Home / Romansa / Hati yang Tersakiti / Lima - Keraguan yang Terjawab

Share

Lima - Keraguan yang Terjawab

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2021-08-10 10:11:38

Prita berdecak kesal saat dia mengenakan pakaian dalamnya kembali. Di sampingnya, Ray terlihat kelelahan.

“Belakangan ini kamu kenapa sih, Ray?” Prita membenarkan dress hitamnya. “Nggak menggairahkan seperti dulu. Kamu bosan denganku, hah?”

Ray hanya bisa menghela napas panjang. Staminanya memang menurun karena hampir setiap hari harus berbagi dengan dua wanita. Belum lagi tekanan agar dia bisa memenangkan tender membuat kadar stresnya meningkat.

“Jangan berprasangka buruk gitu dong, Ta. Kamu tahu sendiri kan tekanan pekerjaan kita akhir-akhir ini kayak gimana?” sahut Ray pada akhirnya.

Prita beringsut ke arah Ray dan membenarkan posisi kerah kemejanya. “Aku ada ide. Gimana kalau kita melepas penat dengan liburan? Kita pergi ke Bali.”

Dahi Ray mengernyit. “Liburan? Ke Bali?”

Prita mengangguk yakin. “Bilang aja sama kantor kalau kamu mau ambil cuti. Nah, sedangkan aku bakalan pura-pura sakit selama tiga hari.”

“Kiara?”

Prita mendengus kesal mendengar nama itu. “Gampanglah. Bilang sama istrimu itu kalau kamu ada kerjaan di luar kota. Apa kek? Ada masalah di sama pabrik yang di Bandung.”

Raut wajah Ray nampak ragu dengan ide itu. “Tapi kalau Papaku sampai tahu, bisa tamat riwayat kita.”

Prita memutar kedua bola matanya. “Ray, kamu nggak inget apa kalo Papamu itu kan lagi medical check up di Singapura. Dan baru pulang minggu depan. Jadi, kita bisa manfaatkan kesempatan ini.”

“Hah, iya juga ya. Kenapa aku bisa lupa sih?”

“Jadi, kita bisa dong ke Bali?” tanya Prita lagi.

Ray mengecup bibir merah Prita dengan cepat. “Bisa dong, Sayang. Kita bakalan have fun di sana!”

“Udah yuk, Ray. Saatnya kita balik ke ruangan sebelum orang-orang curiga kita menghilang terlalu lama.” Ajak Prita setelah mengecek jam tangannya.

Mereka pun keluar dari jok belakang mobil Ray dan bergegas kembali ke ruangan.

***

Setelah Nabila pulang, Kiara langsung mengambil test pack dan masuk ke kamar mandi. Jantungnya berdentum cepat. Sambil menggigit bibirnya keras-keras, kedua matanya menatap alat tes kehamilan itu. Satu garis muncul dan satu garisnya lagi terlihat samar.

Kiara mendesah napas panjang. Sepertinya dia harus memeriksakan dirinya ke dokter.

Malamnya, Kiara menahan diri untuk tidak memberi tahu Ray bahwa ada kemungkinan dirinya hamil. Kiara berencana pergi ke dokter sendirian dan akan memberikan kejutan pada Ray kalau memang benar dirinya hamil.

“Ki, siapin baju untuk tiga hari ya.” Titah Ray setelah dia selesai mandi. “Besok aku harus ke luar kota.”

“Lho, kenapa mendadak, Ray?”

“Ada masalah sama pabrik yang di Bandung.” Jawabnya singkat. “Oh iya, Ki. Jangan lupa siapin baju santai juga. Terus masukin bucket hat aku sama kaca mata hitam. Sendal jepit jangan sampe ketinggalan sama peralatan mandi. Oh, sunblock juga dibawa.”

Kiara menggeret sebuah koper dari bawah kolong tempat tidur. “Kamu mau tugas ke luar kota atau mau liburan sih Ray?”

Deg. Seperti ada yang menghantam jantung Ray. Apa dia terlalu kentara akan pergi liburan?

“Yah, Bandung kan kalo siang panas juga, Kay. Aku butuh penghalau sinar UV.” Ray berkilah sambil menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. “Besok aku harus berangkat pagi, jam enam. Jadi, jangan sampai telat bangunin aku.”

“Iya, Ray.” Jawab Kiara sambil mengemasi keperluan suaminya itu.

***

“Selamat Bu Kiara,” ucap dokter yang duduk di hadapan Kiara. “Kehamilan Ibu sudah memasuki minggu kelima.”

Kedua mata Kiara membelalak tidak percaya. “Yang bener, Dok?”

Dokter itu mengangguk sambil menunjukkan hasil USG. “Kantung janin Ibu sudah terlihat. Mohon kondisi Bu Kiara dijaga baik-baik ya karena ini masih kondisi awal kehamilan.”

Setelah berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter, Kiara melangkah keluar dari rumah sakit dengan hati berbunga. Matanya berkaca-kaca karena bahagia.

Keraguan garis yang samar itu terjawab. Akhirnya, penantiannya mereka selama empat tahun terkabulkan juga!

Tidak, dia tidak akan memberi tahu Ray dulu. Dia akan menunggu sampai Ray pulang dari Bandung. Rencananya Kiara akan membungkus hasil test pack terakhir dengan hasil USG dari dokter dalam sebuah kotak kado yang akan dia berikan pada Ray.

Namun, ada satu orang yang ingin sekali Kiara beri tahu perihal kabar gembira ini secepatnya, yaitu Ayahnya.

Kiara langsung menekan nomor kontak Ayahnya.

“Beliau pasti gembira karena sebentar lagi akan mendapatkan cucu pertama,” gumam Kiara dalam hati. Namun, nada sambung itu tidak terjawab. Berkali-kali Kiara coba menghubungi ayahnya tetap saja tidak diangkat. “Hm, mungkin Ayah sedang sibuk.” Pikirnya. Akhirnya Kiara memutuskan untuk mengirim pesan singkat ke beliau soal kabar ini.

Dalam perjalanan pulang di taksi online, Kiara terus mengelus-elus lembut perutnya sambil tersenyum.

“Star. Aku akan menjulukimu Star,” Kiara membatin pada janin di perutnya itu. “Karena kamu seperti cahaya bintang yang menyinari kehidupanku.”

***

“Jadi, lo fix hamil, Ki?!” Pekik Nabila. Desiran ombak dan suara orang-orang yang bergumam menjadi latar belakang percakapan mereka.

“Iya, Bil. Kamu akan punya keponakan.” Kiara bersantai di sofa sambil selonjoran, mengganti-ganti saluran tivi. “Jadi, gimana Bali?”

“Menyenangkan! Yah, walau gue agak capek sih karena baru sampe siang tadi. Sekarang gue lagi bersantai di café yang menghadap ke Pantai Kuta.”

“Hidupmu enak banget ya, Bil. Setelah lulus kuliah langsung pelesiran di Bali.”

“Itung-itung sebagai hadiah setelah empat tahun berjibaku di kampus, Ki. Setelah itu, gue baru mau cari kerja.” Jawab Nabila. “Lo ngidam makanan apa, Ki, yang sekiranya ada di Bali?”

“Hm, kayaknya aku pengin pie susu deh.”

“Siap, pasti akan gue bawakan!”

Setelah berbincang-bincang sebentar, Nabila mengakhiri percakapan telepon itu. Lantas, dia menuju ke bar untuk mengambil minuman. Tiba-tiba saja matanya terpaku pada sosok yang tidak asing.

“Raymond?” Nabila menyipitkan matanya. “Raymond bukan sih? Tapi Kiara nggak bilang kalau Raymond juga ada di Bali.”

Saat Nabila akan menghampiri pria itu, sebuah tangan menepuk bahunya. “Bil, cabut yuk. Udah waktunya kita check in hotel.” Tukas Nia, salah satu teman seperjalanannya.

“Oh, oke.” Sambil mengekor di belakang Nia, Nabila menoleh lagi ke arah pria yang entah Raymond atau bukan itu.

Pria itu mengenakan kacamata hitam dan bertelanjang dada, menikmati keindahan sore di tepi pantai. Di sampingnya bergelayut seorang wanita dengan bikini kuning menyala. Keduanya begitu tampak mesra.

Nabila agak terperangah begitu mendapati mereka berciuman.

Nggak mungkin. Itu pasti hanya seseorang yang mirip dengan Raymond,” Nabila meyakinkan hatinya. “Raymond nggak mungkin bersama wanita lain di saat istrinya sedang hamil. Tapi, apa Raymond sudah tahu kalau Kiara hamil?

Berbagai pertanyaan hinggap dalam benak Nabila. Rasanya dia ingin memberi tahu Kiara kalau dia bertemu dengan pria yang mirip suaminya. Tapi Nabila menahan diri. Dia tidak ingin membuat sahabatnya itu gelisah.

Namun kalau sampai benar itu adalah Raymond, Nabila siap menghempaskan bogem mentah di wajah Raymond.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cuman menceritakan pelacur dan istri sah yg dungu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hati yang Tersakiti   Enam - Investigasi

    Kiara menutup kotak kado berwarna marun itu. Kemudian dia mengikatnya dengan pita keemasan. Sekali lagi, dia memandangi kotak itu sambil tersenyum. Di dalamnya tersusun rapi foto USG pertama serta test pack bekas itu.Lantas, Kiara kembali berbaring di atas ranjang. Dia baru saja mengalami morning sickness dan kepalanya masih terasa pusing.Ponselnya berbunyi. Akhirnya Ayahnya yang tinggal di Batam meneleponnya.“Kiara,” suara Ayahnya yang serak membuat emosi Kiara langsung meluap. Rasa rindu yang selama ini tertahan sedikit terbayarkan dengan mendengar suara sang Ayah tercinta. “Lho, Ki, kok kamu malah terisak sih?”Kiara menghapus air matanya yang seketika turun. “Maaf, Yah. Mungkin ini karena pengruh hormon jadi sering sedih begini.”“Ayah sudah baca pesan kamu. Ayah senang sekali akhirnya kamu hamil. Syukurlah, Ki. Jaga kondisimu baik-baik ya. Nanti Ayah akan menjengukmu di Jakarta.&rd

    Last Updated : 2021-08-10
  • Hati yang Tersakiti   Tujuh - Mimpi Buruk yang Jadi Kenyataan

    Pintu kamar tidur berderit pelan. Ray mengendap masuk supaya tidak membangunkan istrinya yang sedang terlelap itu. Dia baru sampai rumah pukul satu dini hari gara-gara penerbangannya delay dua jam.Ray melepaskan jaket denimnya dan menggantungkannya di hanger belakang pintu. Setelah itu dia bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih.Saat air keran mulai mengalir, Kiara terjaga. Dia lekas menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur.Hanya dengan sedikit bantuan cahaya redup dari lampu tidur di pojok ruangan, Kiara merogoh saku celana suaminya yang ada di keranjang pakaian kotor. Namun dia tidak mendapati apa-apa. Kemudian Kiara memeriksa saku jaket denim milik Ray.Dia mendapati dompet juga ponsel milik suaminya.Kiara menggeser layar ponsel Ray. “Pin? Berapa nomor Pin-nya?” pikir Kiara cepat. Mencoba keberuntungan, Kiara memasukkan bulan dan tahun lahir suaminya. Salah. Lalu dia mencoba kombinasi tanggal

    Last Updated : 2021-08-10
  • Hati yang Tersakiti   Delapan - Kehilangan

    “Aaa!” Prita menjerit saat siraman alkohol itu membasahi wajah dan sebagian tubuhnya. Sementara Ray membutuhkan waktu beberapa detik untuk menyadari apa yang terjadi.Ray menoleh ke Kiara sambil mengerjap-ngerjapkan mata tidak percaya. “Ki..Ki..Kiara?”Beberapa orang menoleh dan bergumam dengan kejadian itu. Namun sebagian besar dari mereka tidak peduli.Napas Kiara naik turun. Dia sungguh tidak bisa mengendalikan emosinya yang kian memuncak. Dia ingin sekali meneriaki mereka dengan kata-kata kasar tapi semua seakan tertahan. Kiara terlalu kecewa, terlalu marah hingga dia hanya bisa terisak keras sekarang.Sisa alkohol itu dia siramkan lagi ke wajah Ray.Mendadak Ray bangkit dan mencengkram lengan Kiara sehingga wanita itu meringis kesakitan. Ray menyeretnya keluar dari kelab, menariknya ke koridor yang dipenuhi beberapa pasangan yang sedang bercumbu.Sampai akhirnya Ray mendorong pintu tangga darurat di ujung koridor

    Last Updated : 2021-08-10
  • Hati yang Tersakiti   Sembilan - Pertemuan Kedua

    Beberapa Minggu KemudianTutup botol sampanye itu meletup ke udara diiringi dengan tepukan yang meriah.“Untuk kesuksesan Djaya Tekstil!” Arianto Djaya mengangkat gelas itu tinggi-tinggi di udara diikuti dengan para bawahannya yang juga meneriakkan kalimat yang sama.Malam ini mereka mengadakan makan malam mewah perusahaan di sebuah ballroom hotel atas keberhasilan Djaya Tekstil yang akhirnya memenangkan tender cukup besar. Mereka akan mulai memasok bahan seragam untuk sebuah perusahaan multinasional ternama.“Semua ini berkat kerja kerasmu,” Arianto Djaya menepuk pelan bahu putra bungsunya itu. “Papa bangga padamu, Ray.”Ray tak bisa menyembunyikan senyum kemenangannya. Kata-kata itulah yang memang ingin dia dengar dari mulut Papanya. Selain itu, dia sudah tidak sabar untuk menjabat sebagai CEO di salah satu anak perusahaan Djaya Tekstil yaitu Sinar Tekstil, seperti yang dijanjikan Aria

    Last Updated : 2021-08-10
  • Hati yang Tersakiti   Sepuluh - Menyambangi Pelakor

    Brak!“Kurang ajar tuh si Ray!” Nabila berujar geram setelah tangannya memukul pinggiran meja keras-keras. “Ternyata yang gue lihat di Bali itu beneran Ray. Tahu gitu gue labrak mereka.”“Sabar, Bil,” Kiara mencoba menenangkan sahabatnya itu. “Malu dilihat orang.”“Sabar? Masa lo masih mau sabar sih, Ki. Ini udah kelewat batas! Lagian, ngapain sih lo ngasih kesempatan kedua segala sama cowok yang selingkuh?”“Aku pikir Ray akan berubah.” Kiara menatap earl green tea di hadapannya yang mulai dingin.“Selingkuh tuh kayak penyakit yang nggak ada obatnya, Ki.” Nabila menarik kursinya. “Mending lo cerai aja deh.”Kiara mengembuskan napas panjang. Perceraian? Hal itu tidak pernah terlintas di pikirannya. Dia begitu mencintai Ray, cinta pertamanya dan berharap menjadi cinta terakhir di hidupnya juga.“Nggak semudah itu, Bil.”

    Last Updated : 2021-08-10
  • Hati yang Tersakiti   Sebelas - Penjebakan

    “Dasar wanita brengsek!” Jerit Prita di kamarnya sambil menatap dirinya di cermin. Rambutya mencuat serta pipinya merah padam. Riasan matanya luntur seperti habis tercebur got. Dan hal yang membuat dirinya semakin geram adalah tas barunya yang rusak.Bunyi pesan masuk terdengar dari ponselnya.“Kamu nggak apa-apa?” tulis Ray.Prita langsung membalasnya. “Dia menamparku dan merusak tasku! Kamu masih tanya apakah aku nggak apa-apa?!”“Kiara menolak bercerai.” Tulis Ray lagi. “Ini masalah besar. Jangan temui aku dulu. Kalau dia membeberkan hubungan kita, Papa akan membatalkan pengangkatanku sebagai CEO Sinar Tekstil.”“What?!” Prita membalas pesan Ray dengan emosi. “Dasar perempuan gila.”“Aku akan membujuknya lagi.”Prita melempar ponselnya dengan kesal ke kasur. “Kiara,&rdq

    Last Updated : 2021-08-11
  • Hati yang Tersakiti   Dua Belas - Kehancuran

    Beberapa hari sebelumnya“Ta, sudah kubilang. Jangan temui aku dulu—““Sudahlah, Ray. Aku tahu Kiara nggak ada di dekatmu.” Sela Prita. “Aku mau menjelaskan sesuatu padamu lalu kamu harus mengikuti skenarioku.”“Skenario apa?”“Skenario agar kamu bisa bercerai dari istrimu itu.” tegas Prita. “Ray, temui aku sekarang.”Ray pun memutar mobilnya menuju tempat yang sudah ditentukan oleh Prita.“Astaga, bagaimana kamu bisa merencanakan semua ini?!” Mata Ray terbelalak melihat foto-foto Kiara bersama Robby yang ada di ponsel Prita.Prita menyilangkan kedua tangannya di pinggiran meja mini market yang menghadap keluar jendela. “Aku sudah merencanakannya dengan masak.”“Ba..bagaimana kamu bisa mengenal Robby?”Prita menepiskan tangannya di hadapan wajah Ray yang bingung. “Mudah saja, aku mencar

    Last Updated : 2021-08-11
  • Hati yang Tersakiti   Tiga Belas - Balada Janda Muda

    Tiga bulan kemudianBunyi bising itu berasal dari suara mesin-mesin jahit yang sedang bekerja ekstra menyambung pola demi pola pakaian olahraga. Kiara duduk di barisan belakang, mengerjakan jahitan dengan tekun.Sesekali dia menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Maklum saja, ruangan ini hanya dilengkapi satu kipas angin gantung untuk mengalirkan udara bagi sepuluh orang pekerjanya.“Istirahat! Istirahat!” Ani, salah satu penjahit senior di tempat itu, menepuk-nepukkan tangannya. “Jangan kerja terus nanti cepet mati.”Selorohan Ani itu dibalas tawa oleh beberapa rekannya. Saat mereka semua sudah keluar untuk beristirahat, Kiara masih sibuk mengejar ketertinggalan. Dia masih belum terbiasa menjahit dengan cepat seperti yang lain. Lagi pula, dia belum terlalu lapar.Seketika ada tepukan lembut di bahunya. Kiara menoleh dan mendapati Wardi, kepala penjahit di sini, berdiri di belakangnya.“Mak

    Last Updated : 2021-08-12

Latest chapter

  • Hati yang Tersakiti   59. Hari Bahagia

    #59Awan putih bergerak pelan, membuka hamparan langit biru yang cerah. Deburan ombak terdengar berderu memecah batu karang.Pelaminan putih dengan ornamen bunga-bunga yang membingkai indah berdiri kokoh membelakangi lautan. Jejeran bangku kayu tertata rapi di sekelilingnya. Tidak jauh dari sana sudah dipersiapkan meja-meja panjang yang berisi makanan untuk jamuan para tamu.Beberapa tamu penting terlihat mulai berdatangan yang membuat para pengatur acara pernikahan ini mulai sibuk.Sementara itu di ruangan terpisah, Kiara berdiri menatap cermin panjang yang menggantung di depannya. Sambil memegang buket bunga mawar putih, tubuhnya dilapisi gaun pengantin putih gemerlap dengan ekor yang panjang. Rambutnya digelung sempurna dan di lehernya melingkar kalung berlian yang berkilau.“Astaga, lo begitu cantik.” Tukas Nabila dari balik punggung Kiara. “Orang-orang pasti bakalan terpukau dengan kecantikan lo.”Kiara tidak bis

  • Hati yang Tersakiti   58. Tuntutan Prita

    #58Utami Djaya menghela napas panjang seraya menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Berita di televisi nasional itu mengabarkan perihal keterlibatan Alisa yang ditemukan tewas bunuh diri atas penyekapan Kiara. Juga Bobby yang ditangkap di pelabuhan saat dia akan menyelundup masuk ke salah satu kapal yang akan berlayar.Berita soal Ray yang menyelamatkan mantan istrinya juga tersiar luas. Orang-orang menanggapnya sebagai kisah heroik. Banyak media yang ingin mewawancarai Ray maupun Keluarga Djaya, namun tentu saja semua itu mereka tolak.Keluarga Djaya tidak level untuk masuk ke dalam pemberitaan infotaiment atau pun acara bincang-bincang yang tidak jelas.“Sekarang anak kita jadi sorotan.” Keluh Utami.Arianto bersedekap seraya matanya tidak lepas dari layar televisi. “Aku tidak habis pikir semua ini terjadi pada keluarga kita.”“Tapi aku tetap bersyukur Ray selamat.” Balas Utami.“Tapi keri

  • Hati yang Tersakiti   57. Balas Dendam

    #57Beberapa hari sebelumnya.“Anton, aku butuh bantuanmu.”Prita duduk di sebuah ruangan yang lembab. Di sekitarnya terdapat beberapa kabinet yang berkarat. Cat tembok di ruangan itu begitu kusam dan beberapa bagian bahkan terlihat mengelupas.Sebuah kipas angin yang reyot berputar di atas. Kipas itu hanya memutar angin panas yang bersirkulasi di ruangan ini.“Prita, sudah lama sekali aku enggak bertemu denganmu.” Pria yang bernama Anton itu menyibakkan rambut ikal gondrongnya itu. Matanya memindai Prita yang sedari tadi mengipasi dirinya dengan kertas, dari atas sampai bawah. “Kamu terlihat begitu berbeda.”“Yah, tentu saja. Terakhir kita bertemu itu saat reuni SD. Ingat?”Anton mengangguk. “Lantas, apa yang bisa kubantu?”“Aku tahu kamu masih berkecimpung di bisnis itu kan?” Prita menyipitkan matanya.“Bisnis apa?” ula

  • Hati yang Tersakiti   56. Usai

    #56“Kiara!” Gian berlari ke arah tunangannya yang duduk di ranjang rumah sakit. Gaun yang dipakainya lusuh dan robek serta ada luka-luka di sekujur tubuhnya. Namun, kondisinya tidak begitu parah.“Gian…” Kiara memeluk kekasihnya itu dengan erat. Air mata langsung mengalir dari matanya. “A..aku…”“Sudahlah, Kiara.” Sergah Gian cepat, menghapus air mata yang membasahi pipi Kiara. “Aku sudah mendengar semuanya dari polisi. Yang penting kamu selamat, Sayang.”“Ray.” Tukas Kiara. “Dia yang menyelamatkanku, Gi.”“Aku tahu.”“Lantas, gimana keadaaannya sekarang?” tanya Kiara dengan suara yang agak gemetar.“Dia…dia sedang ada di ruang operasi. Dokter berusaha mengeluarkan peluru yang bersarang di perutnya.” Terang Gian. “Dia sepertinya banyak kehilangan darah juga.”Kiara kembali ter

  • Hati yang Tersakiti   55. Aksi Penyelamatan

    #55Lampu mobil Ray membelah jalanan yang gelap. Jalan yang dia lewati kini tidak beraspal. Di kanan kirinya terdapat beberapa bangunan kosong, tanah luas yang terbengkalai serta pepohonan yang lebat.Jantungnya berdentum cepat. Pikirannya begitu pening. Di kepalanya terlintas fakta bahwa memang benar wanita yang dia kenal selama ini bernama Jessica itu adalah mantan kakak iparnya. Lantas, Kiara yang dalam bahaya dan soal pembalasan dendam Alisa dan pria asing yang sedang dia untit ini.Untungnya, Ray masih sempat melihat Bobby di pelataran parkir dan berhasil mengikutinya sampai ke sini. Dengan menjaga jarak aman, Ray terus mengikuti mobil Bobby dari belakang.Ray menghentikan mobilnya di depan tanah kosong. Dengan kaki yang gemetar, dia berjalan menembus kegelapan. Ditemani cahaya senter dari ponselnya, Ray menerangi jalanan tanah yang basah. Samar-samar, dia melihat cetakan ban mobil yang menuntunnya ke sebuah gudang kosong yang gelap gulita.Ra

  • Hati yang Tersakiti   54. Kebenaran

    #54Mobil Ray berhenti di pelataran parkir Apartemen Sunny Hill. Jantungnya berdentum keras. Dia akan mengendap masuk ke dalam unit tempat tinggal Jessica untuk memastikan kebenaran identitas wanita itu.“Ah, sungguh bodoh. Aku nggak tahu kata sandi apartemennya!” tukas Ray dari balik kemudi. Dia mengigit bibirnya keras-keras. “Apa yang harus kulakukan?”Tiba-tiba mata Ray menangkap sosok Jesica yang berjalan tergesa melintasi pelataran parkir. Ray segera turun dan menghampirinya.“Jess!” seru Ray.“Astaga, mau apa si bodoh itu ada di sini?” batin Alisa kesal.“Jess, kebetulan.” Ujar Ray begitu dia berada di depan Alisa yang kali ini mengenakan rok mini dan tank top hitam. Alisa mengapit tas tangan cokelat.“Sepertinya dia habis dari kelab Madam,” pikir Ray dalam hati.“Oh, hai Ray. Gimana istrimu? Dia selamat kan? Nggak ada yang mencurigai kamu kan?&

  • Hati yang Tersakiti   53. Penculikan

    #53Gian mengecup punggung tangan Kiara. “Kamu sungguh cantik malam ini.” Pujinya sembari kedua matanya memandangi penampilan Kiara.Dengan Gaun merah selutut tanpa lengan serta rambut Kiara yang digelung ke atas, membuatnya nampak begitu elegan. Sebuah kalung perak melingkar di lehernya yang jenjang.“Makasih, Gi. Tapi aku begitu gugup.” Balas Kiara. Dia bisa merasakan dentuman jangtungnya sendiri yang berdebar keras. “Ini kali pertamanya aku menghadiri acara di kantormu.”“Tenang saja, karyawanku nggak gigit kok.” Gian berusaha mencairkan suasana. Lantas, dia mengaitkan lengannya pada lengan Kiara, menuntunnya memasuki ballroom hotel yang mewah.Malam ini merupakan perayaan hari jadi perusahaan yang dipimpin Gian. Seluruh karyawan hadir beserta orang-orang penting. Itulah mengapa Kiara begitu cemas. Dia tahu bahwa semua mata akan tertuju padanya sebagai calon istri sang CEO. Apalagi pernikahan merek

  • Hati yang Tersakiti   52. Permintaan Maaf

    Kedua mata Prita membelalak lebar. Pandangannya sedikit kabur namun perlahan dia bisa menangkap dengan jelas kondisi di sekitar. Dia mendapati dirinya terbaring dengan infus yang menggantung. Kedua lubang hidungnya dialiri selang oksigen sementara itu telinganya menangkap bunyi jantungnya yang berdetak perlahan.Tak lama setelah itu, Prita mendengar suara pintu yang mengayun diikuti dengan derap langkah yang mendekati dirinya.Sudut matanya menangkap sesosok wanita yang kini berdiri di sebelah ranjangnya.“Hai, Prita.” Ucap wanita itu dengan suara yang dingin. “Aku turut bersedih dengan kejadian yang menimpa dirimu.”Prita memalingkan wajahnya dan mendapati Kiara yang menatapnya dengan tajam. Tenggorokannya begitu tercekat. “Untuk apa dia ada di sini?!” pekik Prita dalam hati.Kiara mengembuskan napas panjang. Jari-jarinya yang lentik itu membelai pundak Prita dengan lembut. “Sungguh malang, kalian

  • Hati yang Tersakiti   51. Bukti Perselingkuhan

    Siang itu, awan hitam menggantung di langit. Sesekali gemuruh geluduk terdengar dari kejauhan.“Kami turut berduka,” Alex menepuk pelan pundak adiknya itu. Ray hanya bisa mengangguk pelan sambil menghela napas panjang.“Apa yang sebenarnya terjadi, Ray?” tanya Utami tidak percaya. Dia memandangi sosok putra bungsunya dengan iba. Lingkaran hitam di bawah mata Ray nampak jelas dengan rambut yang mencuat kesana-kemari.Ray hanya bisa bersandar pada tembok selasar rumah sakit yang dingin. Sesekali dia menyugar rambutnya, tatapannya terpaku pada ujung sepatunya. Dia tidak berani memandang mata Mamanya itu.Hatinya begitu berkecamuk. Dia tidak bisa membayangkan apa yang bakal terjadi ketika Prita sadar nanti.Ray mengigit bibir bawahnya keras-keras. Seharusnya, dia tidak meninggalkan istrinya yang sekarat begitu saja. Seharusnya dia tidak mengikuti saran bodoh dari wanita yang dikenalnya dengan nama Jessica itu. Tapi apa daya, pik

DMCA.com Protection Status