatangi Ratu kemudian menggengam tangannya."Ya Tuhan, kemana saja Anda sedari tadi yang mulia?" tanya Ksatria Rever dengan cemas.Ratu Clara sudah buta mengenali segalanya. Selain perasaan benci yang teramat sangat dengan Aricia. "Apakah kau mencemaskanku?" tanya Ratu Clara.Pria itu mengangguk kemudian mendekap Sang Ratu. "Clar bagaimana bisa aku tidak mencemaskanmu sementara Sang Iblis di luar sana sudah mulai memporak-porandakan Plumeria?" Ksatria Rever berbalik melontarkan pertanyaan dengan senyuman hangatnya. "Apa yang sudah kau lakukan?" celetuk Ratu Clara sembari menepis tangan Ksatria Rever. Ia mengamuk tanpa sebab sembari mengayunkan kedua tangannya yang telah berupa cakaran tajam. Ratu Clara yang kehil

DMCA.com Protection Status