Beranda / Romansa / Hati yang Terikat Takdir / Bab 44 - Titik Patah Arum

Share

Bab 44 - Titik Patah Arum

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 16:05:58

“Arum, kau harus mempertimbangkan keluargamu! Nama baik keluarga kita semakin hancur, dan semua orang terus mengaitkanmu dengan masalah ini.”

Suara tegas Dimas Aditya Kusuma menggema di ruang tamu rumah keluarga Cahyaningtyas, memberikan tekanan yang tak terbendung di hati Arum. Ia berdiri di sana, memandang Arum dengan tatapan penuh ketegasan, tatapan seorang ayah yang selama ini telah menjadi pelindung keluarga.

Arum menunduk, menahan napasnya sejenak. Sudah berbulan-bulan ia menghadapi bisikan tajam, tatapan sinis, dan rasa malu yang terus tumbuh. Keluarganya, yang dulu dihormati di komunitas ini, kini menjadi bahan pembicaraan.

Ia bisa merasakan luka di hatinya semakin dalam setiap kali mendengar betapa masyarakat menganggapnya sebagai sumber masalah, dan kata-kata Dimas kini menambah luka itu.

“Pak Dimas… aku tidak pernah ingin semua ini terjadi. Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan apa adanya, dengan… cinta yang k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 45 - Pukulan Terakhir Fajar

    Rendra duduk di ruang kerjanya yang kini terasa semakin sepi dan kosong, menatap layar komputer di depannya dengan tatapan tak berdaya. Semua usahanya untuk membangun kembali bisnis yang hancur kini tampak sia-sia.Kemarin, ia baru saja mendapat kabar buruk bahwa klien terbesar yang diandalkannya telah mundur dari kesepakatan terakhir. Proyek yang seharusnya menjadi titik balik dalam kebangkitannya kini berantakan dalam sekejap.Telepon di mejanya berdering, dan ia segera meraihnya dengan harapan mungkin ada kabar baik. Tapi begitu ia mendengar suara di ujung sana, hatinya semakin jatuh.“Rendra, klien kita mundur. Mereka menyebutkan bahwa ada rumor tidak baik tentang reputasi perusahaanmu,” suara Tio, salah satu rekannya, terdengar berat. “Aku tak tahu siapa yang memulainya, tapi rumor ini menghilangkan kepercayaan mereka padamu.”Rendra memejamkan mata, mencoba menahan perasaan kecewa dan putus asa yang semakin mendalam. “B

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 46 - Pertaruhan Terakhir Arga

    "Arum, kita harus bicara."Arga menatap Arum dengan sorot mata yang serius, menahan perasaan yang selama ini ia simpan rapi di balik senyum hangatnya. Mereka berada di kafe kecil di sudut kota, tempat yang biasa mereka kunjungi bersama saat Arum butuh pelarian dari segala tekanan di rumahnya.Namun, sore ini, suasana terasa berbeda. Arga duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, memperhatikan setiap gerak-gerik Arum.Arum, yang duduk di seberangnya, menatap keluar jendela, matanya menerawang jauh. “Arga, aku… aku tahu kau ingin bicara. Aku juga tahu ada banyak hal yang harus diselesaikan. Tapi, aku… aku bingung,” ujarnya pelan, suaranya hampir tenggelam di tengah keramaian kafe.Arga menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya.“Arum, sudah cukup lama aku menunggu. Selama ini aku selalu ada di sini, berharap bahwa suatu saat kau akan menyadari bahwa kita bisa bahagia bersama. Tanpa drama, tanpa haru

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 47 - Pengungkapan Berbahaya

    Kota gempar. Berita yang beredar di surat kabar pagi itu membuat seluruh kota terdiam. Headline besar-besar menyorot keluarga Santoso, menyebutkan keterlibatan mereka dalam bisnis ilegal, yang mencakup sejumlah praktik korupsi, penyelundupan, dan operasi-operasi bisnis Fajar yang gelap.Nama Fajar Ramadhan Santoso tercantum jelas, terlibat dalam skema yang selama ini ia jalankan di balik bayang-bayang keluarga besar.Rendra duduk di sudut ruang tamu apartemennya, menatap koran dengan ekspresi tak percaya. Setiap kata di halaman depan terasa seperti pukulan keras yang menghancurkan sisa-sisa kepercayaan dan kebanggaannya pada nama keluarganya.Pikirannya melayang pada percakapan terakhir dengan Rini, saat wanita itu memberikan ultimatum. Kini, ia tahu siapa dalang di balik bocornya skandal ini.Ponselnya bergetar. Notifikasi pesan dari grup keluarga tak berhenti berbunyi, dan satu demi satu pesan muncul di layar.“Apa yang terjadi dengan F

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 48 - Pertemuan Terakhir Rendra dengan Kebenaran

    “Jadi, selama ini semua yang kau katakan hanya dusta?”Suara Rendra terdengar pelan namun penuh luka, menggetarkan keheningan di ruang tamu yang kini terasa begitu dingin. Di depannya, Argono hanya menundukkan kepala, tangannya terkepal kuat di atas lutut.Ekspresi wajahnya sulit diterka—antara penyesalan atau kemarahan yang terpendam. Di sebelah Argono, Siti Rahayu Wulandari, ibu Rendra, duduk terdiam dengan wajah yang tampak menua puluhan tahun hanya dalam semalam.Rendra merasa seluruh dunianya berguncang, akar hidupnya tercerabut paksa setelah sekian lama bergantung pada nama besar keluarga Santoso.Skandal besar yang baru saja terbongkar menghancurkan segalanya: kredibilitas bisnis keluarga, reputasi mereka di masyarakat, dan yang paling parah, kepercayaan Rendra terhadap keluarganya sendiri.“Rendra, dengarkan Ayah…” suara Argono akhirnya terdengar, bergetar namun tetap berusaha tegar. “Apa yang Ayah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 49 - Dilema Intan

    “Intan, kau tahu betul apa yang bisa kita capai bersama. Aku tak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja.”Suara tegas Adiarja menggema di ruang kerja yang tampak elegan namun dingin, ruangan yang kini terasa begitu jauh dari kehangatan yang dulu Intan rasakan saat mereka mulai mengenal satu sama lain.Ia berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke hiruk-pikuk kota, tatapan matanya tertuju ke kejauhan seolah menyimpan ribuan rencana yang terjaga rapat di pikirannya. Intan duduk di kursi, hatinya bergejolak antara kebingungan dan ketakutan yang kian tumbuh dalam dirinya.“Adiarja, aku pikir hubungan kita lebih dari sekadar… kepentingan semacam ini,” ujar Intan dengan suara yang bergetar, mencoba memahami apa yang sebenarnya diinginkan pria di hadapannya. “Apakah semua yang kau tunjukkan padaku selama ini hanyalah bagian dari rencanamu?”Adiarja menghela napas, lalu berbalik menatap Intan dengan seny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 50 - Pertarungan untuk Kendali

    “Fajar! Kau sudah cukup membuat kekacauan, berhenti sebelum kau menghancurkan segalanya!” Suara Rendra menggema di ruang besar yang sepi di salah satu properti keluarga Santoso.Ia berdiri dengan napas memburu, wajahnya penuh amarah, namun ia tetap mencoba mempertahankan ketenangan dalam sorot matanya.Fajar berdiri di seberang ruangan, menatap Rendra dengan seringai sinis. “Oh, jadi sekarang kau ingin memainkan peran pahlawan keluarga?” Ia tertawa kecil, penuh ejekan.“Kau pikir kau bisa menghentikanku, Rendra? Bahkan setelah semua yang kulakukan, kau tetap naif. Kau tak mengerti betapa pentingnya semua ini.”“Penting? Apa yang penting dari menghancurkan keluarga kita sendiri, Fajar? Semua yang kau lakukan hanya demi kepentinganmu sendiri!” balas Rendra, wajahnya memerah menahan amarah. Ia tahu bahwa Fajar selama ini hanya mengutamakan ambisinya tanpa memperdulikan siapa pun di sekitarnya.Fajar mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 51 - Perpisahan

    "Rendra... Aku rasa kita perlu waktu untuk sendiri-sendiri."Kata-kata Arum menusuk telinga Rendra seperti pisau tajam yang tak terlihat. Mereka duduk di sebuah taman kecil yang biasanya menjadi tempat tenang untuk berbagi cerita dan tawa, tapi sore itu, atmosfirnya berbeda.Mata Arum menatap Rendra dengan sorot lembut tapi tegas, menyiratkan keputusan yang telah lama ia pikirkan.Rendra menunduk, matanya terpaku pada rerumputan yang terhampar di bawah kakinya. "Arum, kenapa? Apa ini karena Fajar? Karena semua yang dia lakukan pada kita?" suaranya terdengar parau, penuh kebingungan dan rasa sakit.Arum menarik napas dalam, menahan air mata yang terasa mendesak keluar. "Aku merasa... hidupku semakin kacau sejak kita bersama, Rendra. Bukan karena aku tak mencintaimu, tapi karena cinta kita—segala konflik, tekanan dari keluargamu, bahkan keluargaku, semuanya terasa begitu berat."Rendra menatap Arum, mencoba menangkap sedikit keraguan di mata ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 52 - Jalan Baru Ratna

    Ratna menatap kosong pada selembar kain putih yang terbentang di depannya. Tangan kirinya menggenggam canting, dan dalam diamnya, ia merasakan keheningan itu dipenuhi oleh berbagai perasaan yang bergelut di dalam hatinya.Cinta yang pernah ia simpan begitu dalam untuk Rendra perlahan memudar, berubah menjadi sebuah rasa penerimaan yang pahit namun damai.“Baik-baik saja, Ratna?” suara lembut Yudhistira, kakaknya, membuyarkan lamunannya. Pria itu berdiri di ambang pintu studionya, memperhatikan adiknya dengan tatapan penuh kasih sayang.Ratna tersenyum kecil, mengangguk pelan. “Iya, Kak. Aku hanya… sedang mencoba mencari ide,” jawabnya, suaranya terdengar tenang, meski ada getaran halus di sana. Ia tahu kakaknya bisa merasakan beban yang ia pikul, namun ia enggan memperlihatkan luka hatinya lebih dari yang sudah tampak.Yudhistira berjalan masuk, lalu duduk di kursi dekatnya, mengamati kain putih yang akan menjadi kanvas bagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 100 - Cinta yang Terlahir Kembali

    “Arum, apakah kamu yakin sudah siap?” suara lembut Rendra terdengar, suaranya mengandung keraguan sekaligus harapan. Mereka berdiri di sebuah taman kecil yang dikelilingi pohon-pohon berbunga, diapit oleh senja yang memancarkan cahaya keemasan.Arum mengangguk pelan, memandang Rendra dengan tatapan yang tenang namun sarat makna. “Aku siap, Rendra,” jawabnya dengan suara mantap. “Untuk segala hal yang telah kita lalui, dan apa pun yang akan datang.”Senja di taman itu menjadi saksi kehangatan dan kedamaian yang akhirnya bisa mereka raih. Hanya dihadiri keluarga terdekat dan sahabat-sahabat terbaik, mereka memutuskan untuk memperbarui janji pernikahan mereka dalam keheningan, jauh dari keramaian dan drama yang dulu pernah membayangi hubungan mereka.Di sudut taman, Ratna, yang hadir bersama Aldi, menatap Arum dengan senyum bangga di wajahnya. Aldi, yang berdiri di sebelahnya, menganggukkan kepala seolah ikut merasakan kebahagiaa

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 99 - Kesuksesan Ratna

    "Arum, kamu datang juga akhirnya!" Suara Ratna terdengar penuh semangat saat melihat sahabatnya melangkah masuk ke galeri tempat pameran terbarunya. Ratna segera menghampiri Arum, memeluknya dengan erat."Aku kan sudah janji, Na. Aku ingin lihat langsung semua karya hebatmu ini," jawab Arum sambil tersenyum hangat, matanya penuh kekaguman melihat ruangan galeri yang dipenuhi karya-karya Ratna.Dinding-dinding galeri dihiasi dengan lukisan-lukisan batik kontemporer yang unik, setiap goresannya memancarkan ekspresi hati dan jiwa Ratna.Ratna tertawa kecil sambil memandangi Arum. “Akhirnya, aku bisa berdiri di sini, Arum. Setelah semua yang terjadi…,” suara Ratna melirih, mengingat perjalanan panjang dan penuh rintangan yang telah ia lalui.Arum menepuk lengan Ratna pelan, seolah ingin menguatkannya. “Kamu pantas mendapatkan ini semua, Na. Setiap kerja keras, setiap air mata. Aku bangga padamu,” kata Arum dengan tatapan yang tu

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 98 - Awal yang Baru

    "Apakah kita benar-benar siap untuk ini, Ren?" Arum bertanya sambil menatap mata Rendra yang penuh keyakinan.Rendra menggenggam tangan Arum erat. “Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu, kan?”Mereka berdiri di depan rumah kecil yang baru saja mereka sewa. Rumah itu sederhana, jauh dari kemewahan yang pernah mereka bayangkan, tetapi terasa hangat.Hawa sore yang sejuk menyusup di antara dedaunan pohon mangga di halaman, membawa aroma tanah yang khas dan memberi suasana damai.Arum memandang rumah itu dengan senyum tipis. “Aku suka rumah ini, Ren. Sederhana, tapi terasa seperti rumah sungguhan.”Rendra tersenyum, menyadari bahwa itulah yang ia inginkan selama ini. Rumah kecil dengan Arum, bukan istana megah yang dipenuhi intrik dan beban masa lalu.“Kamu tahu, Arum, ini mungkin pertama kalinya dalam hidupku aku merasa benar-benar tenang. Tidak ada tekanan dari keluarga, tidak ada skandal, hanya...

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 97 - Rekonsiliasi

    “Apakah kamu sungguh yakin, Arum?” Rendra menatap dalam mata Arum, seolah berusaha menemukan keyakinan di sana.Arum tersenyum lembut, menggenggam tangan Rendra. “Aku yakin, Rendra. Aku juga sudah lelah berlarut-larut dalam keraguan. Mungkin kita memang harus melalui semua ini untuk benar-benar mengerti apa artinya kebersamaan.”Rendra mengangguk pelan, mata cokelatnya berkedip-kedip menahan emosi. Mereka duduk berhadapan di taman kecil yang penuh kenangan, di mana mereka berkali-kali bertemu dan berkali-kali pula bertengkar.Namun, sore ini terasa berbeda. Udara sore terasa hangat, dan aroma bunga melati yang lembut memenuhi suasana.“Aku ingin kita mulai dari awal,” ucap Rendra dengan nada mantap. “Tanpa janji-janji besar. Cukup kita saling percaya dan berjalan bersama.”Arum merasakan haru mengalir di hatinya. Semua luka yang pernah ada, semua pertengkaran dan air mata, perlahan-lahan terasa memuda

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 96 - Keputusan Arum

    “Kamu yakin, Arum?” Suara Dimas terdengar lembut, penuh perhatian. Mereka duduk di beranda rumah keluarga Arum, ditemani angin malam yang sejuk dan secangkir teh hangat di tangan masing-masing.Arum menatap secangkir teh di pangkuannya, jari-jarinya membelai pinggiran cangkir dengan gerakan pelan. “Aku... mungkin ini aneh, Om, tapi aku tetap merasa ada sesuatu di antara aku dan Rendra yang sulit aku lepaskan. Meskipun... semua hal yang terjadi membuatku bertanya-tanya.”Dimas mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kadang cinta memang tidak mudah, Arum. Hubungan yang paling berarti sering kali yang paling sulit dipertahankan. Tapi, yang penting, kamu tahu kenapa kamu memilih untuk bertahan.”Arum menatap jauh ke depan, pandangannya melewati taman kecil di halaman rumah yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni. Keindahan itu, sekilas, mengingatkan dirinya pada momen-momen indah yang pernah ia alami bersama Rendra.

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 95 - Kemandirian Ratna

    “Aldi,” suara Ratna terdengar lembut, tapi tegas. Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe kecil yang tenang, dikelilingi oleh keramaian orang-orang yang tenggelam dalam percakapan mereka masing-masing. Namun, di antara mereka berdua, suasana terasa begitu hening, hampir seolah waktu berhenti.Aldi menatap Ratna dengan cermat, wajahnya sedikit bingung. "Ada apa, Ratna? Kamu kelihatan... serius hari ini."Ratna tersenyum kecil, namun ada sedikit kesedihan dalam tatapannya. “Aku rasa kita perlu bicara. Tentang kita.”Mata Aldi memancarkan keterkejutan. "Maksudmu... hubungan kita?"Ratna mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Selama ini, kamu selalu ada untukku, bahkan di saat aku merasa paling jatuh. Kamu memberi dukungan yang luar biasa, dan aku sangat menghargainya. Tapi...”Aldi meraih tangan Ratna, menggenggamnya dengan lembut. “Tapi apa, Ratna? Apa yang kamu rasakan?”Ratna menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberania

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 94 - Perpisahan Arga

    "Jadi... ini keputusanmu?" Suara Arga terdengar pelan namun penuh kepastian. Mereka berdua duduk di sebuah bangku di taman kota yang sepi, tempat di mana mereka sering berbincang saat masih remaja, ketika dunia terasa lebih sederhana.Arum menundukkan wajahnya, merasa berat hati untuk mengucapkan kata-kata itu, namun ia tahu bahwa ia harus jujur. "Iya, Ga. Aku... aku nggak bisa berpura-pura lagi. Aku sangat menghargai kamu, semua yang sudah kamu lakukan buat aku, tapi..."Arga tersenyum kecil, meski sorot matanya menyimpan luka yang dalam. "Tapi hatimu tetap untuk Rendra," potongnya, menyelesaikan kalimat yang mungkin sulit bagi Arum untuk diucapkan.Arum mengangguk perlahan. "Maaf... aku merasa begitu bersalah sama kamu. Kamu selalu ada, selalu mendukungku saat aku terpuruk, saat aku sendiri.""Arum," Arga memotong, suaranya terdengar lembut, namun tegas. "Kamu nggak perlu minta maaf. Aku tahu bagaimana perasaanmu dari awal, tapi aku selalu berharap bahw

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 93 - Lamaran yang Baru

    "Arum..." Rendra menghela napas dalam, suara lembutnya nyaris tenggelam dalam keheningan sore yang menenangkan di taman kota. Ia menatap Arum dengan penuh harap, sementara gadis itu duduk di sebelahnya, tangan tertaut di pangkuannya, jelas menunjukkan kegugupan yang berusaha ia sembunyikan.Arum menunduk, melihat rerumputan yang bergoyang ditiup angin, mencoba menghindari tatapan Rendra. Ia tahu apa yang mungkin akan dikatakan Rendra. Di satu sisi, ada bagian dari hatinya yang ingin mendengarnya. Namun di sisi lain, ketakutan akan sakit yang sama terulang lagi membuatnya waspada."Aku tahu ini sulit bagimu," Rendra memulai lagi, nada suaranya penuh dengan kerendahan hati dan rasa bersalah yang selama ini tertahan. "Setiap kali melihatmu, aku sadar bahwa luka yang kuberikan masih membekas. Dan aku tahu, mungkin aku tak layak mendapatkan kesempatan kedua."Arum mengangkat wajahnya perlahan, menatap mata Rendra yang kini menunjukkan ketulusan yang dalam, jauh lebih

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 92 - Penebusan Diri Rendra

    Arum duduk di teras rumahnya, memandangi langit sore yang mulai meredup. Di tangannya, secangkir teh hangat menemani keheningan pikirannya yang bimbang. Pesan dari Rendra semalam masih terngiang di kepalanya.Ia merasa bahwa setiap kata dalam pesan itu memancarkan ketulusan dan penyesalan yang dalam.Di sisi lain kota, Rendra memandang pantulan dirinya di cermin. Matanya menunjukkan kelelahan yang telah bersembunyi di balik ketenangannya selama ini. Kini, ia sadar bahwa tidak ada yang lebih penting daripada memulihkan kepercayaan Arum dan memperbaiki dirinya sendiri.Dengan tekad yang baru, Rendra turun ke ruang kerja kecilnya. Di sana, di tengah dokumen-dokumen dan berkas yang telah ia susun, ia memulai langkah pertama dalam menebus semua yang pernah ia rusakkan.Ia memutuskan untuk menyusun laporan penuh tentang setiap proyek keluarganya yang mencurigakan dan menyerahkannya ke pihak berwenang. Rendra sadar bahwa inilah satu-satunya cara untuk membuktika

DMCA.com Protection Status