"Hal pertama yang perlu kamu pelajari, Tuan Putri, adalah bahwa kamu selalu membayar untuk apa yang kamu beli, bukan apa yang mereka jual." Nico mengulurkan tangan, mengarahkan Val ke kursi di depan jendela, mendudukkannya seperti ratu yang diinginkannya sambil mengangguk ke panggung. "Apa sebuah batu yang tertanam di sepotong logam itu bernilai 45 miliar?"Val menatapnya, berkedip bingung saat menjawab, "Hmm … nggak?"Nico tersenyum, tidak membantah maupun menyetujui. "Bagi keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup, pasti nggak. Mereka bahkan nggak akan berkedip sebelum memilih uang daripada cincin kecil itu, tapi, bagi orang-orang yang punya keterikatan emosional dengan cincin tersebut dan punya uang lebih, katakanlah ... Alisa Salim?""Jadi, dia membayar cincin itu sebagai cinta dari orang yang dia cintai, bukan sebagai batu di sepotong logam," kata Val sambil mengangguk, memahami logika Nico sambil mengikuti arahnya.Nico memberinya senyum penyemangat dan tepukan lembut di kepala
Val tidak tertarik untuk tahu karena sebelumnya dia hanya menginginkan uang dan kekuasaan Nico untuk balas dendam, dan dia pikir Nico menginginkan hal yang sama, tanpa ikatan, hanya sebuah wajah di depan umum untuk menjadi perisai.Namun, bukan itu yang sebenarnya Nico lakukan dalam kesepakatan ini. Dia mengatur hidup Val agar senyaman dan seaman mungkin, memberikan informasi yang tidak dimiliki Val, dan memenuhi kebutuhan Val hingga ke detail terkecil.Seperti hari ini. Val bahkan tidak benar-benar membutuhkan bantuan, tetapi Nico muncul entah dari mana dan mengangkat beban yang ada di pundaknya, mengajarinya untuk menikmati balas dendamnya, dan membimbingnya maju.Nico seperti teman baik. Seorang mentor. Seorang ... ayah yang tidak pernah dimiliki Val."Nanti kamu akan tahu, Tuan Putri," kata Nico sambil berdiri, merapikan jasnya. "Setelah debu mereda, kalau kamu masih ingin tahu, kamu akan tahu."Mengetahui bahwa Nico hanya menyembunyikan identitasnya dengan alasan yang sangat buruk
Val sedikit terkejut melihat Joni Kumala datang hari ini. Pria itu tidak pernah repot-repot datang ke rumah Keluarga Salim untuk mengklaim kalung itu padahal dia bisa saja mendapatkannya kembali. Dia bersikap seolah-olah berita tentang Val lima tahun yang lalu tidak pernah ada. Jadi, Val tidak mengharapkan Joni Kumala akan melindungi kalung itu meskipun pria itu mampu.Mungkin Joni Kumala menginginkan kalung itu jatuh ke tangan Aveline Salim, secara sah. Mungkin itu yang terjadi hari ini, pria itu memberi kekasihnya hadiah yang sangat mahal.Val tidak bisa mengesampingkan kemungkinan itu.Jadi, apa yang akan terjadi?Jika Joni Kumala membantu Keluarga Salim menaikkan harga, Val akan membayar harga yang sangat tinggi hanya untuk mendapatkan apa yang sebenarnya miliknya, atau melihat Aveline Salim mendapatkan kalung itu DAN tunjangan besar dari kekasih setianya.Val tidak menginginkan keduanya!Sekarang Val mengerti anggaran Nico, 30 triliun, persis likuiditas yang dimiliki Marcel. Namun
Val tidak akan pernah melupakan ekspresi Marcel ketika dia mengumumkan angka itu.Marcel tahu, semuanya.Pria itu tahu bahwa Val telah mengetahui seberapa banyak likuiditas yang dimilikinya. Dia tahu bahwa itu adalah perangkap yang menargetkan segala miliknya, dan dia tahu ... bahwa Val memilih untuk membunuhnya dengan cara ini, ketika wanita itu mengucapkan angka itu.Ada ketenangan yang dihantam oleh keputusasaan yang dalam, dengan sedikit rasa pahit di wajahnya.Seluruh ruangan terdiam, tetapi berbeda dengan keheningan yang tertidur sebelumnya, bisikan panik mulai menyebar di ruangan itu, semua mata tertuju kepada Marcel. Mereka baru menyadari bahwa permainan yang berlangsung lama ini bahkan bukanlah permainan sama sekali bagi para pemegang kekuatan yang ada di atas kepala mereka.Apa pun tindakan yang dipilih oleh Marcel, sisa-sisanya tidak akan jatuh kepada mereka. Mereka mungkin datang untuk mengambil barang-barang itu, tetapi pertunjukan ini jauh lebih berharga, bahkan bagi oran
Marcel meninggalkan ruangannya tak lama kemudian dan sang pembawa acara melanjutkan ke barang-barang berikutnya. Segalanya tampak kembali seperti semula, tetapi rasanya ada yang salah.Satu per satu barang mewah dipamerkan, tetapi tidak ada yang mendapatkan perhatian yang pantas. Perebutan Malam Beku terlalu dramatis, membuat para penonton merasa bahwa barang-barang lainnya jauh lebih membosankan dari yang seharusnya.Alisa kembali. Ada dinding tak kasatmata di antara dia dan Joshua saat mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.Val bahkan tidak berminat untuk menikmati hal itu.Marcel-lah yang jatuh cinta pada seorang pembohong. Marcel-lah yang memberi wanita itu akses ke rumah mereka. Marcel-lah yang dengan sukarela menyerahkan segalanya demi cincin yang justru dia buang sejak awal.Namun entah kenapa, Val merasa sangat tidak nyaman.Dia bahkan tidak bisa memahami alasan pastinya, dia hanya tidak bisa menikmati kemenangannya. Ada sesuatu yang berteriak di dalam dirinya bahwa Marc
Bukan berarti Val ingin mengakuinya, tetapi bajingan ini benar-benar punya suara yang bagus. Jika suara jernih Jelita memberikan kesan polos dan menenangkan pada lagu pengantar tidur itu, suara serak Diego justru menghadirkan rasa aman yang lebih kuat. Entah bagaimana, kekuatan maskulin yang tersemat dalam lagu lembut itu malah membuatnya semakin menenangkan.Mungkin itulah kekuatan sejati dari sebuah lagu pengantar tidur. Rasa aman yang diberikan oleh orang tua."Hei, gimana perasaanmu, Adik Kecil?" Diego mengetuk dagu Val dengan ujung jarinya, lembut sekali. Suaranya menggema di dalam ingatan Val, menyentuh sesuatu yang tersembunyi jauh di dalam pikirannya.Seolah-olah dulu pernah ada seorang anak laki-laki yang suaranya hanya memiliki sedikit kemiripan dengan Diego, tetapi nadanya persis sama saat dia menatapnya seperti ini dan memanggilnya "adik kecil".Serangan paniknya sudah berlalu, tetapi mata Val tetap terbuka lebar seperti hewan yang ketakutan, karena terlalu banyak kenangan
Val memanyunkan bibirnya sekuat tenaga, berusaha menahan tangis di depan Diego. Hanya saja, meskipun sudah berusaha, air mata tetap mengalir dari matanya.Dia ingin berbicara, tetapi tidak bisa mengeluarkan satu kata pun. Di hadapannya ada seorang pria yang baru ditemuinya kurang dari sepuluh menit. Meskipun dia tahu pria itu adalah kakaknya, dia tetaplah orang asing baginya. Belum lagi, setiap pertemuan mereka sebelumnya selalu buruk atau lebih buruk lagi."Aku minta maaf, Adik Kecil. Aku tahu, aku datang terlambat. Aku benar-benar minta maaf ...." Tanpa memaksanya bicara, Diego hanya menariknya ke dalam pelukan, mengeratkan genggamannya saat Val berusaha melepaskan diri, hingga akhirnya dia menyerah dan menangis sejadi-jadinya.Pada saat itu, dia hanya ingin menangis. Menumpahkan semua kegelapan yang telah menggerogoti dirinya dari dalam, segala kerinduan dan cinta yang selama ini terpendam untuk Erin, serta semua perasaan sakit hati yang pernah dia kubur dalam-dalam.Dia menangis be
"Pada hari pertama kamu pulang ke rumah, Ibu menaruhmu di buaian yang sudah disiapkan di ruang tamu selama berhari-hari menunggumu. Aku mendatangimu dan memeriksamu. Saat itu, aku nggak tahu harus merasa bagaimana terhadapmu. Ibu mengatakan bahwa kamu akan menjadi sahabatku seumur hidup, sementara Ayah berkata bahwa bukan sahabat, melainkan malaikat kecilku."Kata "malaikat" membuat Val refleks mengernyit.Marcel sering sekali memanggil Alisa seperti itu. Val sangat cemburu hingga akhirnya dia mulai membenci kata itu."Sebelum kamu lahir, aku benar-benar mengira 'malaikat' berarti semua mainan yang bisa kuminta. Maksudku, apalagi artinya seorang malaikat, 'kan?" Diego tertawa, hampir membuat Val ikut tertawa, tetapi dia hanya menyembunyikan senyumnya di balik lengannya.Diego membiarkan Val menghindar, lalu duduk di atas karpet di hadapannya dan melanjutkan cerita yang tidak diminta Val."Mereka memenuhi seluruh ruangan dengan perlengkapan bayi." Diego meraih pergelangan kakinya sendir
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di