Home / Romansa / Hati yang Terikat Takdir / Bab 38 - Awal Baru bagi Intan

Share

Bab 38 - Awal Baru bagi Intan

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2024-11-06 19:55:51

Langit sore di kota itu mulai memerah saat Intan melangkah keluar dari gedung kantornya, sebuah tempat yang kini terasa lebih ringan, lebih bebas baginya. Sebelumnya, setiap langkahnya terasa dipenuhi beban harapan keluarga, aturan, dan ekspektasi yang tak pernah ia pilih sendiri.

Namun belakangan ini, ada seseorang yang membuat dunianya berubah—Adiarja Wibowo, pria yang jauh lebih tua darinya namun mampu menghadirkan kedamaian yang baru dan aneh dalam hidupnya.

Intan tersenyum saat melihat sosok Adiarja menunggunya di depan gedung, bersandar pada mobilnya dengan sikap santai namun penuh wibawa. Pria itu menatapnya dengan pandangan hangat yang penuh perhatian, senyumnya terangkat saat ia melihat Intan mendekat.

“Intan, kau terlihat lebih cerah dari biasanya,” kata Adiarja dengan nada tenang namun penuh makna, membuka pintu mobil untuknya.

Intan tersenyum malu-malu, hatinya berdebar. “Mungkin karena aku merasa hidupku mulai…

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 39 - Lamaran

    “Arum, kau tahu aku selalu ada di sini untukmu.”Suara lembut Arga mengiringi langkah-langkah mereka di tepi danau kecil di luar kota, tempat yang jauh dari hiruk-pikuk dan semua persoalan yang menghantui kehidupan Arum.Senja mulai merambat turun, memancarkan warna oranye lembut yang memantul di atas air, memberi ketenangan pada suasana di sekitar mereka. Di sinilah Arga membawa Arum, jauh dari segala pandangan yang menilai dan bisikan yang menghakimi.Arum tersenyum tipis, tatapannya masih tertuju ke depan, ke danau yang terhampar tenang. “Arga, aku tahu. Kau selalu ada saat aku merasa semua ini terlalu berat. Dan aku sangat menghargai itu.”Arga menundukkan kepala sejenak, seolah mengumpulkan kekuatan. Sudah lama ia ingin mengutarakan isi hatinya, tetapi ia tak ingin membuat Arum merasa tertekan. Kini, di saat yang tepat ini, ia merasa siap untuk menyampaikan apa yang ada di hatinya, meski ia tak tahu jawaban apa yang akan diter

    Last Updated : 2024-11-06
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 40 - Titik Terendah Rendra

    "Kenapa semuanya jadi begini, Arum?"Suara Rendra terdengar lelah dan penuh kehampaan. Mereka duduk di bangku kayu di taman yang sepi, tempat mereka dulu sering bertemu saat masih kecil. Namun, kali ini tak ada tawa, tak ada senyum penuh kebahagiaan. Hanya keheningan yang berat dan pandangan kosong yang terarah ke tanah.Arum menggenggam tangan Rendra, mencoba memberikan kekuatan yang ia sendiri merasa mulai goyah. Di depannya, Rendra terlihat seperti bayangan dirinya yang dulu—sosok penuh semangat yang kini hancur oleh beban yang tak pernah ia duga akan ia tanggung."Rendra…" Arum memulai dengan suara pelan, suaranya hampir bergetar. "Aku tahu ini sulit. Semua yang terjadi padamu, usahamu, keluargamu… ini bukan hal yang mudah dilalui. Tapi aku di sini. Aku selalu ada untukmu."Rendra mengangguk pelan, namun tatapan matanya tetap tak terfokus, seolah berada jauh dari sana. Seluruh kehidupannya, dari ambisinya membangun bisnis mandiri h

    Last Updated : 2024-11-06
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 41 - Keluarga yang Terancam

    “Kau tahu, Arum, desas-desus ini tak akan berhenti begitu saja.”Dimas Aditya Kusuma menatap Arum dengan tatapan serius, matanya yang biasanya tenang kini tampak penuh kekhawatiran. Mereka duduk di ruang tamu rumah keluarga Cahyaningtyas, yang kini dipenuhi dengan aura tegang.Sejak kabar tentang Arum dan Rendra tersebar, nama keluarga Cahyaningtyas menjadi bahan pembicaraan, sebuah cerita yang tak henti-hentinya diperbincangkan, ditambah dengan berbagai versi dan tambahan yang tidak pernah terjadi.Arum menunduk, perasaan bersalah dan lelah bercampur menjadi satu. “Aku tahu, Pak Dimas… tapi aku juga tak tahu harus berbuat apa lagi. Aku merasa semakin aku mencoba menjelaskan, semakin banyak spekulasi yang muncul.”Dimas menghela napas panjang, menatap Arum dengan iba. Di dalam hatinya, ia merasa marah melihat nama baik keluarga Cahyaningtyas yang selama ini ia lindungi dari berbagai gangguan, kini terancam karena rumor yang

    Last Updated : 2024-11-07
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 42 - Ultimatum Rini

    "Rendra, kau pikir hidupmu akan lebih mudah tanpaku?"Suara Rini Kartika Sari memecah keheningan di ruangan itu, nada suaranya tegas namun penuh ironi. Mereka berdiri berhadap-hadapan di ruang kerja Rendra yang kini tampak berantakan, sisa-sisa dokumen dan catatan bisnis yang telah gagal berserakan di meja.Rini, dengan wajahnya yang angkuh dan senyum tipis yang menyiratkan kepercayaan diri, menatap Rendra dengan sorot mata yang sulit ditebak.Rendra menghela napas, mencoba menjaga ketenangannya. “Rini, aku tak punya waktu untuk permainanmu. Jika kau datang hanya untuk mengungkit masa lalu, lebih baik kau pergi sekarang.”Rini mendekat, langkahnya tenang namun penuh ancaman. Ia memiringkan kepala, seolah menilai Rendra dengan tatapan tajam. “Permainan? Kau pikir ini permainan? Oh, Rendra, aku di sini untuk membicarakan sesuatu yang lebih dari sekadar masa lalu.”Rendra menatap Rini dengan sorot mata tak sabar. “Katakan

    Last Updated : 2024-11-07
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 43 - Pengakuan Cinta Ratna

    “Rendra, aku... aku sudah tak bisa menahan ini lagi.”Suara Ratna bergetar saat mereka berdiri di halaman belakang galeri batiknya, tempat yang biasanya membawa kedamaian bagi Ratna namun kini dipenuhi dengan perasaan yang membara dalam dadanya.Ia memandang Rendra, yang berdiri tak jauh darinya, mata pria itu menunjukkan keterkejutan bercampur simpati.Langit sore mulai memudar, berganti dengan rona keemasan yang memeluk suasana di sekitar mereka. Ratna, yang biasanya tenang dan penuh kendali, kini tampak rapuh. Matanya berkaca-kaca, wajahnya menyiratkan perasaan yang selama ini ia pendam, perasaan yang perlahan meremukkan hatinya.Rendra menatapnya dengan bingung. “Ratna… apa maksudmu?”Ratna menarik napas dalam, menguatkan dirinya untuk mengucapkan kata-kata yang begitu lama ia sembunyikan.“Selama ini, aku selalu berada di sisimu, memperhatikanmu dari jauh… menyimpan perasaan ini tanpa pernah b

    Last Updated : 2024-11-07
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 44 - Titik Patah Arum

    “Arum, kau harus mempertimbangkan keluargamu! Nama baik keluarga kita semakin hancur, dan semua orang terus mengaitkanmu dengan masalah ini.”Suara tegas Dimas Aditya Kusuma menggema di ruang tamu rumah keluarga Cahyaningtyas, memberikan tekanan yang tak terbendung di hati Arum. Ia berdiri di sana, memandang Arum dengan tatapan penuh ketegasan, tatapan seorang ayah yang selama ini telah menjadi pelindung keluarga.Arum menunduk, menahan napasnya sejenak. Sudah berbulan-bulan ia menghadapi bisikan tajam, tatapan sinis, dan rasa malu yang terus tumbuh. Keluarganya, yang dulu dihormati di komunitas ini, kini menjadi bahan pembicaraan.Ia bisa merasakan luka di hatinya semakin dalam setiap kali mendengar betapa masyarakat menganggapnya sebagai sumber masalah, dan kata-kata Dimas kini menambah luka itu.“Pak Dimas… aku tidak pernah ingin semua ini terjadi. Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan apa adanya, dengan… cinta yang k

    Last Updated : 2024-11-08
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 45 - Pukulan Terakhir Fajar

    Rendra duduk di ruang kerjanya yang kini terasa semakin sepi dan kosong, menatap layar komputer di depannya dengan tatapan tak berdaya. Semua usahanya untuk membangun kembali bisnis yang hancur kini tampak sia-sia.Kemarin, ia baru saja mendapat kabar buruk bahwa klien terbesar yang diandalkannya telah mundur dari kesepakatan terakhir. Proyek yang seharusnya menjadi titik balik dalam kebangkitannya kini berantakan dalam sekejap.Telepon di mejanya berdering, dan ia segera meraihnya dengan harapan mungkin ada kabar baik. Tapi begitu ia mendengar suara di ujung sana, hatinya semakin jatuh.“Rendra, klien kita mundur. Mereka menyebutkan bahwa ada rumor tidak baik tentang reputasi perusahaanmu,” suara Tio, salah satu rekannya, terdengar berat. “Aku tak tahu siapa yang memulainya, tapi rumor ini menghilangkan kepercayaan mereka padamu.”Rendra memejamkan mata, mencoba menahan perasaan kecewa dan putus asa yang semakin mendalam. “B

    Last Updated : 2024-11-08
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 46 - Pertaruhan Terakhir Arga

    "Arum, kita harus bicara."Arga menatap Arum dengan sorot mata yang serius, menahan perasaan yang selama ini ia simpan rapi di balik senyum hangatnya. Mereka berada di kafe kecil di sudut kota, tempat yang biasa mereka kunjungi bersama saat Arum butuh pelarian dari segala tekanan di rumahnya.Namun, sore ini, suasana terasa berbeda. Arga duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, memperhatikan setiap gerak-gerik Arum.Arum, yang duduk di seberangnya, menatap keluar jendela, matanya menerawang jauh. “Arga, aku… aku tahu kau ingin bicara. Aku juga tahu ada banyak hal yang harus diselesaikan. Tapi, aku… aku bingung,” ujarnya pelan, suaranya hampir tenggelam di tengah keramaian kafe.Arga menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya.“Arum, sudah cukup lama aku menunggu. Selama ini aku selalu ada di sini, berharap bahwa suatu saat kau akan menyadari bahwa kita bisa bahagia bersama. Tanpa drama, tanpa haru

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 100 - Cinta yang Terlahir Kembali

    “Arum, apakah kamu yakin sudah siap?” suara lembut Rendra terdengar, suaranya mengandung keraguan sekaligus harapan. Mereka berdiri di sebuah taman kecil yang dikelilingi pohon-pohon berbunga, diapit oleh senja yang memancarkan cahaya keemasan.Arum mengangguk pelan, memandang Rendra dengan tatapan yang tenang namun sarat makna. “Aku siap, Rendra,” jawabnya dengan suara mantap. “Untuk segala hal yang telah kita lalui, dan apa pun yang akan datang.”Senja di taman itu menjadi saksi kehangatan dan kedamaian yang akhirnya bisa mereka raih. Hanya dihadiri keluarga terdekat dan sahabat-sahabat terbaik, mereka memutuskan untuk memperbarui janji pernikahan mereka dalam keheningan, jauh dari keramaian dan drama yang dulu pernah membayangi hubungan mereka.Di sudut taman, Ratna, yang hadir bersama Aldi, menatap Arum dengan senyum bangga di wajahnya. Aldi, yang berdiri di sebelahnya, menganggukkan kepala seolah ikut merasakan kebahagiaa

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 99 - Kesuksesan Ratna

    "Arum, kamu datang juga akhirnya!" Suara Ratna terdengar penuh semangat saat melihat sahabatnya melangkah masuk ke galeri tempat pameran terbarunya. Ratna segera menghampiri Arum, memeluknya dengan erat."Aku kan sudah janji, Na. Aku ingin lihat langsung semua karya hebatmu ini," jawab Arum sambil tersenyum hangat, matanya penuh kekaguman melihat ruangan galeri yang dipenuhi karya-karya Ratna.Dinding-dinding galeri dihiasi dengan lukisan-lukisan batik kontemporer yang unik, setiap goresannya memancarkan ekspresi hati dan jiwa Ratna.Ratna tertawa kecil sambil memandangi Arum. “Akhirnya, aku bisa berdiri di sini, Arum. Setelah semua yang terjadi…,” suara Ratna melirih, mengingat perjalanan panjang dan penuh rintangan yang telah ia lalui.Arum menepuk lengan Ratna pelan, seolah ingin menguatkannya. “Kamu pantas mendapatkan ini semua, Na. Setiap kerja keras, setiap air mata. Aku bangga padamu,” kata Arum dengan tatapan yang tu

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 98 - Awal yang Baru

    "Apakah kita benar-benar siap untuk ini, Ren?" Arum bertanya sambil menatap mata Rendra yang penuh keyakinan.Rendra menggenggam tangan Arum erat. “Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu, kan?”Mereka berdiri di depan rumah kecil yang baru saja mereka sewa. Rumah itu sederhana, jauh dari kemewahan yang pernah mereka bayangkan, tetapi terasa hangat.Hawa sore yang sejuk menyusup di antara dedaunan pohon mangga di halaman, membawa aroma tanah yang khas dan memberi suasana damai.Arum memandang rumah itu dengan senyum tipis. “Aku suka rumah ini, Ren. Sederhana, tapi terasa seperti rumah sungguhan.”Rendra tersenyum, menyadari bahwa itulah yang ia inginkan selama ini. Rumah kecil dengan Arum, bukan istana megah yang dipenuhi intrik dan beban masa lalu.“Kamu tahu, Arum, ini mungkin pertama kalinya dalam hidupku aku merasa benar-benar tenang. Tidak ada tekanan dari keluarga, tidak ada skandal, hanya...

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 97 - Rekonsiliasi

    “Apakah kamu sungguh yakin, Arum?” Rendra menatap dalam mata Arum, seolah berusaha menemukan keyakinan di sana.Arum tersenyum lembut, menggenggam tangan Rendra. “Aku yakin, Rendra. Aku juga sudah lelah berlarut-larut dalam keraguan. Mungkin kita memang harus melalui semua ini untuk benar-benar mengerti apa artinya kebersamaan.”Rendra mengangguk pelan, mata cokelatnya berkedip-kedip menahan emosi. Mereka duduk berhadapan di taman kecil yang penuh kenangan, di mana mereka berkali-kali bertemu dan berkali-kali pula bertengkar.Namun, sore ini terasa berbeda. Udara sore terasa hangat, dan aroma bunga melati yang lembut memenuhi suasana.“Aku ingin kita mulai dari awal,” ucap Rendra dengan nada mantap. “Tanpa janji-janji besar. Cukup kita saling percaya dan berjalan bersama.”Arum merasakan haru mengalir di hatinya. Semua luka yang pernah ada, semua pertengkaran dan air mata, perlahan-lahan terasa memuda

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 96 - Keputusan Arum

    “Kamu yakin, Arum?” Suara Dimas terdengar lembut, penuh perhatian. Mereka duduk di beranda rumah keluarga Arum, ditemani angin malam yang sejuk dan secangkir teh hangat di tangan masing-masing.Arum menatap secangkir teh di pangkuannya, jari-jarinya membelai pinggiran cangkir dengan gerakan pelan. “Aku... mungkin ini aneh, Om, tapi aku tetap merasa ada sesuatu di antara aku dan Rendra yang sulit aku lepaskan. Meskipun... semua hal yang terjadi membuatku bertanya-tanya.”Dimas mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kadang cinta memang tidak mudah, Arum. Hubungan yang paling berarti sering kali yang paling sulit dipertahankan. Tapi, yang penting, kamu tahu kenapa kamu memilih untuk bertahan.”Arum menatap jauh ke depan, pandangannya melewati taman kecil di halaman rumah yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni. Keindahan itu, sekilas, mengingatkan dirinya pada momen-momen indah yang pernah ia alami bersama Rendra.

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 95 - Kemandirian Ratna

    “Aldi,” suara Ratna terdengar lembut, tapi tegas. Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe kecil yang tenang, dikelilingi oleh keramaian orang-orang yang tenggelam dalam percakapan mereka masing-masing. Namun, di antara mereka berdua, suasana terasa begitu hening, hampir seolah waktu berhenti.Aldi menatap Ratna dengan cermat, wajahnya sedikit bingung. "Ada apa, Ratna? Kamu kelihatan... serius hari ini."Ratna tersenyum kecil, namun ada sedikit kesedihan dalam tatapannya. “Aku rasa kita perlu bicara. Tentang kita.”Mata Aldi memancarkan keterkejutan. "Maksudmu... hubungan kita?"Ratna mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Selama ini, kamu selalu ada untukku, bahkan di saat aku merasa paling jatuh. Kamu memberi dukungan yang luar biasa, dan aku sangat menghargainya. Tapi...”Aldi meraih tangan Ratna, menggenggamnya dengan lembut. “Tapi apa, Ratna? Apa yang kamu rasakan?”Ratna menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberania

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 94 - Perpisahan Arga

    "Jadi... ini keputusanmu?" Suara Arga terdengar pelan namun penuh kepastian. Mereka berdua duduk di sebuah bangku di taman kota yang sepi, tempat di mana mereka sering berbincang saat masih remaja, ketika dunia terasa lebih sederhana.Arum menundukkan wajahnya, merasa berat hati untuk mengucapkan kata-kata itu, namun ia tahu bahwa ia harus jujur. "Iya, Ga. Aku... aku nggak bisa berpura-pura lagi. Aku sangat menghargai kamu, semua yang sudah kamu lakukan buat aku, tapi..."Arga tersenyum kecil, meski sorot matanya menyimpan luka yang dalam. "Tapi hatimu tetap untuk Rendra," potongnya, menyelesaikan kalimat yang mungkin sulit bagi Arum untuk diucapkan.Arum mengangguk perlahan. "Maaf... aku merasa begitu bersalah sama kamu. Kamu selalu ada, selalu mendukungku saat aku terpuruk, saat aku sendiri.""Arum," Arga memotong, suaranya terdengar lembut, namun tegas. "Kamu nggak perlu minta maaf. Aku tahu bagaimana perasaanmu dari awal, tapi aku selalu berharap bahw

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 93 - Lamaran yang Baru

    "Arum..." Rendra menghela napas dalam, suara lembutnya nyaris tenggelam dalam keheningan sore yang menenangkan di taman kota. Ia menatap Arum dengan penuh harap, sementara gadis itu duduk di sebelahnya, tangan tertaut di pangkuannya, jelas menunjukkan kegugupan yang berusaha ia sembunyikan.Arum menunduk, melihat rerumputan yang bergoyang ditiup angin, mencoba menghindari tatapan Rendra. Ia tahu apa yang mungkin akan dikatakan Rendra. Di satu sisi, ada bagian dari hatinya yang ingin mendengarnya. Namun di sisi lain, ketakutan akan sakit yang sama terulang lagi membuatnya waspada."Aku tahu ini sulit bagimu," Rendra memulai lagi, nada suaranya penuh dengan kerendahan hati dan rasa bersalah yang selama ini tertahan. "Setiap kali melihatmu, aku sadar bahwa luka yang kuberikan masih membekas. Dan aku tahu, mungkin aku tak layak mendapatkan kesempatan kedua."Arum mengangkat wajahnya perlahan, menatap mata Rendra yang kini menunjukkan ketulusan yang dalam, jauh lebih

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 92 - Penebusan Diri Rendra

    Arum duduk di teras rumahnya, memandangi langit sore yang mulai meredup. Di tangannya, secangkir teh hangat menemani keheningan pikirannya yang bimbang. Pesan dari Rendra semalam masih terngiang di kepalanya.Ia merasa bahwa setiap kata dalam pesan itu memancarkan ketulusan dan penyesalan yang dalam.Di sisi lain kota, Rendra memandang pantulan dirinya di cermin. Matanya menunjukkan kelelahan yang telah bersembunyi di balik ketenangannya selama ini. Kini, ia sadar bahwa tidak ada yang lebih penting daripada memulihkan kepercayaan Arum dan memperbaiki dirinya sendiri.Dengan tekad yang baru, Rendra turun ke ruang kerja kecilnya. Di sana, di tengah dokumen-dokumen dan berkas yang telah ia susun, ia memulai langkah pertama dalam menebus semua yang pernah ia rusakkan.Ia memutuskan untuk menyusun laporan penuh tentang setiap proyek keluarganya yang mencurigakan dan menyerahkannya ke pihak berwenang. Rendra sadar bahwa inilah satu-satunya cara untuk membuktika

DMCA.com Protection Status