Rahang Mas Ubay mengeras."Kalau kenapa-kenapa dengan bayiku, aku bunuh mereka," Geramnya."Bang, lu apaan sih! Kayak mafia. Alina gapapa kok. Bestie gw kuat!" Seloroh Lea."Lu sih, biang keroknya!""Gw juga ga nyangka bakal begini jadinya, kalau tau seperti ini, tu anak bukan gw bawa ke puncak. Tapi, langsung gw ceburin ke jurang,""Samanya lu, otak mafia!"Melihat mereka mulai beraksi, aku tak bisa menahan tawa. "Alhamdulillah, syukurlah, rileks ya, Al. Emang menonton tom and Jerry versi dunia nyata itu seru, ya!" sindir Anggi."Gw, Tom nya!" Sahut Ubay cepat."Enak aja! Gw yang tom. Lu, si tikus jail,"."Mana ada tikus setampan gw!""Mana ada juga Jerry se-feminim gw!" Lea tak mau kalah. Melihat kakak adik itu asik bertengkar, anak-anak mengajakku ke balkon. Dimana dari sana pemandangan kota Bogor terlihat jelas. Bukit yang rindang dan angin yang sejuk menyambut. Lega rasanya dada. Hingga mas Ubay dan Lea tersadar dan ikut nimbrung bersama.****Kami sampai di Jakarta. Rumah terl
Setelah melihat keadaan Mas Gunawan, pikiranku tak tenang. Walau dia bukan siapa-siapaku lagi. Tapi, entah kenapa aku teringat akan Sabila. Gimana nasib anak itu."Mikirin apa? Kayaknya setelah melihat mantan tadi, kamu banyak melamun?"Aku terdiam. Ragu untuk mengatakan padanya."Kan sudah, Mas bilang. Jika ada masalah jangan pendam sendiri. Sampaikan saja, kita selesaikan bersama,"Mata itu penuh ketulusan. Mungkin tak ada salahnya aku mengatakan pada Mas Ubay apa yang mengganjal di hatiku."Aku kepikiran Lala, Mas. Jika Mas Gunawan keadaan seperti itu, gimana dengan Lala dan Siti? Aku khawatir dengan anak itu," setelah berkata seperti itu. Aku kembali menunduk.Mas Ubay mengelus rambutku, "hanya itu?" tanyanya. Aku mengangguk cepat."Nanti kita cari tahu. Sekarang istirahat, ya. Mas ada sedikit urusan di kantor. Kalau ada apa-apa jangan lupa telepon. Nanti kamu, Mas titipkan pada Mama. InsyaAllah, mas ga lama,"Aku kembali mengangguk. Memang tadi sewaktu di rumah sakit. Beberapa ka
"Flo, menikah bukan karena cinta. Sebab itu, dia sama sekali ga menghargai Andre,""Maksudnya, Ma?" Setahuku dulu Flo sangat menyukai Andre, bahkan sampai rela mempermalukan diri saat upacara bendera di sekolah untuk menyatakan cintanya, walau saat itu Andre sedang menjalin hubungan denganku. Hingga akhirnya Andre meminta putus dan memilih Flo. Setelah mereka jadian, apapun dia berikan pada Andre. Yang membuatku sakit hati, mereka berdua menyerangku dengan membuat foto editanku tak memakai baju, tengah tidur dengan seorang laki-laki. Walau editannya kasar, tapi Ayah dan Ibu, saat itu sempat jatuh sakit. Namun, teman-teman yang kenal aku bagaimana, berhasil meyakinkan Ayah juga Ibu jika itu hanya gambar editan.Seharusnya aku yang dendam pada Flo, tapi entah kenapa. Justru dia yang memusuhiku sampai detik ini. Sialnya, aku bertemu lagi dengannya dan dia sepupu suamiku sendiri. Betapa sempitnya dunia.Setelah mendengar penjelasan Mama itu, hatiku sedikit berdamai. Menyingkir kebencian p
Tamu kehormatan Papa itu menaiki panggung, sedangkan asistennya menunggu di bawah dengan mata mengikuti gerakan sang tuan. Hingga mata kami beradu. Laki-laki itu sangat jelas gelagapan dan salah tingkah. Aku menatapnya lekat, tak peduli jika ada yang melihat. Bahkan sengaja menyunggingkan senyum meremehkan.Lihatlah siapa dirinya sekarang, hanya kacung yang mengekor di belakang tuannya. Dia pasti tau siapa laki-laki yang kini menjadi suamiku. Seorang pengusaha kaya raya pemilik perusahaan yang banyak diincar perusahaan lain untuk bekerja sama. Setelah laki-laki bernama Freddy itu turun dan kembali ke meja dimana Papa menunggu, Mas Ubay menyolek tanganku."Kamu kenapa?" Tanyanya."Kacung itu laki-laki yang menyebabkan Ayahku meninggal," Bisikku dengan suara agak parau menahan sesak di dada.Meski saat itu Mas Gunawan membantu menutup malu. Tapi, Ayah stres berat karena merasa di injak-injak harga dirinya."Aku mau Mas membalaskan sakit hatiku," lirihku dengan mata masih terus melirik
"Siapa yang menyuruhmu, Lex?" tanyaku datar."Saya lupa, Al. Sumpah, saya lupa. Yang saya ingat dia menawarkan bayaran yang banyak, dan semua saya pakai untuk membiayai ibu yang sakit,""Bukankah kamu mempermalukan aku karena mau balas dendam sebab pernah aku tolak?""Bukan, Al. Aku tak marah sama sekali saat kamu tolak. Itu hanya alasan agar rencana perempuan itu tak ketauan,""Apa perempuan itu, satu sekolah denganku dulu?"Alex mengangguk."Apa namanya, Floren," Alex sejenak terdiam sambil berusaha mengingat."Sepertinya iya, Floren namanya. Benar, Al. Itu orangnya,"Mas Ubay terduduk, saat mendengar nama sepupunya itu yang telah membuat rencana jahat padaku dulu. Begitu juga denganku, tak habis pikir Floren tega melakukan itu.Akhirnya aku melepaskan Alex. Memaafkan apa yang telah dilakukan dulu, karena ternyata dia bukan akar permasalahan. Lelaki itu hanya orang suruhan saja.Malamnya Floren datang kerumah. Perempuan itu datang dengan suaminya. Mas Ubay yang naik pitam, langsung
"Mama?" Aku kaget saat melihat Mama datang dengan Flo. "Tadi, Mama ketemu Flo, di jalan. Jadi, Mama ajak balik aja. Mama, bawa coklat banyak, dapat dibagi sama teman Mama yang baru pulang dari Belgia. Godiva ini coklat terenak lho," jelas Mama dengan penuh semangat. "Sini, Sayang, kita makan bareng-bareng,"Aku yang masih di tangga, turun mengikuti langkah Mama, lalu duduk di sofa.Tak lama suara ponselku yang berada di meja lantai atas berbunyi."Ma, Alina ke atas dulu, ya. Mau ambil ponsel. Mungkin Mas Ubay yang nelpon," aku baru saja hendak beranjak."Biar aku saja!" tawar Flo dan langsung lari ke atas. "Wah, Flo baik banget, kamu, Sayang," puji Mama membuat Flo bersemangat lari ke atas. Aku terpaku, jika Flo yang menuang minyak di tangga, pasti dia akan bisa menghindar."Flo, jangan lari-lari," pekikku saat Flo tak jua mengurangi kecepatan langkahnya. Flo tetap semangat menaikki satu persatu anak tangga itu."Flo!" Teriakku, cemas.Bugh!Hingga tepat berada di anak tangga pali
"Sabar, Ndre!" ujar Mas Ubay berusaha menenangkan.Andre hanya mengangguk sambil terus mengusap kasar wajahnya. Laki-laki itu kini terduduk bersandar di tembok rumah sakit, lelaki yang pernah menjadi cinta monyetku itu begitu berduka.Papa Flo datang. Wajahnya memerah marah. Meski mereka sudah bercerai, tapi urusan anak masih terus berkomunikasi dengan rutin, begitu kata Mama padaku."Ga becus kamu, Rosita! Karir terus yang kamu pikirkan, hingga anak terabaikan. Benar-benar wanita tak punya perasaan kamu!"Paman Danu, Papa Flo dan mantan istrinya itu malah bertengkar hebat. "Paman, tenang, Paman. Ini kecelakaan. Tak ada seorang pun yang menginginkan ini terjadi. Jangan bertengkar disini, kasian Flo dan juga malu dilihat orang. Mending Paman dan Bibi, banyak berdo'a agar Flo tak kenapa-kenapa," Mas Ubay melerai.Mereka berdua terdiam, namun sirat mata masih menampakkan kekesalan.Setelah beberapa saat dokter yang menangani Flo keluar. "Pasien harus segera di Operasi. Keadaannya makin
Sudah sebulan Flo dirawat. Keadaannya sudah membaik walau belum sadarkan diri pasca operasi diluar negeri. Pendarahan hebat di kepala dan juga beberapa cidera serius yang dia alami membuat Flo sampai saat ini terpaksa menjalani perawatan dirumah sakit. Di tubuhnya juga masih dipasang ventilator untuk menjaga laju napas, juga infus untuk memasukkan obat juga nutrisi.Tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tuanya, bahkan Mas Ubay pun ikut membantu. Karir Ibunya dipertaruhkan untuk kesembuhan Flo.Setelah pulang dari Singapura, Flo sudah mulai merespon jika diajak bicara walau hanya dengan gerakan jari dan air mata yang keluar begitu saja. Terkadang aku suka mengajaknya mengingat momen di sekolah dulu, tentu saja bukan saat aku merasa tertekan karena bullyan-nya. Tapi, masa-masa lucu yang tak akan pernah terulang lagi. Air mata Flo mengalir deras, entah merasa senang entah karena sedih dengan keadaan yang sekarang."Aku tau, kamu dengar Flo. Bangun lah, kita mulai hari baru