Arsya menarik lengan Anjani menyeretnya menuju kamar tak sabaran. Mengabaikan ringisan Anjani yang terseok-seok mengimbangi langkah lebarnya dibelakang.
"Mas lepas, sakit..."
Bukannya menurut, Arsya malah menulikan rungunya. Terus berjalan tak perduli sekalipun Anjani kehabisan nafas setelah menaiki anak tangga, tangannya memegangi perutnya berharap sih dedek baik - baik saja disana.
Sesampainya dikamar, Arsya langsung mengunci pintu. Rahang Arsya mengeras, mata elangnya menatap Anjani garang. Api cemburu benar-benar berefek besar pada Arsya.
"Kamu seharian sama laki-laki itu?" basa-basi memang bukan tipikal Arsya sekali.
Anjani menunduk, enggan menjawab. Diabaikan Anjani, Arsya semakin memberang. Cekalannya kini berubah jadi cengkraman, mencengkram kedua bahu Anjani kencang. Anjani tersetak, kaget menerima perlakuan kasar Arsya terhadapnya.
Bukan
Marah ke Arsya dengan jangka waktu yang lama itu seperti cobaan berat buat Anjani.Gimana ya, mau bersikap seolah baik-baik, tapi perlakuan Arsya semalem jelas melukai fisik dan hatinya. Mau marah dan ketus ke Arsya, tapi kelakuan Arsya pagi ini bikin Anjani ambyar terus.Arsya memang paling pinter bikin hati Anjani luluh lagi."Aduh, calon bunda makin seksi aja."Yaampun, itu congor kayak gak pernah di ngajiin.Anjani mendengus, melanjutkan kegiatan memasaknya tanpa memperdulikan Arsya yang duduk sambil memperhatikan gerak - geriknya."Masak apa sih, Bunda?" tanya Arsya lagi makin gencar menggoda Anjani.Anjani menghela nafas, berusaha sabar dengan kelakuan suaminya itu, "Berisik banget sih dari tadi, burung beo Papah aja kalah bawelnya sama kamu." cibir Anjani.Arsya terkikik kecil. Anjani kalau marah begitu buk
Niat hati sepulangnya dari rumah orang tuanya, Arsya mau langsung tancap gas ke Bandung. Tapi gak ada angin gak ada hujan, Chandra tiba-tiba ngusul kumpul bareng malam ini. Mau gak mau Arsya langsung muter balik arah mobilnya menuju rumah Chandra. Mumpung Arsya lagi di Jakarta juga, gak ada salahnya ngumpul sebentar.Anjani yang lagi sibuk nonton drama di hapenya setuju aja, udah lama juga gak ketemu sama para lelaki blangsak."Apa gak pusing nonton drama di hape pas lagi dimobil gini?" tanya Arsya melirik ke Anjani yang daritadi anteng betul nontonin Drama Korea di hapenya."Pusing. Pusing lihat Leeminho ganteng banget. Mana naik kuda putih gitu, kan jadi ngidam mau di boncengin." sahut Anjani sambil senyum - senyum centil.Arsya mendengus, pandangannya tetap terfokus pada jalanan di depannya, "Gak kasihan anak sendiri dizolimi terus. Tega banget kamu jadi ibu, Jan." balas Arsya.Anjani mendecak, menggerakan tubuhnya menca
Beranjak ke-tujuh bulan usia kandungannya, berat badan Anjani naik dengan drastis. Perutnya yang membesar, dan badannya yang ikut membengkak membuat Arsya merasa iba kepada istrinya yang kini cepat merasa lelah itu.Arsya sudah menawarkan Anjani untuk memakai jasa PRT, tapi Anjani menolak dengan alasannya lebih baik uangnya disimpan untuk membeli rumah saja, lagipula sudah tugasnya dia sebagai istri memegang pekerjaan rumah."Biar mas aja yang jemuran pakaiannya, kamu istirahat aja ya, cintaku." ujar Arsya sambil menuntun istrinya itu ke sofa ruang tamu. Mendudukan Anjani secara paksa disana.Kebetulan kalau lagi hari weekend begini pekerjaan rumah memang menjadi lebih ringan karena Arsya sering ikut bantu-bantu Anjani beresin kerjaan rumah.Kayak sekarang, Arsya memindahkan pakaian bersihnya dari dalam mesin cuci kedalam bak. Lalu membawanya keluar untuk dijemur.Melihat itu, Anjani tersenyum. Sangat bersyukur mempunyai su
Sumpah, Anjani jengkel setengah mati!Kalau tidak ingat lagi hamil, mungkin penghuni kebun binatang sudah diabsen semua. Lagian juga, bahaya kalau sampai anak didalam perutnya mendengar bundanya ngomong kotor. Gak mungkin kan gara-gara Nisya sih cabe rawit betingkah indra pendengaran anaknya jadi ternodai sejak dini.Rasa kesel yang tidak dapat dilampiaskan membuat Anjani pulang kerumah dengan wajah mengkerut sebal. Arsya yang melihatnya langsung memborong sang istri dengan pertanyaan."Kok udah pulang? Cepet banget?"Anjani mendengus, "Harga sewanya naik dua kali lipat, kita pindah tempat aja!" bohongnya demi kesejahteraan rumah tangga.Arsya melongo ditempat, ada angin apa harga sewa dinaikan jadi duakali lipat?"Yang bener kamu? Kok bisa naiknya sampai dua kali lipat?"Anjani mendudukan diri disamping Arsya, "Mana ku tahu, udahlah mas kit
bang Juna: minggu depan gue mau lamaranAnjani: lamar kerjaan?bang Juna: lamar cewekbang Juna: dikit lagi gue mau nikah nihbang Juna: lo gak mau nyusul?Anjani: kan gue udah nikahbang Juna: kali aja lo ketagihan, mau nikah lagiAnjani: amit - amit, bajinganSedikit cerita tentang bang Juna, saudara kandung satu - satunya yang Anjani punya. Visual bang Juna gak beda jauh kok sama artis Korea, tapi anehnya selama 27 tahun hidupnya Juna gak pernah yang namanya bawa cewek kerumah. Dan setau Anjani, abangnya yang satu ini memang gak pernah pacaran.Anjani masih ingat betul saat itu Anjani masih duduk dibangku SMA sedangkan Juna sudah kuliah. Anjani pernah nanya gini:"Bang, lo homo ya?""Iya. Do'ain ya biar gue lurus lagi."Anjani tau itu hanya bercanda, makanya dia cuma ketawa menanggapinya."Kenapa sih bang gak pernah kenalin cewek ke gue?""Siapa yang mau gue kenalin?
"Mas Hendra lagi sakit, jadi ibuk nyuruh aku berangkat sama mas Arsya. Boleh kan?"Anjani mendengkus, menatap Nisya yang pagi - pagi sudah bertamu ke rumah nya."Punya hape kan? Pesen ojol. Kalo gak mampu bayar, biar saya yang bayar ongkosnya." ketus Anjani. Nisya memainkan bibirnya dengan raut wajah tak perduli, dia tampak biasa - biasa saja bahkan setelah dinyinyir abis sama istri orang."Saya maunya sama mas Arsya, gimana dong?" Anjani tercengang. Mulutnya terbuka lebar tak percaya. Wah, jiwa pelakor Nisya kayaknya semakin berkembang saja. "Amit-amit jabang bayi." kata Anjani sambil mengelus perutnya. "Siapa, jan?" Arsya nongol dari belakang tubuh mungil Anjani. Melihat kehadiran Nisya didepan pintu dengan wajah bingung. "Ada apa, Nis?" tanya Arsya sembari memasang dasi. Spontan bibir Nisya me
Acara lamaran Arjuna dan Nalla berjalan dengan lancar, tinggal menunggu akad nya saja dua bulan lagi. Anjani tentu saja menangis haru melihat abang tersayangnya memasangkan cincin ke jari manis wanita yang berhasil meluluhkan hati abangnya itu.Dia juga senang memiliki kakak Ipar seperti Nalla, sebelum mengenal Nalla, mungkin Anjani sempet memandang Nalla sebelah mata karna statusnya. Tapi kini, semua yang ada didalam diri Nalla benar-benar mampu membuat Anjani tercengang, tercengang karena tidak menyangka kalau abangnya mampu mendapatkan hati seorang malaikat seperti Nalla."Istirahat. Kalo perlu apa-apa teriak aja, nanti abang ambilin."Sekarang mereka sudah kembali kerumah. Hari mulai sore, dan badan Anjani terasa remuk semua."Iya, bang." balas Anjani, lalu Juna melenggang pergi.Anjani merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Badannya lengket, tapi dia terlalu letih untuk sekedar membersihkan diri.Anjani meraih
Tiga hari berselang, Arsya masih tutup mulut, kasus Arsya yang gosipnya tidur sama anak pemilik kost belum sampai ke telinga Anjani. Masih aman, dan tersimpan baik-baik.Tapi, mau sampai kapan?Arsya pikir, dia bisa menyelesaikan semuanya tanpa Anjani tahu. Namanya juga hanya harapan, kenyataannya Anjani besok pulang."Tolongin bang, tahan Anjani biar gak pulang besok.""Sialan lo!"Makian dan terus makian. Sejak kejadian sial menimpanya kuping Arsya terus dijejelin oleh makian sampai ia muak mendengarnya."Gue janji bakal selesaiin masalah ini secepatnya.""Harus! Karena kalo bertele - tele, Anjani yang gak bakal gue kasih pulang ke Jogja"Arsya mendesah frustasi, "Ini gue juga lagi cari bukti. Gue dijebak bang, sumpah!""Gue percaya, makanya gue masih mau ngomong sama lo.""Thanks bang. Tolong jaga bini gue baik-baik. Jangan dibikin kesel. Kasian, gaada gue yang
7 Tahun KemudianHari libur bagi Arsya bukan lagi hari dimana ia bisa bersantai dan beristirahat di rumah. 8 tahun umur pernikahan, ia dan Anjani sudah di karunia 4 orang anak yang membuat waktu liburnya di sibukan dengan bermain dan mengurus buah hatinya.Sih sulung Arjeno Shakeel Cakrawala, bocah tampan yang sebentar lagi akan menduduki bangku sekolah dasar.anak kedua ada Archie Javier Cakrawala, anak laki-laki kedua yang umurnya 2 tahun lebih muda dari Jeno, tapi ia lebih aktif bermain di luar rumah bersama teman - temannya berbeda dengan Jeno yang lebih suka bermain di dalam rumah saja.Arjuno Keenan Cakrawala, sih bungsu gak jadi. Selain sudah lancar berbicara dan berjalan, Juno juga sudah lancar mengganggu kedua abangnya ketika sedang belajar.Kemudian ada sih bungsu yang baru berumur tiga bulan, anak ke empat Arsya dan Anjani yang satu ini berjenis kelamin perempuan, namanya
Anjani menatap cemas kearah Nisya yang tengah terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit, entah apa yang terjadi pada cewek itu hingga membuat ia hampir saja kehilangan nyawanya. Nisya kritis, urat nadinya hampir terputus, namun masih bisa tertolong karena Anjani bergerak cepat memanggil bantuan medis.Anjani belum tau jelas sebab dari goresan luka di urat nadi cewek itu, entah ia sendiri yang melukai tangannya, atau laki - laki tak di kenal yang memukuli wajah Arsya.Jeno menggeliat di dalam gendongannya, membuat Anjani bangkit dari duduknya kemudian menimang Jeno yang mungkin mengantuk."Kenapa, sayang?" tanya Anjani dengan nada lembutnya kepada Jeno."Ooo.." gumam Jeno seraya berontak dari gendongan Anjani."Shuttt, gak boleh nakal, tante Nisya lagi istirahat.." ujar Anjani seakan melarang anaknya untuk menangis.Tangan Anjani menepuk bokong Jeno pelan, biasanya kalau J
"Sya, ibu sama bapak pergi dulu ya, kamu jangan kemana - mana sebentar lagi mas mu pulang." ujar Tuti berbicara kepada Nisya yang sedang duduk melamun diatas tempat tidurnya. Cewek itu hanya menetap kearah Tuti sejenak kemudian memutuskan kontak matanya.Tuti yang melihat respon Nisya hanya menghembuskan napas berat saja, ia lantas menutup kembali pintu kamar Nisya dan berjalan menghampiri suaminya yang sudah menunggu diatas motor.Nisya menggigit kuku jempolnya, keadaannya cewek itu masih sama, tatapan matanya masih kosong, ekspresi wajahnya pun hanya satu, datar. Tak ada minat hidup dan aura yang keluar dari wajah manis gadis itu.Nisya beranjak turun dari tempat tidurnya, ia berjalan kedepan jendela, menatap lurus kearah luar rumahnya. Cuaca hari ini cukup bagus, mengingat kan Nisya pada suasana di kampusnya, biasanya di cuaca yang seperti ini ia bersantai di gazebo sembari menikmati bakso atau mie ayam bersama teman -
"Jeno, lihat Ayah. Yeayyy Jeno bisa terbang!!!" seru Arsya yang tampak asik bermain bersama Jeno. Ya, bagi Arsya itu menyenangkan, namun jika Anjani melihatnya mungkin Arsya akan di cubit keras-keras, sebab saat ini Arsya mengangkat tubuh Jeno tinggi-tinggi di atas tubuhnya, siapapun yang melihat hal itu mungkin akan berteriak karena mengerikan. Tapi anehnya, baik Arsya dan Jeno malah tertawa menikmati."Jeno terbang lagi ya, hushhhh" ujar Arsya kembali mengangkat Jeno tinggi - tinggi. Ya beginilah jika ia lepas dari pengawasan Anjani, bermain dengan Jeno semauanya.Jeno tertawa menampilkan gusinya yang belum tumbuh gigi, bermain terbang - terbangan seperti ini sudah menjadi kegiatan rutin yang Arsya dan Jeno selepas Arsya pulang kerja. Karena kalau Arsya pulang kerja, Anjani akan pergi mandi, di sana itu lah ia melakukan aksinya bersama Jeno."Mas"Mendengar namanya di panggil Anjani, dengan cepat Arsya langsung menurunkan Jeno dan duduk manis di a
Usai kepulangan keluarga kecil Juna ke Bandung beberapa jam lalu, kini Gerry harus melepas kepergian Anjani dan Arsya karena satu jam lagi jadwal penerbangan pesawat yang akan membawa Anjani dan Arsya ke Jogjakarta.Arsya dan Anjani berangkat ke bandara di antar Gerry, Renya, Neisya dan Deka. Keempatnya meluangkan waktu untuk mengantar Arsya dan Anjani ke bandara. Sesampainya di bandara mereka duduk menunggu sembari mengobrol dan bercanda."Deka, kapan - kapan main dong ke Jogjakarta, sama Handa juga." ujar Anjani tersirat rasa meledek, ia baru saja dapat bocoran dari Renya kalau ternyata Deka berpacaran dengan Handa.Jelas Anjani mengenal Handa, sebab saudara laki-laki Handa adalah sahabat baik Anjani. Rumah mereka juga bersebelahan. Padahal dulu Handa dan Deka gemar sekali bertengkar dan menjadi rival. Tapi entah bagaimana ceritanya mereka bisa saling jatuh cinta. Entahlah, hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu
"Kalian ini bawa bayi pulang malam - malam." ujar Gerry yang baru saja memergoki anak dan menantunya yang baru tiba di rumah usai berkelana kerumah teman lama mereka.Sekarang sudah jam sebelas malam tapi Arsya dan Anjani baru pulang kerumah bersama Jeno yang sudah tertidur pulas di gendongan Anjani. Gerry yang melihat itu tentu saja menggelengkan kepalanya, tak habis pikir kenapa mereka pulang kerumah larut malam bersama Jeno yang seharusnya sudah tertidur dengan nyaman di atas kasur empuk nya, bukan di gendongan Anjani."Maaf, pah." ujar Arsya merasa bersalah, ia mengangkat pandangannya menatap Gerry dengan tatapan memohon.Gerry berdecak, "Anjani, bawa Jeno masuk. Arsya, kamu temanin papah main catur." ujar Gerry kemudian beranjak pergi.Anjani dan Arsya yang mendengar itu saling melempar tatapan dan tersenyum tipis, kalau Gerry mengajak Arsya main catur itu tandanya Gerry sudah memaafkan mereka.
"Lo udah gila ya, Chan?" sentak Anjani yang tengah naik pitam. Ibu satu anak itu tiba-tiba saja mengamuk ketika melihat kedatangan Chandra dengan anak gadis yang ia rangkul mesra.Chandra mengulum bibirnya, ia terdiam di hadapan Anjani yang sedang menghakiminya. Dan entah kenapa Chandra menciut tak berani menyahut saat Anjani memarahinya habis - habisan."Lo juga, neng!" Kini Anjani menatap gadis yang duduk ketakutan di samping Chandra. "Lo tau gak nih biawak satu udah punya bini, bentar lagi ada buntutnya."Anak gadis itulah hanya terdiam menunduk tanpa sepatah kata. Wajahnya merengut menahan tangis dan malu."Anak orang jangan di marahin, kalau mau marah ke Chandra aja." teguArsya yang Anjani balas dengan decihan."Sama dua-duanya juga salah!" jawab Anjani.Karena tak tega melihat wajah gadis itu pias, Beki mengeluarkan dompetnya. Memberika
"Happy birthday, Rais!" ujar Anjani kemudian mengecup pucuk kepala Rais yang hari ini umurnya genap satu tahun.Rais yang sedang berada di gendongan Yogi tersenyum malu, kedua tangannya memeluk erat-erat salah satu kado miliknya."Selamat ulang tahun, jagoan!" Kali ini Arsya yang bicara, mengacak rambut Rais yang sudah di sisir rapih oleh Hanum."Om, jangan di acak-acak dong rambutku, jadi berantakan lagi kan." timpal Hanum seolah mewakilkan Rais yang belum lancar berbicara.Arsya tertawa sumbang, "Iya deh, maaf ya nih Om rapihin lagi rambutnya." kata Arsya sambil merapihkan rambut Rais yang berantakan karenanya."Tuh lihat, dedek Jeno lucu banget ya, bang." ucap Yogi sembari menunjuk kearah Jeno yang sedang di gendongan Anjani, spontan Rais menatap kearah yang Ayahnya tunjuk. Mulut anak kecil itu menganga seakan terpesona.Hanum, Yogi, Anjani dan Arsya yang melihat reaksi
"Jeno lucu banget sih, jadi anak tante Marra aja mau gak?""Kalau Jeno jadi anak kamu, berarti anak aku juga dong?"Spontan Anjani membekap mulutnya merasa mual mendengar Jeka yang menyahuti ucapan Marra barusan. Ya, Anjani sudah tiba di Jakarta sabtu siang dan langsung di sambut dengan sepasang kekasih yang menjijikan di mata Anjani."Mar, lo di pelet apa gimana sih?!" celetuk Anjani menatap Marra tak menyangka. Marra dan Jeka sudah di depan mata, tentu Anjani tidak lupa tujuan utamanya, memberi pencerahan pada Marra yang siapa tau di pelet Jeka."Buset, congor nya bos!" sahut Jeka tak terima."Terus kenapa Marra bisa mau sama mahluk astral macam lo?" balas Anjani sewot.Jeka mendelik tajam, "Jelmaan bidadara surga gini di bilang mahluk astral." Jeka memainkan alisnya memasang wajah tengil."Dih," Anjani berdecih jijik. Tapi Jeka tak merasa tersinggung sa